Pertemuan.

“huh, oke relax,” ucap Abi, sembari menarik dan menghebuskan nafasnya, agar lebih tenang. Ini selalu Abi lakukan, ketika ingin bertemu ayah Vanara, Hermawan. Di mata Abi, ayah Vanara adalah lelaki yang keras, dan garang.

“hey, kamu Abi, ya?” ucap pria itu, dengan mimik muka tersenyum.

“oh, eeh, iya om. saya Abi, temannya Vanara.” jawab Abi, dengan nada pelan. Wajah Abi berubah menjadi pucat, hahaha sepertinya ia sangat takut kepada pria itu.

“ealah, ayo masuk, mau jalan sama anak om, ya?”

Abi mengangguk. Ya, itu adalah om herma, ayah Vanara, yang selama ini di anggap garang oleh Abi.

Abi memasuki rumah Vara, dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Ia duduk berhadapan, dengan om herma. kepalanya selalu tertunduk.

“sudah, santai aja. om ngga galak kok, eh om panggil dulu ya Vana, nya?” Tanya om herma, memulai pembicaraan. “iya, om” jawab Abi.

“Vana! turun, nih ada Abi” Panggil om herma, dengan nada tinggi dan suara lantang. Suara berat om herma, sempat membuat Abi terkejut.

“Iya, yah! sebentar,” jawab Vana,
tak lama setelah om herma memanggil, tubuh Vana pun mulai terlihat, Ia sedang menuruni tangga.

“aduh duh duh, cantiknya anak ayah, mau kemana sih memangnya?” tanya om herma, sambil memuji anaknya yang cantik, Vanara.

“mau ke tukang batagor, yah, hehe” jawab Vana, sambil meringin tersenyum, menunjukan gigi rapihnya.

“halah ke tukang batagor toh, ya udah sana, hati hati ya kalian berdua.” seru om herma.

“iya, yah. aku keluar dulu ya” ucap Vana.

“siap om, saya pinjam Vana dulu ya, hehehe,” Abi mengeluarkan sedikit candaan.

Abi dan Vanara segera keluar dari rumah, dan menaiki motor. Abi mengangguk kepada om herma, sebagai salam. dan Abi menancap gas motornya, lalu mereka berdua mulai menjauh dari area rumah Vana.