berakhirnya rasa ini

pukul 23.30 malam ini, baru ku rebahkan diriku setelah menghabiskan malam bersama temanku. hanya sedikit mengobrol tapi membuat suasana hatiku menjadi cukup baik. padahal beberapa hari terakhir aku sedang di masa sensitifku.

aku tak langsung terlelap, masih bermain gawai untuk melihat lihat video di sebuah aplikasi. sejauh ini laman aplikasi itu tidak menunjukkan sesuatu yang aneh. hingga akhirnya sebuah akun muncul. meski aku tidak saling mengikuti aknnya, tapi aku tau persis siapa orang di balik akun ini.

awalnya aku memang tidak tertarik dengan video tersebut, maka ku lewati setelah menontonnya di tiga detik pertama. namun, entah apa yang merasuki diriku saat itu. setelah melewatinya, aku tiba tiba berpikir untuk menonton video tersebut hingga akhir. “jarang jarang akunnya lewat timeline,” begitu pikirku.

kembali ku arahkan jemariku untuk menampilkan video tersebut. bukan video yang aneh memang, hanya sekumpulan orang yang sedang melaksanakan syuting untuk sebuah film pendek.

lambat laun ku amati video tersebut. terlihat ada gadis yang sedang menari dengan latar belakang pantai selatan jawa, serta seorang lelaki yang mengiringi tarian si gadis dengan kendhang yang ia mainkan.

ah, tentu saja aku mengenal sang tuan.

lelaki itu, aku mengenalnya. entahlah, aku juga tidak tau bagaimana harus mendeskripsikannya. teman? —memang kita berteman, sih, gebetan? —ah, tidak juga. toh, hubungan kami tidak sejauh itu. astaga, baiklah kita sebut saja dia temanku.

hubunganku dengan temanku ini memang bisa dibilang sesuatu yang cukup istimewa. sebab seringkali dia mengantar dan menjemputku selama ini. orang tuaku bahkan sudah mengenalnya cukup baik. namun, dibalik keistimewaan itu semua, tidak ada status yang pasti antara kami. aku dan dia pun tidak pernah memikirkan tentang “kita ini apa, sih?”. hal tersebut ternyata malah menjadi bumerang bagi kami, karena banyak orang salah mengartikan kedekatan kami.

kembali ke video yang ku tonton, aku merasa tak heran, sebab temanku ini memang pandai bermain segala macam alat musik. selanjutnya, detik demi detik berlalu. aku dikejutkan dengan apa yang ku lihat di pertengahan video. temanku dan si gadis penari itu, mereka tampak serasi berdua memandangi lautan di tepi pantai. berdiri berdekatan dan bersebelahan, sang videografer mengambil gambar mereka yang sedang membelakangi kamera.

tak ku sangka. jemariku menekan sekali pada layar gawaiku, menjeda video yang ku tonton, tepat pada saat mereka sedang berdiri serasi memandangi lautan.

bingung. itu yang ku rasakan. merasa sakit hati, namun siapakah aku? memangnya pantas kalau aku merasa sakit hati?

di saat yang bersamaan, sebuah telepon masuk ke gawaiku. panggilan dari jaya, si temanku itu.

—tbc.