Notifikasi


Aletta baru saja selesai mencoba gaun yang dibelikan oleh kakak sulungnya, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar fitting room. Baru beberapa saat aletta meninggalkan ruangan tersebut, pandangannya langsung disambut oleh seorang laki-laki bertubuh tinggi yang sedari tadi telah menunggunya untuk mengajak berbicara.

“Al, udah selesai fittingnya? mau lanjut jalan cari buku, atau lo mau nyantai dulu di coffee shop? tanya seorang laki-laki tersebut kepada aletta yang tengah sibuk memandangi layar ponselnya.

Benar saja, sejak aletta melangkahkan kakinya menuju pintu keluar fitting room, ia tak sedetik pun berhenti menatap layar ponselnya. Apa yang aletta lihat sedari tadi di layar ponselnya? sampai sampai ia tak menjawab pertanyaan laki-laki tersebut, yang telah berdiri di hadapannya sejak awal aletta kembali dari ruangan itu. Laki-laki tersebut terlihat sedang berpikir seolah menerka-nerka apa yang telah terjadi, sehingga aletta hanya berdiri tegap dihadapannya dan terhanyut dalam lamunan memandangi layar ponselnya.

Laki-laki itu semakin penasaran, entah apa yang sedang terjadi hingga membuat aletta berhasil hanyut dalam lamunan yang cukup lama. Sudah hampir sepuluh menit aletta terhanyut dengan lamunan dan pikirannya sendiri, membuat laki-laki tersebut memberanikan diri untuk memecahkan suasana yang hening sejak sepuluh menit yang lalu.

“Al? lo kenapa? kok daritadi gue liat-liat lo diem aja sambil ngelamun ngeliatin hp lo terus, ada masalah ya al?” tanya laki-laki tersebut berhasil membuyarkan lamunan aletta, dan membuatnya sedikit terkejut setelah mendengar suara laki-laki itu.

“ah... eng.... enggak vin, gue gapapa kok” jawab aletta sedikit terbata-bata dan sambil tersenyum canggung

“lo serius gapapa al? kalo ada apa-apa bilang aja sama gue, kali aja gue bisa bantu lo al”

“gak ada apa-apa kok vin, serius deh” jawab aletta cukup tegas untuk menenangkan gavin, laki-laki yang sudah hampir setengah hari ini menemaninya kemana pun ia pergi.

“oh, yaudah kalo emang gapapa gue jadi lega dengernya al” ucap gavin yang saat ini tengah menatap mata perempuan yang berada tepat dihadapannya sambil tersenyum.

“iya, gue gapapa kok vin. Yuk, kita lanjut jalan lagi takutnya nanti gue keburu mager hahaha” ucap aletta sambil sedikit tertawa.

Melihat pemandangan yang ada di hadapannya saat ini, membuat gavin cukup tenang dan merasa lega karena perempuan yang sedari tadi sempat terdiam cukup lama, namun pada akhirnya mampu tersenyum kembali.

Berbeda dengan perasaan gavin, aletta saat ini tengah menghadapi konflik batin dengan dirinya sendiri. Entah apa ekspresi yang harus aletta tunjukkan pada gavin, jika laki-laki itu mengetahui apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Aletta memang sengaja tidak menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, ia tak ingin membuat gavin merasa khawatir pada dirinya, dan ia juga tak ingin terlihat lemah dihadapan gavin. Ya... begitulah aletta, ia paling pandai dalam hal menutupi apa yang sedang terjadi kepada orang sekitarnya, ia juga benci harus terlihat lemah dihadapan orang lain.

Alasan aletta tak ingin bercerita pada gavin bukan semata-mata ia bersifat tertutup, melainkan ia tak ingin ada orang lain yang melihatnya menangis karena tak mampu menahan beban yang telah lama ia simpan jauh di dalam lubuk hatinya. Aletta akan sangat sensitif apabila bercerita tentang keluarga, pasalnya ia memiliki histori sedikit kurang baik bersama keluarga intinya.

Meskipun saat ini aletta sedang pergi bersama gavin, ia sangat ingin menangis jika memikirkan apa yang sedang terjadi. Perihal notifikasi group obrolan keluarga saja, mampu membuat aletta merasa memiliki banyak luka gores di hatinya.

Ah, benar.

Notifikasi yang ia dapat dari group obrolan keluarga 'The Kusuma', yang membuat aletta sedari tadi hanya diam terpaku dan hanyut dalam lamunan. Bukan aletta tidak membuka dan membaca group itu, hanya saja ia sudah melihat isi group tersebut lebih awal melalui bar notifikasi di layar ponselnya. Sehingga membuatnya enggan sekali untuk membuka group tersebut, bagi aletta merespon group obrolan keluarganya untuk saat ini, hanya akan menyakiti dirinya sendiri.

Bagaimana tidak? sosok papah yang selama ini aletta idam-idamkan tak sedikit pun melirik dirinya. Bagi aletta seluruh perhatian dan kasih sayang papahnya hanya tertuju pada seseorang, seseorang yang selalu dibangga-banggakan oleh papahnya.

'Siapakah dia?'

'dan mengapa selalu menjadi sosok yang membanggakan bagi papahnya aletta?'

'lantas, apakah aletta akan terus tersakiti jika melihat situasi ini secara terus-menerus?'