Masterpiece


Jojo dan Jaevian, kini tengah sibuk membantu Caca perihal tugas yang diberikan oleh Dosennya tersebut. Hingga menyisakan dua orang yang sudah lama tak bersua, terhanyut dalam keheningan cukup lama. Menyadari suasana yang sedikit canggung, membuat Tian berancang-ancang untuk memulai komunikasi dengan Aletta.

“Hmm... Hi, Al” sapa Tian kepada Aletta sedikit kikuk.

Merasa dirinya sedang diajak berbicara dengan laki-laki itu, membuat Aletta segera merespons ucapan sang laki-laki.

“Yan, kita kan udah ngobrol bareng dari tadi. Intro lo masih aja kaku banget” tukas Aletta.

“Hehe, iya Al. Kan belum ngobrol berdua sama kamu” ucap Tian sambil tersenyum.

“Santai aja sih, Yan. Gue gak akan ngamuk ke lo kali haha” tutur Aletta sedikit bercanda.

”.... Jadi gimana, Al?” balas Tian setelah sempat terdiam.

“Masih sama aja kaya dulu. Gak ada yang beda, Yan” balas Aletta.

“Kata siapa gak ada yang beda? Aku lihat makin ada perbedaan yang signifikan di kamu” tutur Tian sedikit serius.

Mendengar ucapan Tian yang sedikit serius, membuat Aletta merasa sedikit tak yakin dengan apa yang diucapkan oleh laki-laki dari masa lalunya.

“Enggak ada, kayanya. Emang apa sih? coba jelasin ke gue kalo ada” jawab Aletta yang kini sudah mencoba serius menanggapi ucapan laki-laki itu.

“Kamu semakin cantik, Al. Sayang banget aku gak bisa selalu ada untuk kamu” tutur Tian dengan sangat serius.

Kata-kata itu bak mangnet yang berhasil menarik dirinya, menuju kutub yang berlawanan. Sontak membuat Aletta menoleh ke arah Tian yang kini sudah berada tepat di sisi kirinya, dan hanya mampu tertegun memandangi laki-laki itu. Setelah mendengar kata-kata itu mereka sempat beradu tatap cukup lama, hingga membuat ketiga orang temannya merasa tak enak hati untuk menghentikkan adegan ini.

“SUMPAH PURA-PURA GAK LIHAT GUE, TUHAN” ucap Caca setengah histeris dengan volume suara yang ia buat seminimal mungkin.

“Ssttt... Ca, jangan ganggu. Biarin aja, udah lama mereka gak kaya gitu” ucap Jojo setengah berbisik kepada Caca.

Oh no. Adegan FTV banget nih, hehe” tutur Jaevian sedikit bercanda.

“Udah biarin aja, lebih baik kita pura-pura gak tahu. Yuk, kita lanjutin aja biar mereka gak curiga ke kita” tutur Jojo seraya mengajak Caca dan Jaevian, untuk tidak memperhatikkan dua insan tersebut.

Sial! batin Aletta sedikit mengumpat kesal. Setelah sekian lama, mengapa harus hari ini dirinya merasa seperti ditarik ke masa lalu. Merasa tak ingin mengingatnya, kini Aletta tersadar dan segera mengalihkan pandangannya.

“Gak jelas deh lo. Kebanyakan nonton film romance jadi cheesy” jawab Aletta sedikit ketus.

Tian hanya mampu tersenyum melihat ekspresi Aletta, yang ia anggap sangat menggemaskan. Bagi dirinya setiap ekspresi yang Aletta tunjukkan adalah sebuah Masterpiece dari sang pencipta.

“Loh, emang itu kan faktanya. Jangan cemberut gitu Al, nanti kalo ada yang lihat terus suka sama kamu gimana? kan bisa gawat urusannya hehe” ucap Tian sedikit jahil.

“Makin gak jelas lo gue lihat-lihat. Capek banget gue nahan ke uwuan ini dari tadi” pungkas Caca yang kini sudah merasa geram dengan ucapan Tian.

Mendengar ucapan Caca membuat Jojo terkejut, hingga sedikit menarik lengan kemeja gadis itu. Gadis itu tak ingin melihat sahabatnya berlarut-larut dalam jeratan ucapan manis, sang laki-laki yang kini sudah ia tatap cukup tajam.

“LET IKUT GUE SEKARANG JUGA!” perintah Caca kepada Aletta.

Merasa sedikit bingung dengan tingkah laku sahabatnya, namun Aletta tetap saja mengikuti permintaan sahabatnya itu.

“Mau kemana si Ca?” tanya Jojo yang berusaha menghentikkan pergerakkan kedua gadis tersebut, yang sudah hampir bergegas pergi meninggalkan ketiga laki-laki itu.

“DIAM LO! GAK USAH BANYAK TANYA!” ucap Caca dengan intonasi sedikit lantang

“Udah Jo, santai aja. Paling dia cuma mau ngajak foto-foto” tutur Aletta begitu tenang, meski ia berada disamping sahabatnya yang sedang merasa geram.

Ketiga laki-laki itu hanya mampu mengiyakan keinginan salah satu gadis tersebut, yang kini sudah berada di sebuah spot foto. Caca mengeluarkan ponsel dan tengah membuka kameranya untuk segera mengambil gambar sahabatnya, yang ia anggap sia-sia jika tidak ia abadikan. Kemudian, dua gadis itu sibuk dengan mengambil gambar secara bergantian disertai dengan canda tawa khas mereka.

Tanpa mereka sadari, ada banyak netra yang saat ini tengah menatap mereka dengan tatapan kebahagiaan. Bagi Aletta momentum seperti ini, yang mampu membuat dirinya merasa hidup kembali.