Kelas Pak Rafi

Setelah membeli bakso bakar, Aletta dan Axelle bergegas memasuki area kampus sambil sedikit berlari. Karena mereka menyadari, bahwa mereka akan telat mengikuti kelas umum Pak Rafi, dan mereka sangat memahami karakter Dosennya yang sedikit jahil terhadap mahasiswa serta mahasiswinya.

Sesaat sebelum mereka memasuki area kampus, ada empat pasang netra yang tiada hentinya mengedarkan pandangan kepada dua gadis itu. Namun, sangat disayangkan kedua gadis tersebut tak menyadarinya dan tengah sibuk berlarian menuju Auditorium.

Seketika derap langkah kaki kedua gadis tersebut terhenti, di depan seorang laki-laki bertubuh tinggi yang sedang mengamati mereka dengan penuh tanya.

“Kak Aletta sama Kak Axelle kenapa lari-larian?” tanya laki-laki itu kepada dua gadis dihadapannya yang tengah mengatur deru nafasnya.

“Itu.. abis... beli...bakso...bakar...Jaev” jawab Axelle sedikit terbata-bata.

“Ngejar biar enggak telat kelas Pak Rafi, Jaev” jawab Aletta cukup tenang, meski deru nafasnya belum terlalu stabil.

“Oalah, Kak Aletta sama Kak Axelle ikut kelas sesi satu ya kak?” tanya Jaevian kepada dua gadis dihadapannya, yang merupakan kakak tingkat di kampusnya.

“Iya, Jaev” jawab Axelle dengan cepat.

“Lo ikut sesi satu juga, Jaev?” tanya Aletta kepada Jaevian yang tengah sedikit tersenyum kepadanya.

“Enggak kak, Jaevian sesi dua”

“Lah, kok jam segini udah datang jaev?” tanya Axelle sedikit penasaran.

“Iya kak. Pak Rafi bilang mau ada project gitu, sekalian cari anggota lagi dari sesi satu”

“Project apa Jaev?” tanya Aletta berikutnya.

“Jaevian juga kurang tahu kak, Pak Rafi belum jelasin tentang projectnya”

Kedua gadis tersebut hanya menganggukkan kepala sambil memutar bola matanya perlahan, seraya memikirkan apakah mereka yang akan dilibatkan dalam project itu. Tak terasa waktu terus bergulir dan pembicaraan mereka terus berlanjut, hingga kedua gadis tersebut melupakan satu hal.

Benar. Kelas Pak Rafi.