Pasar Subuh.

Tepat di jam 22.30 Alika membilas mukanya yang beberapa menit lalu tertutupi dengan masker. Ia menatapi handphonenya yang berdering, biasanya itu tanda kalau Aukar sudah di ruang tamu karena kebetulan Aukar juga mengajaknya pergi keluar, dan bertahun-tahun kenal sama cowo tersebut ia tak pernah melihat cowo tersebut masuk saja ke kamarnya, sebelum diperintahin sama Alika sendiri.

'Kok gak masuk aja sih?'
'Disini aja, gak baik tau masuk kamar anak perempuan, apalagi perempuannya jarang mandi'
'Dih enak ajaa... eh tapi gue aja sering main ke kamar lo'
'Ya itu kan cuman lo doang, coba evelyn yang masuk, ya gak boleh'
'Ya kalo gitu masuk aja sih'
'Ya bukan gitu Alika... Yaudah deh iya' Cowo tersebut terpaksa mengiyakan agar cepat selesai, karena ia tahu, debat sama Alika hanya memakan waktu aja, cewe gak mau ngalah.

Beberapa menit kemudian, Alika kembali lagi dengan baju tidurnya yang menjadi ciri khasnya, berwarna pink dan sizenya yang besar.

'LU KENAPA MASIH PAKAI BAJU TIDURRRRRR'
'eh emang kita mau kemana si? lupa hehehehe' jawabnya dengan tertawa kecil
'pasar subuh ayo, laper likkk' ucap Aukar sambil memelaskan wajahnya dan memegang perutnya
'Eh emang mama gak masak?' tanya Alika dan dijawab dengan ketawanya Aukar yang besar, 'masak sih, cuman ngemil malamnya belum, dan itu wajib dilakuin sama lo.'
Alika langsung membalikkan badannya ke arah kamar dan berlari sambil meneriakkan, 'haduuh kaburr bestie ada silumayan buayaaaa!!!'


Seperti biasa, suasana pasar subuh tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi, Aukar melangkahkan kakinya dengan pelan menyamakan langkahnya dengan gadis kecil di sampingnya, Alika. Jika ditanya kenapa Aukar sering kali mengajak Alika kesini, jawabannya simple, karena hanya Alika yang mau diajak kesini. Walaupun Alika sering menolak karena kejauhan, atau mungkin juga bosan, tapi kalau sudah sampai kesini dia pasti tersenyum, kata Alika sayang banget yang belum pernah kesini, makanannya enak terus murah juga. Dia sempat mengira awalnya kalau tempat seperti ini gak mungkin ada di kota, wajar sih, emang lumayan tidak terawat kebersihannya terkadang kurang, harganya juga murah banget, tapi kualitas makanannya tetep enak.

'Likk' ucap Aukar membuka pembicaraan malam ini
'Kenapa?'
'Jadi ngambil kuliah diluar?'
'Eum... gak tau, bingung.' jawab Alika sambil memainkan rambutnya.
'Gak mau coba disini aja?'
'Mau, liat nanti aja kayaknya. Eh btw kar, serius jawab ya ini, jangan becanda, awas aja' ucapnya mengancam.
Aukar menoleh ke arah Alika, 'iya iyaa, gimana?'
'Ini aneh banget sih, cuman gue penasaran, lo lagi gak suka sama siapa gituuu?'
'Ada, lo kan lik' jawab Aukar sambil melihat wajah Alika yang tepat di depannya. Alika terdiam, mukanya memerah sama seperti tadi ketika ia sedang maskeran.
'SERIUSSS AUKARRRR' jawab Alika sambil mengalihkan tatapan Aukar. ( Alika salting part two )

Dan Aukar hanya tertawa melihat gadis tersebut, menurutnya wajar kalo emang Alika gak percaya dan anggap becanda, dia sering dapat perhatian lebih bukan dari gue aja, ya walaupun gue yang terlebih banget diantara Gama, Jevan, Haikal, dan Dika. Mungkin itu juga yang membuat dia bingung dan mengira semua perlakuan yang gue kasih itu layak dalam persahabatan, padahal engga. Gue gak bisa salahin dia juga kalo dia sampai sekarang bingung gimana perasaan gue ke dia, gue juga bingung gimana ngasih taunya. Karena yang Alika tau, ini semua karena kita sahabat.