Chapter 2

“Oke, sekian rapat proker sekaligus briefing kita buat ngisi acara Sastra Cina. Udah hampir jam delapan. Hati-hati di jalan. Biar aman, mending nebeng atau minta bareng sama anak cowok, ya. Takut ada apa-apa di jalan.” Harin menutup forumnya.

Semua mahasiswa yang tergabung di UKM Seni mulai merenggangkan otot-ototnya. Akhirnya rapat selesai juga. Lee Seoho menyandarkan sebentar punggungnya pada tembok yang ada di belakangnya. Di sebelahnya Geonhak tengah menghisap batang rokoknya tanpa beban. Setelah mengeluarkan asap dari paru-parunya, ia menyengir pada Seoho. Baru sadar akan keberadaan Seoho di sampingnya.

Sorry, Ho.” katanya sambil mengibas-ngibas asap rokok agar tidak melewati wajah manis Seoho.

“Kebiasaan.” tanggap Seoho, wajahnya merengut.

Geonhak tertawa, meminta maaf lagi. “Eh, kamu nggak pulang?”

“Bentar lagi deh, masih rada capek.” cengir Seoho.

“Pulang sama aku aja gimana?” tawar Geonhak.

Hanya dengan sebuah tawaran kecil seperti itu saja membuat Lee Seoho semakin menyukai cowok bertubuh jangkung ini.

“Nggak usah, ngerepotin aja. Aku bisa naik grab,” tolak Seoho halus, tapi dalam hatinya ia berteriak meminta senior tampan itu untuk memaksanya.

“Nggak kok. Kalo ngerepotin ngapain aku nawarin.”

Geonhak tersenyum. Ikut menyandarkan tubuhnya pada tembok seraya memandangi wajah Seoho di sampingnya.

“Abis ini ya,” Geonhak mengangkat tangan kanan yang terdapat sebatang rokok yang diapit oleh jari telunjuk dan tengahnya. “nanggung, dikit lagi abis.” lanjut Geonhak.

“PHP-in Seoho mulu lo, Bang. Kasian.” celetuk salah satu anak Seni sambil cekakakan. Menggoda keduanya.

“Siapa yang PHP? Ya elah… belom saatnya aja,” sahut Geonhak santai. Sedang Seoho rasanya ingin melemparkan botol minum kosong yang ada di sebelahnya pada Kang Hyungu.

“Buru tembak kek, Bang! Cemen,” cibir Dongju menimpali.

Tak!!

Tepat sasaran. Akhirnya Lee Seoho melempar botol minuman itu tepat mengenai kepala Dongju. Sebelum Dongju makin menjahilinya dan juga Kanghyun yang ikut-ikutan menggodanya.

Dongju mengelus-elus kepalanya yang tidak terlalu sakit, “Pantes Bang Geonhak nggak nembak-nembak lo, anaknya kasar gini!” cibirnya.

“Mau lagi?” ancam Seoho.

“Udah yuk, pulang, Ho,” ajak Geonhak setelah mematikan rokoknya dengan senyum geli di wajahnya.

“Eh kunyuk, pulang duluan, ye… jangan ngerjain yang aneh-aneh kalo Sekret sepi,” pamit Geonhak seraya menggoda Dongju dan Kanghyun.

“Pulang dulu, Nyet!” pamit Seoho seraya menjulurkan sedikit lidahnya pada dua temannya.

“Iya cebong!” sahut Kanghyun.

Beberapa menit kemudian cowok berbahu lebar itu sudah selesai mengenakan sepatu Converse hitamnya yang memang agak ribet namun terlihat keren jika dipakai oleh cowok setampan Geonhak. Geonhak berjalan lebih dulu. Seoho mengekori di belakang. Diam-diam pipi Seoho merona. Untung saja langit sudah gelap jadi tidak seorang pun yang akan mengetahui perubahan pada pipinya.

Hening.

Jarak dari ruang Sekret Seni menuju parkiran lumayan jauh. Perjalanan terasa sangat canggung. Namun Geonhak tiba-tiba berhenti melangkah, membuat Seoho hampir menabrak punggungnya.

“Kenapa?” tanya Seoho.

Geonhak mendekat, menghampiri Seoho, “Sini, ngapain jalan di belakang?”

Geonhak langsung menarik pergelangan tangan Seoho. Pergelangan tangannya digenggam oleh Geonhak. Seoho merasakan jantungnya makin berdetak abnormal.

Andaikan saja, Geonhak adalah pacarnya, mungkin Seoho sudah bergelayutan manja pada cowok tampan ini. Sayangnya tidak. Miris.

Cahaya remang-remang lampu menyapa mereka begitu sampai di parkiran. Mobil jenis SUV keluaran terbaru dari Jepang berwarna putih terparkir di ujung parkiran. Hanya tersisa Toyota Grand Fortuner putih itu saja di sana.

Geonhak melepas tautan jarinya pada Seoho. Ia merogoh kantong jeans-nya. Keningnya mengerut menyadari tidak menemukan sesuatu yang ia cari.

Seoho diam saja. Bingung. Ia tidak terlalu peduli dengan apa yang Geonhak cari. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya menetralkan detakan abnormal di dadanya.

Beralih dari kantong celana, Geonhak merogoh kantong kemejanya. Nihil. ia membuka tasnya, hasilnya sama. Tidak ada. Geonhak tidak dapat menemukan apa yang ia cari.

“Kayaknya kunciku ketinggalan di Sekret deh,” kata Geonhak.

“Ya udah bang, ambil aja. Aku tunggu di sini aja, ya? Udah capek banget mau ikut balik ke Sekret lagi.”

“Yakin? Nggak mau ikut, nih?” tanya Geonhak lagi.

Seoho menggeleng pelan. “Nggak bang, di sini aja.”

“Ya udah, tunggu ya, nggak lama kok, oke?”

Seoho mengangguk.

Geonhak segera pergi ke arah gedung UKM. Tak lama punggung cowok yang ditaksir oleh Seoho itu menghilang, berbelok ke kiri menuju Lobby D, lalu ke ruang UKM.

Tinggal Seoho sendiri. Kini Lee Seoho memilih memainkan ponselnya, melanjutkan permainan tanam shopeenya. Seoho bersandar pada SUV putih milik Geonhak. Ia meniup-niup udara dari mulutnya, pertanda bosan. Hampir sepuluh menit dan Geonhak tak kunjung datang.

Merasa ada yang aneh, Lee Seoho menoleh ke kanan dan mendengar suara dua orang yang berjalan menuju ke arahnya. Ia mulai was-was. Dalam pencahayaan yang remang, ia memicingkan mata. Dan benar, ia mendapati dua orang laki-laki yang asyik mengobrol berjalan ke arahnya. Oh, mereka juga manusia. Seoho menghela napas lega. Tak mau berpikir negatif, Seoho kembali memainkan ponselnya. Paling mahasiswa UKM lain yang cuma numpang lewat. Toh ini juga jalan umum menuju gerbang kampus.

-cccCCccc-

Lee Keonhee meremas dan melempar beanie-nya ke matras ketika botol berhenti berputar dan mengarah pada Kim Youngjo. Reaksinya tersebut beriringan dengan berbagai keluhan dan protes dari para tetua Mapala lainnya.

Mereka tidak terima jika dare atau tantangan yang bagi mereka sangat mudah ini dilimpahkan pada Kim Youngjo.

Youngjo mengangkat kedua bahunya dan berkata dengan tawanya. “Lo semua kenapa protes? Ini bukan maunya gue. Ini maunya si botol.”

“Nggak, nggak bisa! Dare ini nggak sah! Batal! Bang, ini cunguk udah keseringan main, masa dia yang dapet dare ini? Kasih kesempatan lah buat yang jomblo,” protes Keonhee pada Yonghoon.

Youngjo terkekeh seraya mengembuskan asap pembakaran tembakau dari paru-parunya. “Gue juga jomblo, Nyet!”

“Tapi lo udah sering main!” Hwanwoong menimpali.

Tentu saja para tetua Mapala ini protes, Kim Youngjo memang terkenal sebagai playboy cap kadal somplak RBW. Manusia mana yang tidak mengenal Kim Youngjo yang tampan dan seksinya tidak tertolong itu? Kim Youngjo adalah impian bagi semua orang. Kim Youngjo mempunyai garis wajah rupawan. Matanya bulat dan tatapan seksi yang mampu membuat manusia manapun memelas, memohon, mengemis untuk disentuh. Tubuhnya atletis, namun ramping dan berotot. Sungguh mampu memanjakan hasrat hanya dengan melihatnya. Belum lagi suaranya yang lembut dan seksi itu. Tidak terkesan berat seperti pria pada umumnya, namun ia mempunyai gentle tune yang mampu membuat kita eargasm hanya dengan mendengarnya.

Yonghoon berdeham menenangkan keadaan. Wajar saja emosi mereka cepat tersulut karena pengaruh alkohol dengan kadar tinggi telah mendominasi tubuh mereka. Dengan santai Yonghoon membuka mini carrier-nya dan mengeluarkan beberapa kaleng bir. Senjata ampuh untuk menenangkan monyet-monyet liar. Semua mata terfokus pada bir-bir itu.

“Duduk-duduk! Sabar, Nyet! Elah, semua kebagian, lo semua tenang aja.” cegahnya.

Semua kembali duduk dengan kecewa.

“Gue nggak bawa banyak. Kayak biasa, dibagi, biar semua kebagian.” kata Yonghoon seraya mendistribusikan bir-bir dalam tasnya.

Dare tetep Youngjo yang kena. Kita harus sportif dong.” putus Yonghoon.

Anehnya setelah para senior Mapala itu kini tidak terlalu peduli dengan dare yang baru saja mereka debatkan. Mereka malah asyik membagi kaleng-kaleng bir gratisan dari ketua mereka.

“Kampret.” kekeh Yonghoon. Ia hanya dapat menggelengkan kepalanya, maklum.

“Ya udah sono berangkat, Nyet. Ngapain bengong di sono?” usir Hwanwoong pada Youngjo.

Kali ini justru Kim Youngjo yang protes. “Bagi gue juga, kampret.”

Yonghoon melempar salah satu kaleng bir yang ada di tangannya beserta kertas dan pulpen yang akan menjadi bukti pelunasan tantangan itu pada Youngjo dan berkata, “Udah sana kerjain dare-nya.”

Mendengar perintah dari ketum, Youngjo dengan berat hati beranjak dari tempat duduknya. Ia menghela napas pasrah. Saat Youngjo hendak melangkahkan kakinya, ia mendengar seseorang memanggilnya. “Jo, gue ikut!” orang itu adalah Keonhee. “Gue ikut, Jo. Sekalian ngawasin dia biar nggak curang.”

Yonghoon mengibas-ngibaskan tangannya seraya menenggak langsung bir dari bibir kalengnya. Mengusir kedua juniornya tanpa kata. Keonhee segera merangkul Youngjo dan menyeretnya menjauh dari perkumpulan pemuja pohon besar itu.

“Lo ngapain ikut gue?” tanya Youngjo seraya menyeret kakinya yang terasa berat dari keadaan normalnya.

Keonhee memegangi perutnya dan menjawab. “Mules, gue kebelet boker.”

Mereka berbelok ke kanan dan langsung mendapati parkiran gedung UKM yang sudah sangat sepi. Hanya ada mobil SUV putih yang masih terparkir di ujung sana.

Langkah Keonhee dan Youngjo terhenti ketika melihat sesosok manusia sedang bersandar pada mobil yang terparkir di ujung sana. Dari pandangan mereka yang agak samar dapat dipastikan sosok itu sedang memainkan ponselnya. Keonhee sumringah. Youngjo mengangkat bahunya.

“Rejeki lo, Nyet! Udah sono samperin! Aduh, udah di ujung, gue cabut bentar, ya! Good luck!” Keonhee menepuk-nepuk bahu Youngjo dan pergi menuju UKM untuk mencari toilet.

Sepeninggal Keonhee, Youngjo menghela napas. Ia menyeret kakinya mendekati SUV yang berjarak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Matanya agak kabur dan samar, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Youngjo menampar wajahnya sekali. Membuat matanya benar-benar melek.

“Hai.” Sapa Youngjo saat ia sudah berdiri dengan jarak tiga meter dari keberadaan sosok itu. Ia memasukkan jemarinya ke saku jeans nya.

Sapaan dari suara lembut Kim Youngjo membuat sosok yang ternyata sedang main tanam shopee itu menoleh dan menatap Youngjo curiga.

“Lo sendirian?” Tanya Youngjo basa-basi. Astaga, kepalanya serasa berputar. Jangan, ia tidak boleh tipsy pada saat melaksanakan dare nya.

Sosok di hadapannya itu tidak menghiraukannya. Ia justru kembali terfokus pada game di ponselnya.

Demi alien bernama Yeo Hwanwoong yang idiot. Sungguh Youngjo tidak habis pikir. Sejauh ini ia tidak pernah dihiraukan oleh makhluk manapun. Walau Youngjo sedang tipsy, namun ia yakin bahwa sosok di hadapannya itu tidak menggubrisnya sama sekali.

“Sendirian aja? Nggak takut?” Youngjo terus berupaya memancing.

Youngjo melangkah mendekat dengan kedua tangannya yang masih disembunyikan di saku celana. Sosok itu rupanya menyadari ketika tubuh Youngjo ikut bersandar persis di samping tubuhnya.

“Ma-mau apa lo? Pergi nggak! Atau nggak gue teriak.” ancamnya semakin takut.

Youngjo menyeringai. “Teriak aja, toh gue cuman mau nanya-nanya sama lo.” ucap Youngjo sambil menyisir rambutnya ke belakang.

Youngjo membasahi bibirnya yang… oh sungguh sensual itu. Semua orang pasti akan tergila-gila dan berteriak histeris jika menyaksikan apa yang baru saja Youngjo lakukan.

“Gini.” Youngjo sudah bosan untuk berbasa-basi. “gue cuma mau minta nomor hape lo. Tapi nggak usah ke ge-eran. Gue cuma dapet tantangan dare dari anak-anak. Bisa bantuin gue?” jelas Youngjo to the point.

“Lo mabuk? Pergi nggak lo!” usirnya yang masih belum diketahui namanya.

“Nggak usah sok jual mahal! Gue ini Kim Youngjo, harusnya lo bersyukur bisa gue samperin kayak gini.” Youngjo menunduk sedikit, membuat wajah mereka sejajar.

Sumpah, cuma manusia ini. Cuma manusia ini yang menolak godaan Youngjo bahkan mengusirnya dengan gelagat tidak suka. Seorang Kim Youngjo yang super seksi dan dikenal sebagai manwhire nya RBW karena jam terbang seksnya yang tidak kalah hectic.

“Pergi!” Ia mengibaskan kedua tangannya, mengusir Youngjo layaknya mengusir seekor anjing. Youngjo semakin tertarik, ia makin mendekat dan….

Plak!

Tangan sosok itu tiba-tiba mendarat di tempat yang salah. Benar, niat awalnya— yang menurut Youngjo berwajah biasa itu—mengusirnya. Tanpa disengaja, tangan sosok di hadapannya justru mengenai bagian tubuh yang tak seharusnya.

Youngjo merasakan tegangan listrik pada tubuhnya setelah merasakan sentuhan itu. Ia menatap wajah sosok di hadapannya yang kini tengah syok dengan apa yang telah diperbuat. Jujur saja, walau wajah sosok itu biasa saja, garis tubuhnya sangat luar biasa. Perfect. Ditambah lagi Youngjo sedang tipsy dengan akal sehat yang dangkal. Youngjo tidak bisa menahan libidonya yang naik seketika.

“Ini salah lo!”

“Ap—mmmhh!”

Tanpa disangka, Youngjo menyerang sosok di hadapannya itu. Ia melumat bibir itu dengan penuh nafsu dan gairah Youngjo melangkah maju hingga membuat tubuh keduanya tertekan ke mobil putih dan kepalanya terbentur. Sakit, tentu saja. Sosok itu memukul Youngjo dengan kekuatan penuh. Ia memekik disela-sela lumatan lembut dari Youngjo. Berteriak minta tolong namun suaranya tertahan ketika ia membuka mulut dan Youngjo mengambil kesempatan itu untuk menyerang dan melumatnya lebih ganas.

Terganggu oleh pukulan-pukulan lemah yang dilakukan sebagai perlawanan. Youngjo mencegat kedua tangan itu ke atas kepala sosok di hadapannya itu. Kuncian tangan Youngjo membuat ponsel sosok itu jatuh ke tanah. Ciuman ganasnya masih berlangsung bahkan semakin intens.

“Mmmmpphh-”

Tubuhnya menggeliat, mencoba melepaskan tangannya yang masih dikunci oleh Youngjo. Nihil, semua upaya yang dilakukan itu sia-sia.

Mendapat perlawanan seperti itu, entah mengapa Youngjo justru semakin tertantang untuk melakukan lebih. Tangan Youngjo mulai menyentuh kulit perut sosok di hadapannya yang meronta di balik ciuman dan kecupan kasarnya. Namun, seketika semua itu berhenti. Youngjo merasakan getaran pada bibir yang sedang dicumbunya itu. Lemah dan pasrah. Dalam keadaan setengah sadar, Youngjo menyadari bahwa tubuh sosok di hadapannya itu bergetar, seperti menahan sesuatu.

Bodoh! Ia baru sadar bahwa dia hampir memperkosa manusia ini. Tidak! Ini bukan Kim Youngjo. Kim Youngjo tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ini adalah satu tindakan bodoh. Seorang Kim Youngjo tidak pernah se desperate ini. Ia tidak pernah mengalami gairah yang dirasakan sepihak.

Youngjo melepas tautan bibirnya dengan satu kecupan lembut. Kecupan penutup sebagai tanda rasa penyesalannya. Ia melepas cengkeraman tangan kanannya yang sangat kuat dan sukses membuat pergelangan sosok di hadapannya itu merah dan sakit. Sekali lagi, ini adalah pelecehan.

Sorry, gue—”

Dukkk!!

“Argghh!!”

Youngjo teriak kesakitan. Belum sempat menyatakan permintaan maafnya. Sosok itu mengambil kesempatan menendang aset utama Youngjo yang sudah mengeras sedari tadi sebelum pergi kabur dari Kim Youngjo.

“Goblok!” umpat Youngjo pada dirinya sendiri.

TBC