Coffee Shop


Sudah hampir setengah jam sejak kedatangan Aletta ke sebuah coffee shop, gadis ini masih terdiam dan berpaku pada ponselnya. Ia diam bukan karena ia menginginkannya, namun ada berbagai macam gejolak di dalam batinnya yang membuat dirinya hanya mampu terdiam seribu bahasa. Ada sepasang netra yang diam-diam memperhatikannya sejak ia menapakkan kaki di tempat ini, netra itu memancarkan tatapan penuh ketulusan sekaligus penyesalan. Sang pemilik netra hanya mampu memandangi diri sang gadis, dari sebuah meja yang berjarak beberapa meter dari kediamannya.

“Maaf ya mas, Jaevian telat” ucap suara laki-laki yang memecah konsentrasi sang pemilik netra, yang kini sudah berdiri di hadapannya.

“Eh, iya gapapa kok Jaev. Tadi Aletta juga udah pamit ke gue” tuturnya.

“Mas Argha lagi ngelihat apa sih, kok sampe gak fokus gitu? hehe” tanya Jaevian sang laki-laki, yang membuyarkan konsentrasi si pemilik netra itu.

“Ah, enggak kok. Oh iya Jaev, kamu sama Caca langsung ke mejanya Aletta saja. Soalnya dia udah nunggu kalian dari tadi tuh” tutur laki-laki itu, kepada Jaevian dan Caca yang baru saja sampai di tempat ini.

“Iya mas, Jaevian izin kesana dulu ya mas. Maaf ya mas, hari ini Jaevian jadi gak maksimal bantuin mas Arghanya” tutur Jaevian sambil tersenyum simpul.

Benar. Laki-laki yang sejak awal menatap Aletta cukup dalam dan bermakna, ialah Argha Kusuma sang pemilik coffee shop ini. Ia adalah putra sulung di keluarga Kusuma, yang merupakan kakak laki-laki Aletta Kusuma dan Windra Kusuma. Bagi Jaevian, sang pemilik tempat ini dikenal cukup ceria dan terbuka sehingga ia bertanya ketika mendapati sang pemilik coffee shop, hanya diam dan terpaku pada satu titik.

“Iya, gapapa kok Jaev. Yasudah, langsung susul Aletta saja ya” ucap laki-laki itu.

Jaevian dan Caca yang mendengar ucapan itu, segera mengangguk dan bergegas menghampiri Aletta yang sudah menunggu mereka sejak setengah jam yang lalu.


Selang sepuluh menit kedatangan Jaevian dan Caca, kini sudah ada dua orang laki-laki yang tiba di coffee shop itu. Ya, mereka adalah Jojo dan Tian yang sudah memiliki janji temu dengan sang adik pemilik tempat ini. Mendapati pemandangan yang tak asing baginya, Argha segera menghampiri kedua laki-laki tersebut.

“Loh, ada tamu jauh nih” sapa Argha kepada Jojo dan Tian, yang kini sudah berdiri tepat dihadapannya.

“Iya nih, udah lama banget ya bro kita gak ketemu” jawab Tian kepada Argha sambil tersenyum.

“Iya nih, maaf ya bro udah lama kita gak main kesini. Ya, terakhir pas masih ada Bella aja” tutur Jojo.

“Iya, udah lama banget ya. Gue juga sampai lupa itu kapan haha” balas Argha.

“Gimana bro, lancar kan?” tanya Tian.

“Ya, seperti yang kalian lihat sekarang” ucap Argha.

Suasana di coffee shop ini memang ramai pengunjung setiap harinya, tapi tetap saja meskipun ramai dengan pengunjung, tempat ini tidak menghasilkan suara gaduh ataupun riuh. Suasana di tempat ini dikenal cukup tenang, sehingga banyak pengunjung yang memutuskan untuk berkunjung kesini. Sekadar hanya untuk bertemu dengan teman, mengerjakan tugas, ataupun bertemu dengan klien.

“Dari dulu sih, vibesnya enak banget disini” tutur Jojo sedikit antusias.

Argha hanya tersenyum dan tak merespons ucapan Jojo

“Bro, Al dimana?” tanya Tian kepada Argha.

“Pasti ya, gak jauh-jauh yang dicari adik gue hehe” jawab Argha.

“Iya dong, masa yang dicari Pak Jhordan. Nanti kalo dikasih saham kan ribet urusannya haha” tutur Jojo sedikit mengajak bercanda.

“Haha, bisa aja lo Jo” balas Argha.

Kemudian, Argha mengantar kedua laki-laki itu menuju tempat kediaman adiknya.

“Dek, ini Tian sama Jojo baru sampai” ucap Argha kepada Aletta yang tengah berdiskusi dengan Jaevian dan Caca.

“Iya mas, makasih ya. Udah mau antar Jojo sama Tian ke mejaku” tutur Aletta kepada sang kakak, yang kini sedang tersenyum kepadanya.

“Iya, sama-sama. Yan, Jo silahkan duduk” tutur Argha sambil mempersilahkan tamu adiknya untuk segera duduk.

“Makasih bro” ucap Tian dan Jojo.

“Santai aja, kalo gitu gue balik lagi ya ke depan” pamit Argha kepada mereka.

Aletta hanya tersenyum merespons ucapan kakaknya, dan di ikuti dengan teman-temannya. Setelah kakaknya meninggalkan kediamannya, kini mereka semua sibuk berbincang dan berdiskusi perihal membantu tugas Caca dan Maudy. Hingga Jojo menghentikkan diskusi tersebut, dengan membuka topik yang berbeda.

“Eh, Yan. Lo bawa apa sih kok gak di keluarin? Mau lo simpan aja tuh barang sampai nanti balik haha” ucap Jojo sambil memberikan aba-aba kepada Tian, untuk segera mengeluarkan bingkisan yang mereka bawa.

“Bawa apaan si lo pada?” tanya Caca sedikit penasaran.

“Ini Ca, ada sedikit bingkisan buat lu sama Aletta” tutur Tian sambil mengulurkan
dua bingkisan kepada Aletta dan Caca.

“Tumben, tapi makasih deh ya. Lumayan gue jadi punya makanan nih buat nanti ngerjain tugas haha” balas Caca sambil menerima uluran bingkisan untuknya, yang diberikan oleh Tian.

“Al, ini buat kamu” ucap Tian sambil berusaha mengulurkan kembali bingkisan yang ia bawa, sambil tersenyum kepada sang lawan bicara.

Aletta tak menggubrisnya dan hanya fokus pada layar ponselnya, melihat pemandangan yang sedikit canggung membuat Jojo sedikit terusik dan kembali angkat bicara, seraya membantu sahabatnya itu.

“Al, terima dulu dong itu bingkisan dari Tian” ucap Jojo yang kini membuyarkan fokus Aletta.

“Oh... maaf-maaf ya. Makasih ya Yan, kan udah gue bilang jangan bawain buat gue” balas Aletta sambil sedikit terburu-buru menerima bingkisan tersebut.

“Lagi ada apa sih Al, kayanya lo serius banget?” tanya Jojo.

“Biasa Jo, lagi lihat lomba” balas Aletta.

“Lomba apa ka?” tanya Jaevian.

“Biasa, fotografi nih” ucap Aletta yang masih terfokus dengan ponselnya.

“Bukannya minggu lalu baru dibuka pendaftaran buat lombanya ka?” balas Jaevian.

“Iya, ini gue lagi cari info masih bisa atau enggak kalo gue daftar sekarang” ucap Aletta.

“Setau Jaevian sih, masih bisa kok kak. Coba aja kakak daftar” balas Jaevian.

“Iya, ini gue lagi daftar Jaev. Ternyata masih bisa”. tutur Aletta.

Melihat dua orang yang sedang fokus membahas topik tersebut, membuat tiga orang lainnya hanya mampu diam sejenak.

“Pantes, kalo udah soal begini mah gak bisa diganggu” ucap Jojo.

Memang benar, jika sudah berkaitan dengan fotografi pasti Aletta sangat antusias dan bisa mengabaikan sekitar untuk beberapa saat.

“Kalo bukan cuan, gue masih bisa santai Jo” tutur Aletta.

“Hmm, kamu fokus ke pendaftaran aja Al” ucap Tian kepada Aletta yang kini baru saja meletakkan ponselnya di meja.

“Udah selesai kok, yuk lanjut” ucap Aletta sambil menatap teman-temannya.

“Kamera kak Aletta gimana kak? butuh di service gak sebelum lomba? biar nanti Jaevian bawa ke tempat service langganan Jaevian” ucap Jaevian kepada Aletta.

“Hmm, coba nanti gue check dulu ya Jaev. Kalo emang butuh di service nanti gue kabarin lo kok” jawab Aletta sambil berusah mengingat kondisi kameranya.

“Iya kak, kabarin Jaevian aja” balas Jaevian.

Mendengar ucapan Jaevian yang seperti itu, kini Aletta hanya mengacungkan ibu jarinya sebagai isyarat ia mengiyakan ucapan Jaevian.