Galih dan Olsen

Saat mendapatkan notifikasi terakhir dari Olsen, Galih langsung menyibak kunci motor yang ada di nakas kamarnya dan bergegas pergi untuk mejemput Olsen.

Tanpa memakan waktu yang lama Galih sudah tiba di depan gerbang sekolah Olsen dan di sambut dengan senyuman manis dari Olsen, banyak yang terpesona oleh ke tampanan Galih, siapa yang tidak terpesona dengan hidungnya yang mancung bak seperti perosotan TK, rahang yang tegas, kulit bersih, mata tajam dan senyum yang manis.

Olsen menghampiri Galih yang sudah memberhentikan motornya tepat di hadapannya, Galih memberikan helm sebagai pelindung kepalanya Olsen.

“Terimakasih, maaf ya ngerepotin” Ucap Olsen sambil mengambil helm yang di berikan oleh Galih untuk dirinya dan ia pun langsung memaikanya.

“Santai aja, kaya kesiapa aja lu ah, maaf juga lama tadi mandi dulu terus ganti baju, udah ayo naik” ucap Galih dengan lembut dan menyuruh Olsen untuk bergegas naik ke atas motornya.

Olsen kini sudah menaiki motor Galih dan mendudukkan bokongnya dengan nyaman, Galih memberikan aba-aba untuk melajukan motornya dan di iyakan oleh Olsen, motornya kini telah melaju dengan santai.

“Anyways, lu mau kemana rapih amat?” tanya Olen dengan nada sedikit keras karna bisingnya dijalan raya.

“Mau nongkrong, biasalah” jawab Galih yang di “oh” kan oleh Olsen.

Motor Galih kini sudah tiba di depan komplek perumahnya, Galih berniat untuk mengantarkan Olsen hingga depan rumahnya tapi di larang oleh Olsen, Galih menurut saja dengan keinginan Olsen.

Olsen menurunin motor Galih dan memberikan helmnya kepada Galih tapi di tolak oleh Galih.

“Taro dulu aja dirumah lu, nanti gua ambil ke si Maza” Ucap Galih yang di iyakan oleh Olsen.

“Makasih ya, Lih, maaf ngerepotin” kata Olsen dengan tulus

“My pleasure, Olsen, yaudah gua langsung cabut ya” Ucap Galih berpamitan kepada Olsen, Galih kini telah melajukan motornya menjauh dari penglihatan Olsen.