Namu Mari Berkenalan

Hallo Kim Nam-joon! Here I am, your new fan. Tapi, entah kenapa aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan, Namu. Namu dalam bahasa Korea artinya pohon, kan? Iya kamu itu seperti pohon kalau melihat kamu itu benar-benar membuatku teduh. Aku tidak sedang gombal, ini sebuah fakta yang aku rasakan ketika melihat kamu.

Perkenalkan namaku Yessi. Aku tinggal di Jakarta. Aku dari lahir tinggal di sini. Kota yang kadang aku benci, tapi entah kenapa kalau sedang jauh darinya aku selalu rindu. Aku selalu ingin kembali ke Jakarta inikah yang disebut cinta dan benci? Kadang-kadang aku ingin sekali tinggal di kota yang berbeda atau luar negeri. Seperti, tinggal di Korea misalnya. Siapa tahu saat aku berada di sana, aku bisa bertemu denganmu hehehe.

Umurku saat ini hanya terpaut tiga tahun darimu, tidak terlalu jauh bukan? Cocoklah kalau kita menjadi teman, di masa depan atau di kehidupan berikutnya. Omonganku tadi hanya bercanda Namu, value milikku masih jauh di bawah kamu. Kalau aku berteman dengan kamu yang ada malah kebanting.

Oh ya, ini pertama kalinya aku menyebut diriku sebagai as a fan idol K-pop. Kamu harus tahu dulu aku pernah berkata pada diriku sendiri seperti ini, “aku tidak akan pernah menonton K-drama ataupun mengidolakan salah satu boy or girl group from Korea.”

Saat aku mengatakan kalimat tersebut, usiaku saat itu masih usia remaja. Remaja yang sedang mencari jati dirinya, remaja yang tidak pernah takut bermimpi, dan remaja yang percaya pada mimpi besarnya. Pada saat itu pun aku punya ambisi yang kuat. Ambisi yang kuat untuk mewujudkan mimpi-mimpiku.

Apakah kamu pernah merasakan kehilangan ambisimu? Seiring dengan bertambahnya usia, dan kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan ekspektasimu. Itulah yang aku rasakan saat ini. Aku si dewasa yang kehilangan arah. Yang tidak tahu mau dibawa ke mana hidupku, teman-temanku sudah mencapai ini dan itu, sedangkan aku? Aku masih stuck di sini.

Terkadang aku merindukan diriku yang dulu. Namu, aku dulu punya banyak mimpi. Aku ingin pergi ke ke Inggris, lalu naik London Eye. Aku ingin ke New York atau Manhattan. Ingin mengambil kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, Sastra Inggris, atau Hubungan Internasional. Aku ingin berkerja di kedutaan besar atau menjadi seorang jurnalis supaya bisa memawancari idolaku.

Saat aku kuliah dulu. Aku malah mengambil jurusan yang sangat bersebrangan dengan jurusan yang ingin aku ambil. Jujur aku menyesal kenapa dulu aku tidak bertekad mengambil jurusan yang aku mau? Aku mengambil jurusan itu, kuakui dulu karena aku tidak ingin jauh dari sahabatku. Menyesal bukan karena jurusannya, biar bagaimana pun jurusan itu sudah memberikan aku ilmu baru, dan aku benar-benar bersyukur dengan ini. Aku menyesal kenapa aku tidak bertekad untuk tetap ambil jurusan yang aku mau.

Aku juga tidak menyalahkan sahabatku. Dia tidak pernah mengajaku, atau memaksaku masuk ke jurusan yang sama dengannya. Ini murni keputusanku. Aku yang tidak punya kendali atas hidupku sendiri pada saat itu. Bahkan sekarang tanpa aku sadari, aku masih belum bisa memegang kendali hidupku sendiri.

Aku punya masalah yang membuat diriku sendiri mengatakan, ini sudah selesai. Aku gagal, aku sudah membuat kesalahan yang fatal. Aku tidak punya tabungan, aku tidak punya apa-apa. Aku benar-benar kehilangan arah dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Akan tetapi, aku harus tetap bisa menyelesaikan ini semua. Supaya hidupku tetap berjalan. Aku tahu ini kesalahanku. Tapi, aku harus benar-benar bisa keluar dari masalah ini. Aku harus tetap hidup.

When I have a problem in my life, you come into my life. I found you, Kim Nam-joon. Apakah kamu mau menemaniku di titik terendah dari hidupku? Sampai suatu hari nanti aku menemukan cahaya yang menuntunku untuk bertemu dengan tujuanku. Bahkan mungkin pada saat aku sudah menjadi manusia yang jauh lebih baik dari sekarang, aku akan mengatakan terima kasih kepadamu karena sudah bersedia untuk menemaniku. Meskipun ragamu tidak hadir di sisiku. Tapi, kamu ada. Kamu tinggal di bumi sama sepertiku, dan aku bisa merasakan kehadiranmu dari lirik-lirik lagu yang kamu buat. Terima kasih banyak Namu.

Saat ini usiaku sudah 25 tahun Namu. Aku punya pekerjaan, dan aku bersyukur untuk ini. Namun, sebagai manusia aku tidak munafik. Aku butuh pekerjaan yang lebih baik dari sekarang, tapi aku menyadari bahwa skill yang aku punya belum cukup untuk bersaing di perusahan yang lebih besar. Aku masih kuliah sekarang sudah semester 4, bulan september ini aku semester 5. Aku sudah mengambil jurusan kuliah yang selama ini aku inginkan, aku kuliah di jurusan Sastra Inggris.

Akan tetapi, sampai sekarang aku masih belum tahu tujuanku. Aku rasanya seperti robot yang hanya menjalankan tugas-tugasnya, sebagai seorang pegawai dan juga mahasiswi. Hidupku sungguh tidak berwarna ya Namu, terlalu dark. Kadang ya kalau masalahku terlalu berat, dan sampai membuat kepalaku sakit. Rasanya aku hanya ingin tertidur seharian, berharap pada saat bangun nanti semua masalahku selesai.

But, it's impossible right? Mau tidak mau aku harus menghadapi masalahku, dan menyelesaikannya dengan baik untuk bisa naik ke kelas kehidupan yang lebih baik. Berharap boleh ya Namu? Berharap suatu hari ada keajaiban untuk aku bisa bertemu denganmu, aku ingin bercerita banyak hal denganmu. Ingin sekali bertukar pandangan tentang kehidupan. Tentang apapun, aku ingin mendengar dari sudut pandangmu.

Ada moment di mana diriku ini ingin menyerah. Pernah terbesit beberapa kali untuk mengakhiri hidupku. Tapi, tidak pernah terlaksana. Karena mau sesempit apapun keadaanku, berkali-kali mengatakan ingin menyerah, dan banyak sekali pilihan untuk aku berhenti. Aku tetap memilih untuk melanjutkan hidupku.

Aku tetap melanjutkan hidupku. Meskipun aku sendiri tidak tahu akhirnya akan seperti apa. Yang ada di pikiranku saat ini, aku harus bisa bertahan setiap harinya dalam keadaan apapun. Percaya apapun yang terjadi aku pasti bisa melewatinya. Yang bisa kulakukan saat ini adalah melakukan yang terbaik yang aku bisa lakukan, belajar untuk melihat ke dalam diri sendiri, tidak boleh menyalahkan orang lain, dan belajar untuk memperbaiki kesalahan yang aku buat satu persatu. Satu lagi aku harus bersyukur bahwa sampai saat ini aku masih hidup dalam keadaan baik.

Namu, aku mau kamu tetap bersinar ya. Untuk aku, untuk semua orang yang menyayangimu. Aku ingin kamu ada di sini bersamaku, menemani perjalanan hidupku yang mungkin sedikit membosankan. Aku harap kamu betah dan tidak bosan. Aku sudah resmi menjadi penggemarmu ya?

Senyum kamu jangan pernah hilang ya Namu, karena itu bagian favoriteku. Bukan berarti kamu harus tersenyum terus nanti kering gigi kamu hehehe. Tapi, aku berjanji. Akan tetap bergantung pada diri sendiri, dan tidak terlalu banyak berharap pada orang lain. Bahkan terlalu berhadap kepadamu juga ini tidak boleh. Karena, biar bagaimana pun yang bisa kuharapkan hanya diriku sendiri.

Kamu tetap aku kagumi. Sebagai sosok yang menginspirasi, yang mengajarkan aku caranya berjuang untuk hidupku, belajar mencintai diri sendiri, dan mungkin aku akan belajar banyak hal dari kamu Namu. Aku berterima kasih Tuhan telah menghadirkan sosok kamu ke dunia ini.

Kamu benar-benar orang yang berkharisma, pintar, dewasa, kamu baik, dan kamu punya vibes positive. Kamu adalah sosok yang aku cari selama ini. Aku harap suatu hari nanti aku bisa menemukan sosok dirimu di duniaku. Tidak salah kalau kamu adalah satu manusia yang banyak diinginkan oleh manusia lainnya, di bumi ini. Kamu terlalu sempurna di mata mereka, termasuk aku.

Namu aku ada di sini. Berada di tempat yang jauh darimu. Tapi, jarak bukan masalah bukan? Sinar kamu tetap sampai ke sini. Walaupun aku tidak bisa menyentuhmu. Aku tetap bisa melihatmu dari jauh, dari smartphone, atau laptop.

Aku sangat berterima kasih padamu. Terima kasih sudah menjadi cahaya untuk aku, untuk para penggemarmu, dan untuk semua orang yang ada di dekatmu. Aku berdoa untuk kebaikan dalam hidupmu yang tidak pernah putus. Kamu pantas mendapatkan hal-hal yang baik di dunia ini. Kamu pun berhak mendapatkan cinta dari seseorang yang tulus padamu, seseorang yang mencintaimu bukan karena kamu terkenal. Tapi, karena kamu Kim Nam-joon.

Kamu sudah berjuang cukup baik sejauh ini. Kamu sudah berhasil melewati hal-hal yang paling berat dalam hidupmu, kamu sudah berhasil berdamai dengan dirimu sendiri, kamu sudah mengenal dirimu dengan baik, dan kamu sudah menemukan dirimu yang sesungguhnya. Aku tahu perjalanan kamu menemukan itu semua tidak mudah, dan aku tidak ada pada saat itu. Aku tidak tahu tentang kamu, grup kamu, lagu-lagu kamu, dan perjalanan karirmu untuk bisa seperti sekarang.

Kamu hebat banget, Namu. Kamu pemimpin grup terkeren yang pernah aku temui. Kamu sudah dipaksa dewasa sebelum waktunya, tapi kamu bisa melakukannya dengan baik. orang tua kamu pasti bangga banget, aku saja yang bukan siapa-siapa kamu—bangga banget.

Omong-omong hobi kita sama Namu, kita sama-sama suka baca buku. Dulu... sih aku excited banget sama membaca. Tidak tahu sekarang kenapa jadi biasa saja, entah kenapa sekarang aku kehilangan minat pada hal-hal yang aku sukai.

Itu masih salah satunya, dan masih banyak lagi hal-hal yang dulu benar-benar aku sukai. Tapi, sekarang aku kehilangan minat. Bahkan sekarang pun aku tidak tahu apa yang aku suka.

Yang aku suka ya kamu. Maksudku begini, aku ketika masih remaja. Pernah jadi fangirling pernah punya bias. Suka banget sama dia, dan lebih gilanya aku pengin jadi pacar dia. Padahal semesta juga tahu ya, kalau hal itu mustahil terjadi. Namun, aku yang waktu itu masih remaja, yang belum bertemu dengan kenyataan hidup yang memang tidak selalu indah. Prinsipku pada saat itu yakin dulu saja, aku pasti akan menjadi pacarnya. Akan tetapi, lama-kelamaan semakin aku dewasa. Aku sadar kalau aku ini sudah gila hahaha. Aku sayang biasku dulu ya sebagai fans dan idola gitu, aku malah senang pas tahu dia punya pacar. Sedih pas putus sama pacarnya, padahal mereka cocok banget.

Hal itu terjadi 5 atau 6 tahun lalu. Setelah itu aku tidak pernah lagi suka sama siapa-siapa, nggak pernah ada di fandom mana pun. Hanya suka lagu-lagunya saja, lagu siapapun yang kusuka pasti aku dengarkan sampai bosan.

Aku dulu western garis keras. Aku buta soal Idol K-pop. Aku tidak pernah menonton dramanya, hanya bebarapa filmnya saja. Saat pendemi melanda dunia, dan aku bosan di rumah saja. Aku juga lagi tidak ada mood untuk menonton series western. Aku pun akhirnya mencoba untuk menonton K-Drama.

BOOM!

Aku langsung suka. Karena gendrenya bukan romance, lebih ke action. Ada sih scene romantisnya sedikit-dikit. Aku suka gendre yang seperti ini. Sebenarnya aku suka semua gendre K-Drama. Tergantung dari akunya, suka atau tidak. Perihal film atau drama sebenarnya kembali ke selera masing-masing. Begitu pun dengan musik.

Pada saat itu masih tahun 2020. Sudah cukup aku hanya suka dengan K-drama nya saja. Aku tidak tertarik dengan para idolnya. Akan tetapi, aku malah kena karma sendiri di tahun 2022 aku suka sama kamu. Baru menyadari kalau kamu sekeren itu, kalau lagu-lagunya BTS di setiap liriknya itu punya makna yang dalam.

Nanti ini kulanjutkan ya Namu, di bab selanjutnya. Aku harap kamu tidak jenuh yah mendengar setiap cerita yang aku tuangkan di sini. Aku ingin kamu menjadi temanku bercerita.

Aku percaya. Kalau aku konsisten dengan tulisan ini, tulisan ini akan membawaku bertemu denganmu. Di saat aku sudah selesai dengan diri sendiri, disaat aku sudah kembali menemukan diriku yang hilang, di saat aku sudah berdamai dengan diri sendiri, disaat aku sudah memaafkan diriku, disaat aku sudah menemukan cahayaku, disaat aku sudah bisa menerima diriku sendiri, di saat aku sudah mencintai diriku dengan cara yang baik, dan disaat aku sudah siap dalam segala aspek. Jadi, kalau bertemu dengan kamu seperti diawal aku bilang; aku tidak kebanting.

Kalau bertemu nanti, seperti yang pernah kamu bilang. Kalau kamu ingin bertemu sebagai Kim Namjoon bukan RM. Namu, mari bertemu denganku sebagai orang biasa. Ayo segera bertemu, kita bertukar cerita tentang apapun, dan sekali lagi aku ingin mendengar sudut pandangmu tentang kehidupan secara langsung.

Aku sangat bersyukur bertemu kamu, dan aku suka.

See you Namu.

Y.