Om om

Om om ganteng

Haikal turun sambil bersiul santai, penampilan nya yang bertolak belakang dengan perilaku Haikal yang sebenarnya ia cowo banget, tapi entah ide bodoh nya dirinya terlihat seperti limaa puluhhhh dengan versi elite nya.

“Tidak mau di jodohkan tapi sangat rapih, wangi nya juga seperti kembang desa.” Ucap Papahnya dengan dibarengi kekehan kecil.

“Papah mending diem aja, Haikal juga ga mau kali sama dia, palingan jelek” ujar Haikal dengan wajah sombong nya.

“Kamu belum lihat dia, kalau sudah lihat dia nanti pasti kuping dan pipi kamu memerah..” balas Papah sambil sedikit meledek.

“Liat saja nanti, kalau Haikal memerah Haikal seminggu full di rumah, kalau Haikal tidak memerah.. Papah beri Tambahan 10jt. Gimana?”

Papah tertawa kecil, “Oke siap bos kecil..” Papah mengusrak rambut Haikal sampai terlihat sedikit berantakan.

“Haikal sudah lama menata rambut Haikal, Pah!” Haikal kembali merapihkan rambut nya yang kaya boti.


Dengan gaya yang ga seberapa Haikal dengan gaya yang menurut nya sangat keren masuk ke rumah keluarga besar Liosion bersama Papah nya.

“Hai, Roberto Carlos Dania Hartadinata.. terimakasih sudah menyempatkan diri untuk datang..”

Carlos dan kepala keluarga Liosion berjabat tangan.

Haikal melihat seseorang lelaki jangkung, gagah, terlihat tegas, dan sangat tampan! Ada di samping nyonya Liosion.

'anjir, kalah cakep gua!'– batin Haikal tidak mau kalah.

“Hai, anak manis..”

Nyonya Liosion memeluk Haikal, sebagai ucapan selamat datang untuk Haikal.

Haikal tidak lepas menatap lelaki tampan yang sedang berjabat tangan dengan papanya, Carlos.

Mereka semua berjalan masuk semakin dalam menelusuri rumah keluarga Liosion.

“Seperti istana..” ucap Haikal dengan pelan, tapi ternyata ada satu orang yang mendengar ucapannya.

“Saya rajanya dan kamu putri nya.” Ucap Bagas dengan tiba tiba muncul di sampingnya.

“Haikal lelaki, Haikal tampan.”

Bagas menelusuri wajah Haikal lalu terkekeh, “dan juga cantik.”.

“Terserah.” Jawab dengan judes tapi memerah dasar bocah.

Puas dengan mengusili bocil yang gampang emosi, mereka semua pergi ke ruang makan untuk makan malam.

Hanya ada suara dentingan sendok yang menyaring di ruang makan tersebut. Bagas yang duduk berhadapan dengan calon Istri nya makan dengan tenang sesekali melirik melihat Haikal makan.

“Saya harap resepsi pernikahan Minggu depan akan berjalan dengan lancar..”

“MINGGU DEPAN?!” Ucap Haikal sedikit teriak.

Carlos menatap tajam Haikal sebagai tanda kalau tidak seharusnya Haikal meninggikan nada bicaranya saat ini.

“Iya sayang, lebih cepat lebih baik.” Ucap nyonya Liosion dengan lembut.

“Tapi-”

“Besok Bagas akan ambil bajunya. ingin ikut, sayang?” Ucap Bagas membuat bulu kuduk Haikal berdiri.

“G-ga!” Jawab Haikla sedikit gagap.

“Lucunya calon mantu Mama!” Nyonya Liosion mencubit pipi gembul Haikal, sangat canggung menurut Haikal.


Selesai dengan makan malam dan berbincang sebentar, yang tentunya membahas tentang bagaimana pernikahan Bagas dan Haikal.

Muka Haikal sudah kusut, ia ngantuk, bosan, risih dengan make up yang ia pakai.

Saat papah nya mengajak untuk pulang Haikal langsung tersenyum ramah karena Haikal akan segera pergi jauh dari Bagas.

Bagas membukakan pintu mobil untuk Haikal, “hati hati di jalan, saya akan datang ke mimpi kamu..”

Haikal memutar bola matanya malas, “geli.” Ucap Haikal sangat pelan sehingga tidak di dengar oleh siapa pun.


Saat sampai di rumah Haikal tentunya langsung berlari ke kamarnya dengan segera menghapus make up nya.

Haikal mempunyai banyak make up tapi ia hanya tipis tipis memakai make up. Jika ada acara besar atau Haikal di ajak menghadiri suatu acara dengan Papah nya Haikal akan make up sedikit tebal.

“Genit banget om pedo itu anjir lah!” Haikal keluar dari kamar mandi sambil ngoceh ngoceh gajelas.

“GUA BELOM SIAP!!” Teriak Haikal sedikit kencang, tapi tenang saja, kamar nya kedap suara.

Haikal kaya orang dongo bengong semaleman sampai ia tertidur. Ponsel nya yang berisik pun ia tidak menghiraukan nya, walaupun malem ini cemberut paling besok udah senyum Pepsodent lagi.