Dini Hari


Malam ini di kamar aletta terasa sangat berbeda atmosfernya, ia sengaja tak menghidupkan ac kamarnya dan lebih memilih jendela kamarnya terbuka cukup lebar. Seolah mengisyaratkan angin untuk berhembus memenuhi seluruh ruang di kamarnya.

Benar, ia sangat menyukai situasi ini.

Malam yang terasa sunyi, dan hanya ada suara detak jam dinding, serta bisikan lembut angin yang mencoba menyapa telinganya. Situasi ini membawanya kembali akan kenangan beberapa tahun lalu, yang membuat ia dan semua keluarganya tergores luka. Aletta sangat menyukai atmosfer seperti ini, namun ia membenci kenangan itu selama ia hidup di dunia ini.

“persis” gumam aletta yang sedang berdiri memandangi jendela kamarnya.

Entah apa yang aletta pikirkan sebelumnya, hingga ia berhasil memasuki lorong waktu dan seperti ditarik ke peristiwa beberapa tahun silam. Mendapati dirinya yang tiba-tiba terhanyut akan pikirannya sendiri, membuat aletta berhasil tersadar dan segera bergegas ke arah meja belajarnya.

“jam berapa sih sekarang?” tanya aletta kepada dirinya sendiri sambil menatap layar ponselnya yang kini menunjukkan pukul dua dini hari.

Memang benar, saat ini waktu sudah memasuki pukul dua dini hari dan aletta masih sibuk berkutat dengan buku bacaan. Kalau boleh memilih, rasanya aletta ingin sekali merebahkan tubuhnya di kasur, namun apa boleh buat? ia harus menyelesaikan bacaannya segera mungkin. Sebelum papahnya datang dan mendapati dirinya yang tengah asik merebahkan tubuh di kasurnya.

Satu kata yang terlintas dibenaknya saat ini ialah “Membosankan.”

Aletta merasa letih dan sangat ingin beranjak dari kursi belajarnya, namun ia cukup dibuat terkejut oleh suara notifikasi ponselnya. Pasalnya, ia mendapati nama seseorang yang muncul di bar notifikasi ponsel miliknya.

'Siapakah seseorang itu?'

'Axelle?' Bukan.

'Maudy?' Bukan.

'Ravin?' Bukan juga.

'lantas, siapakah orang itu? sampai aletta cukup dibuat terkejut olehnya?'