Galih dan Olsen

Di sepanjang perjalanan banyak obrolan yang mereka beri, Galih hanya tersenyum mendengarkan semua cerita Olsen pada hari ini, dari mulai ia datang ke sekolah sampai pulang sekolah. Lucu dari dulu itu yang di pikiran Galih sekarang.

Galih sudah menyukai Olsen dari bangku dasar saat Olsen pindah dari bogor ke sekolahannya. Galih selalu pulang bareng, main bareng, bahkan Galih siap jagain Olsen, tapi Galih tidak berani buat ungkapin perasaannya pada Olsen karna ia cuma takut bertepuk sebelah tangan.

Saat Olsen menyadari bahwa mobil yang di kendarai oleh Galih memasuki area Swalayan, mobil Galih terpakir dengan Apik dan rapih di garis pembatas parkiran.

“Olsen, kita ke swalayan dulu gapapa, soalnya di suruh mama buat beli kepentingan dapur, gapapa ya?” Tanya Galih dengan lembut

“Gapapa banget, Galih” Saut Olsen dengan senyuman manisnya.

Mereka memasuki swalayan dan mengambil troler untuk menaruh barangnya nanti. Galih mendorong trolernya ke arah bumbu dapur dan di bantu memilih oleh Olsen karna Galih ga bisa bedain mena jahe dan kunyit.

“Galih itu Lengkuas bukan kencur”

“Galih ini kecap asin bukan kecap manis”

“Jangan yang itu Galih, itu bayem bukan Kangung”

Omelan Olsen kepada Galih bak seperti Istrinya memarahi suaminya ketika salah membeli bahan dapur.