hi –!

—Hiraeth

Di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan.

Kita memang seamin, namun kita tidak seiman.

Anna, saya pergi ke gereja dulu ya, saya dengar tadi sudah adzan sebaiknya kamu pergi ke masjid.

Hati-hati ya Haeden, nanti kita akan bertemu lagi, aku pergi duluan. Sampai jumpa.


Haeden sudah berada di dalam gereja, menyatukan tangannya dan menutup mata.

Tuhan, saya mencintainya, namun...tidak mungkin saya mengambilnya dari Tuhan nya, Pun sebaliknya. Kalau memang berpisah adalah jalan terbaik, maka saya harus merelakan nya pergi

Hampir setiap hari, Haeden merenungkan hal itu saat berdoa. Terkadang dia merutuki dirinya sendiri, kenapa ini semua bisa terjadi?


Haeden lebih dulu selesai, dia menunggu di depan masjid dan menyapa beberapa orang yang lewat. Sudah menjadi hal yang biasa, bagi orang-orang sekitar.

Tak lama, Anna pun selesai, Anna melihat Haeden yang membantu orang masjid memindahkan beberapa barang-barang. Anna masih suka terkagum-kagum oleh segala perilaku Haeden, memiliki hati dan jiwa yang bersih, rendah hati, dan tidak pernah luput dari kata bersyukur.

Wih, keren nih cowo aku.

Hahaha. Terima kasih, Cantik.

Anna yang mendengarnya, merasa jantungnya berdegup lebih kencang, dan pipinya mulai merona.

Lucu sekali kamu, Na. batin Haeden


Mereka sudah sampai di kediaman Anna, seperti biasa Haeden akan menyimpan kalung salibnya di tas, maupun di kantong.

Mama mengajak Haeden makan bersama, lalu mengajak Haeden untuk berbicara berdua.

Haeden, Tante sudah tau

Deg!! Hati Haeden berdegup kencang saat Mama Anna mengatakan kalimat yang sangat dia takuti, namun Haeden menepis semua pikiran negatif yang terlintas di benak nya.

Tau, tentang apa Tante?

Tante tau, saat kamu melangkahkan kaki ke rumah ini, kamu selalu menyembunyikan kalung salibmu. Tante tau, ini rumit, bukan masalah umur maupun kasta, namun Tuhan. Tante gak akan memaksa kamu untuk merelakan Anna, tapi Tante mohon...Jangan membuat keputusan yang gegabah, Tuhan kalian berbeda, Tante tidak akan mengizinkan Anna pindah agama ataupun kamu yang memilih pindah. Jangan khianati Tuhan kamu.

Iya tante, saya paham, cepat atau lambat kita pasti akan berpisah.

Jangan terlalu dipaksakan ya Nak? Takdir Tuhan terkadang memang rumit.


Setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan, akhirnya Haeden pun pulang kerumah dan meregangkan otot-ototnya yang tegang.

Takdir Tuhan jahat ya Na? Saya pengen sama kamu selamanya. Saya ingin egois Na, sekali saja.

Kalau kita memang ditakdirkan hanya untuk sesaat, semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari saya.

Kalau kehidupan selanjutnya memang benar adanya, saya harap kita dapat dipertemukan kembali menjadi insan kasih.


-lullabyrxse