Auditorium

Setelah kedua gadis tersebut menyadari hal tersebut, mereka memutuskan untuk bergegas kembali menuju Auditorium. Belum genap langkah mereka menuju Auditorium, fokus mereka berhasil dibuyarkan oleh beberapa suara laki-laki yang kini berada tepat di belakang mereka.

Aletta mengetahui salah satu suara laki-laki itu, namun ia memilih tak menggubrisnya dan sengaja menarik lengan Axelle. Sahabatnya yang kini berdiri tepat di sampingnya, sedikit dibuat kebingungan oleh tingkah laku dirinya. Pasalnya, hal tersebut tergambar jelas di wajah Axelle hingga ia tak memiliki kesempatan untuk bertanya kepada sahabatnya itu.

Ketika mereka melanjutkan langkahnya perlahan menuju Auditorium, suara salah satu laki-laki itu berhasil mengejutkan kembali kedua gadis ini. Aletta mendengar dengan jelas suara yang ia kenali, berkali-kali memanggil namanya dan tengah berharap dirinya akan menoleh ke sumber suara tersebut, walaupun hanya beberapa saat.

“Aletta...” ucap seorang laki-laki yang mengenal Aletta.

Namun, masih tak ada jawaban dari sang pemilik nama.

“Kak Aletta, dipanggil sama bang Tian nih kak” ucap Jaevian sedikit membantu kakak tingkatnya, yang kini sedang berusaha memanggil perempuan itu.

“Iya, Jaev” jawab Aletta singkat sambil membalikkan punggungnya ke arah sumber suara dan sedikit tersenyum simpul.

“Gue kira si Aletta gak bakal nengok wkwk” bisik Yudha ke telinga Jojo dan Gavin yang berdiri disampingnya.

“Ikut kelas Pak Rafi juga, Al?” tanya laki-laki itu sambil melangkahkan kakinya menuju sang lawan bicara.

“Berasa nonton FTV gak sih wkwk” bisik Yudha ke telinga teman-temannya lagi.

“Ssttt... Diam sebentar yud, jangan ganggu” jawab Jojo

“Iya yud, bentar aja kok” ucap Gavin yang tengah menatap kedua insan tersebut dengan penuh asumsi.

“Iya, ikut kok. Lo juga ikut sesi ini?” tanya Aletta kepada lawan bicaranya.

“Iya, hehe. Lancar Al?” tanya laki-laki itu.

“Hmm... Ya seperti biasa aja” jawab Aletta.

Kemudian mereka berbincang cukup lama, hingga salah satu dari mereka berusaha untuk menghentikkan pembicaraan tersebut.

“Yan, udah telat banget nih. Gue duluan ya” Pamit Aletta kepada laki-laki itu sambil melambaikan tangan ke arah beberapa laki-laki lainnya, serta Jaevian.

Laki-laki itu hanya mengangguk pelan, tanda menyetujui permintaannya.

Tanpa mereka sadari, nampak sepasang netra yang tidak berhenti memperhatikan kedua insan tersebut.

Setelah Aletta dan Axelle meninggalkan mereka, sekumpulan laki-laki itu pun memutuskan untuk memasuki Auditorium.

Benar, saja baru beberapa langkah mereka menginjakkan kaki di ruangan itu, sang Dosen tengah memulai kelas dengan penuh energi.

Merasakan aura jahil sang Dosen akan menghampiri, mereka memilih untuk melangkahkan kakinya secara perlahan.