Chapter 4

Mangkir. Kim Youngjo sengaja absen dari mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur yang membuatnya mual setengah mati. Lalu bagaimana dengan tugasnya? Tenang saja, Kim Youngjo sudah selesai dengan remasan kertasnya yang telah ia yakini memenuhi elemen estetika dasar.

Lagipula Youngjo malas menghadiri kelas mata kuliah itu. Tugasnya aneh-aneh, ditambah lagi pemandangan Pak Dosen yang tidak memanjakan mata. Bukannya mendapat ilmu yang berguna sedikit, justru mata Youngjo yang belekan.

Mobil Jeep berwarna hitam metaliknya memasuki Lobby A dan berbelok ke salah satu fakultas terbesar di Kampus RBW. Fakultas Ekonomi atau disingkat FE. Youngjo memutar setirnya dengan lihai, memarkirkan mobilnya di sebelah bis fakultas yang tak jauh dari gerbang kampus. Setelah beres memarkirkan mobil, ia pun turun dan disambut oleh tatapan puluhan mahasiswa yang lalu lalang di area parkir FE.

Tentu saja Youngjo mendapat berbagai macam reaksi, misalnya tatapan takjub, bisik-bisik tetangga, bahkan pekikan cewek-cewek yang fangirling.

Hampir seluruh penghuni RBW mengetahui bahwa Kim Youngjo adalah mahasiswa FT Teknik Arsitektur. Ditambah lagi RBW tidak ada yang memakai mobil sangar seperti miliknya. Hanya ada dua mahasiswa pengguna mobil jenis SUV adventure ini, yaitu Jin Yonghoon dan dirinya. Bedanya, Jeep milik Ketum Mapala yang berkulit putih pucat itu berwarna putih, berjenis Wrangler Sport dan selalu becek karena sering diajak trail. Sedangkan miliknya berwarna hitam metalik berjenis Wrangler Rubicorn yang selalu mengilap dan licin karena lebih sering dimandikan.

Youngjo melangkah pasti memasuki area kampus FE lebih dalam. Ia membenarkan letak Viktor & Rolf black shades yang bertengger di hidungnya, membuat pandangannya agak redup dan mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke matanya. Ini bukan pertama kalinya ia berkunjung ke FE. Youngjo mempunyai banyak sekali teman yang rata-rata sejenis dengannya, tenar.

Youngjo membawa kakinya yang terbungkus Air Jordan Retro putih menuju tangga utama seraya merogoh ponselnya dari saku ripped jeans. Menaiki tangga dengan attitude cuek dan mencari kontak salah satu teman pada ponselnya, lalu menempelkannya pada telinga, sambungan terhubung.

“Seungwoo, gue lagi di FE nih, lo dimana?….. di tangga, lo ke BEM?….. gue tunggu di sana ya, udah janjian juga sama yang lain…… oke, sip!”

Kemudian ia mematikan sambungan teleponnya. Sebenarnya tujuan utama Kim Youngjo ke FE bukanlah untuk bertemu dengan teman-teman SMA-nya. Melainkan ada hal yang lebih penting, yakni menemui Lee Seoho yang tidak lain adalah korban pelecehan yang ia lakukan tadi malam sekaligus pemilik ponsel yang ada di saku celananya. Semalam, saat ia terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak, Youngjo memutuskan untuk segera menemui sosok itu yang ternyata lebih manis dari dugaannya. Ia ingin meminta maaf atas perbuatan bejatnya. Rasa bersalah semakin dalam ketika ia membongkar isi ponsel itu.

Tapi sumpah, tadi malam menurut Youngjo, Lee Seoho mempunyai wajah yang biasa-biasa saja. Saat ia mengobrak-abrik isi ponsel Lee Seoho, ia akui Seoho benar-benar…..seksi.

How could someone be so cute and so freaking hot at the same time?

Seraya menaiki tangga, otak Youngjo yang sudah terlalu sering bermain di got memunculkan ide gilanya lagi. Ia segera merogoh saku celananya dan mulai melaksanakan tugas yang diberikan oleh kepalanya. Ia membuka galeri foto pada ponsel Lee Seoho dan memposting foto dirinya yang ia lakukan tadi malam. Yah, hitung-hitung sebagai kenang-kenangan darinya.

Posted.

Youngjo tersenyum puas setelah menyebarkan fotonya di akun snapgram Lee Seoho. Ia terkekeh sendiri. Selesai dengan cinderamatanya, Youngjo memasukkan ponsel itu ke sakunya.

Tiba di lantai dua, Youngjo berbelok ke kanan menuju ruang BEM FE. Namun langkahnya melambat dan secara perlahan terhenti ketika melihat sosok yang akan ia temui tengah mengobrol dengan temannya.

Youngjo mendengar dengan jelas kalimat tanya yang dilontarkan oleh teman Lee Seoho.

“Serius deh, Ho. Lo ada hubungan apa sama Kim Youngjo?”

Oh, rupanya mereka sedang membicarakan dirinya. Sudut bibir Youngjo tertarik, membuat senyuman yang sungguh menyebalkan. Youngjo bersandar di tembok seraya memperhatikan tanggapan Seoho. Merasa kasihan pada sosok berlekuk tubuh menawan itu, Youngjo menginterupsi obrolan mereka dengan memanggilnya.

“Lee Seoho!” Panggilnya.

Kedua sosok itu menoleh secara bersamaan. Tersirat rasa takut dan benci pada sorot mata yang Youngjo terima dari Lee Seoho. Tatapan trauma sekaligus hasrat ingin membunuh Kim Youngjo saat itu juga. Menyadari hal itu, cowok berambut dark brown itu melangkah mendekati Lee Seoho.

Niatnya mendekati Seoho tertunda tatkala Seoho justru menarik temannya dan berjalan menuruni tangga untuk mencoba kabur, dan Youngjo tersadar saat Seoho dan temannya sudah menuruni tangga secepat kilat.

“Ho, Seoho!” Pekik Kanghyun seraya menyeimbangi langkah kaki Seoho dengan sangat terburu-buru. “Itu tadi Kim Youngjo, Ho!”

Seoho diam saja. Ya Tuhan, dia tidak ingin melihat wajah cowok itu. Yang ada di pikirannya adalah kabur dan keluar dari kampus sebelum Kim Youngjo mencegatnya.

Kanghyun ngos-ngosan. Detak jantungnya menjadi dua kali lebih cepat ketika mereka sudah berada di lantai dasar. Ia dapat merasakan keringat dingin dari telapak tangan Seoho yang menggenggam pergelangan tangannya dengan erat.

“Lee Seoho!”

Kanghyun menoleh. Kim Youngjo sudah berada di belakangnya. Sumpah demi apapun, Kanghyun sangat kebingungan. Yang ada di benaknya adalah berbagai pertanyaan tentang apa yang tengah terjadi sekarang.

Ada hubungan apa Lee Seoho dan Kim Youngjo?

Kanghyun merasakan tubuhnya limbung dan hampir saja terjatuh saat genggaman Seoho lepas dari pergelangan tangannya. Ternyata Kim Youngjo sudah menyusul mereka dan menarik tubuh Seoho hingga langkah cepatnya itu terhenti mendadak dan hampir terjatuh. Untungnya Youngjo segera menangkap kedua bahu Seoho dan menyeimbangkan tubuh Seoho.

“Lo mau apa lagi?! Lepasin nggak?!”

Teriakan itu membuat lautan mahasiswa FE yang berkeliaran di halaman kampus terfokus pada mereka bertiga. Kanghyun diam saja, dan memilih mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri.

“Seoho, aku minta maaf…”

Seoho menepis cengkeraman kedua tangan Youngjo dari bahunya. Ia enggan menoleh.

Perlakuan itu nyatanya tidak menciutkan nyali Youngjo. Ia justru kembali menyentuh bahunya lagi.

“Serius, Ho, aku bener-bener nyesel. Aku minta maaf, please…”

Seluruh mata terbelalak dan mulut terbuka lebar ketika menyaksikan aksi anarkis Lee Seoho. Ia mengambil tasnya yang bergantung di bahunya dan memukuli kepala Youngjo dengan liar. Seoho dengan segala amarah yang memuncak dan meledak-ledak. Ia menyerukan sumpah serapah hingga tenggorokannya sakit.

Diam saja. Kim Youngjo tidak melawan. Ia tidak juga menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ia merasakan sakitnya hantaman yang diberikan Seoho dengan tasnya yang berisikan buku kitab ekonomi lengkap yang tebalnya hampir seperti kamus bahasa inggris. Anggap saja penebusan dosa dan ia pantas mendapat perlakuan itu.

Lelah dengan semua itu, Seoho melepas cengkeraman tangan dari tasnya. Tasnya terjatuh ke tanah. Ia membuang mukanya ke segala arah sambil tertawa bengis.

“Kenapa harus gue?”

Youngjo mengambil tas Seoho yang tergeletak di tanah. Ia merengkuh tubuh Seoho yang tengah larut dalam kepedihan, memeluknya. Ia menggumamkan, “Maaf…”

Tersadar oleh sentuhan cowok berengsek di hadapannya. Lagi-lagi bajingan ini menyentuhnya. Ia dengan gusar mendorong tubuh Youngjo dan—

Plakk!!

Lee Seoho menampar Kim Youngjo.

Mata bulat Youngjo terbuka lebar tak percaya oleh apa yang baru saja terjadi padanya. Ia pun tersadar bahwa kejadian itu telah menjadi tontonan makhluk penghuni kampus FE. Youngjo diam saja. Ia menatap Seoho yang marah besar dengan tatapan menyesal. Sungguh.

“Jangan pernah nyari gue lagi! Jangan pernah ganggu gue lagi! Sekarang balikin hape gue dan enyah dari hidup gue!”

Tanpa mengalihkan fokus pandangannya pada manik Lee Seoho, Youngjo merogoh saku celananya dan menyerahkan ponsel itu. Maafin aku, Ho.” Lirihnya.

Seoho merampas ponselnya dari tangan Youngjo dengan kasar, lalu mendorong tubuh Youngjo sekali lagi sebelum beranjak meninggalkan cowok bajingan itu.

-cccCCccc-

Kang Hyungu mengepalkan tangannya, pertanda ia mehanan amarah. Sejak kejadian tadi, ia telah mengetahui apa yang dialami oleh sohib karibnya, Lee Seoho. Kanghyun benar-benar tak habis pikir dan tak mungkin menerima begitu saja setelah teman akrabnya itu mengalami hal mengerikan seperti itu.

Son Dongju memperhatikan raut wajah Kanghyun dengan tatapan menyelidik. Ada yang aneh pada diri Kanghyun. Tidak seperti biasanya yang terlihat gelisah. Terbukti dengan gelagatnya yang tak sabaran dan sering berdecak.

“Lo kenapa? Tumben diem aja.” Tanya Dongju memecah keheningan di ruang Sekret UKM Seni.

Kanghyun menggeleng cepat. Sungguh, di pikirannya kini hanya ada rasa ingin segera meluapkan kekesalannya dan membalas apa yang Seoho—teman dekatnya itu rasakan.

“Harin dimana?” Tanya Kanghyun pada Dongju.

“Masih kelas mungkin. Bentaran lagi juga kesini,” jawab Dongju seadanya.

Kanghyun berdecak tak sabar. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam kantong tas yang bertengger di bahunya. Menghubungi Ju Harin.

Selesai Kanghyun menghubungi Harin yang tak lain dan tak bukan adalah teman dekatnya, sekaligus Ketua Umum UKM Seni RBW. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Merapikan sedikit rambutnya yang berantakan, lalu segera beranjak meninggalkan ruang Sekret Seni.

“Mau kemana?” Tanya Dongju dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Kanghyun memakai sepatunya dan berkata, “Keluar sama Harin. Gue pergi dulu.”

Sepuluh menit berlalu sejak Kanghyun berada di kafe yang ia janjikan dengan Harin. Kanghyun sengaja datang lebih dulu. Sungguh, ia sudah tak bisa menahannya lagi. Ia menyedot iced chocolate nya dari sedotan hingga mulutnya terasa penuh dan dingin.

“Duh, lama amat si Harin.” Gerutu Kanghyun seraya melirik jam tangannya.

Sudah lima belas menit ia duduk sendiri di kafe itu. Ia mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi Harin sekali lagi. Namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat cowok berperawakan tinggi itu datang dengan sedikit tergesa-gesa.

Sorry lama.” Kata cowok itu sembari menarik kursi yang berseberangan dengan Kanghyun. “Lo mau ngomong apa? Kenapa nggak di Sekret aja, sih? Tumben…”

“Gini…” Kanghyun memulai percakapannya dengan wajah sangat serius. Tidak seperti Kanghyun yang Harin kenal. “Rin, lo tau anak Mapala namanya Kim Youngjo?”

Harin mengangguk, “Kenapa emang?”

Dengan tangan terkepal kuat di atas meja, Kanghyun menjawab dengan rahang mengatup keras, “Tadi malem, bajingan itu ngelecehin Seoho!”

Mata Harin membulat, “Apa?! Ngelecehin gimana maksud lo?”

“Ya ngelecehin! Dia hampir memperkosa Seoho! Dasar setan!” Maki Kanghyun seraya menghentakkan kepalan tangan kecilnya ke permukaan meja.

“Hah?! Bukannya semalem pulang sama Bang Geonhak?! Kan tadi malem lo sama Dongju yang bilang ke gue.”

“Emang bener, tapi tadi malem Geonhak balik lagi nyari kunci mobil. Nah, pas itu Seoho ketemu sama Kim Youngjo bajingan itu dan….”

Kanghyun pun menceritakan dan menerangkan segala yang ia tahu dari Lee Seoho tanpa bumbu sedikit pun. Bagaimana si brengsek Kim Youngjo menyentuh dan melakukan tindakan pelecehan itu pada Lee Seoho. Guratan amarah terukir jelas di wajah Harin saat mendengar seluruh kalimat yang Kanghyun jelaskan padanya.

“Nggak! Nggak bisa didiemin!” Desis Harin.

Kedua tangannya terkepal kuat. Jelas ia tidak terima jika teman dekatnya sekaligus anggota kesayangan UKM Seni RBW yang ia pimpin mengalami hal mengerikan seperti itu.

“Harin!!”

Belum selesai cerita, tiba-tiba Harin berdiri dari tempat duduk dan meninggalkan Kanghyun dengan wajah gusar dan rahang terkatup keras.

“Harin! Tunggu! Belum selesai!” Seru Kanghyun.

Ia belum sempat menceritakan kejadian tadi siang. Kejadian yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Kejadian dimana Kim Youngjo datang ke Fakultas Ekonomi dan memohon maaf kepada Lee Seoho.

“Aduh, kacau!”

Kanghyun segera berlari menyusul Ju Harin dengan langkah terbirit-birit. Untung saja ia sudah membayar minumannya.

Dengan segala amarah yang meluap-luap, Ju Harin menaiki mobilnya dan menutup pintu dengan keras. Tergesa-gesa ia menyetir menuju Lobby D kampus RBW dan berbelok ke area Gedung UKM. Ia memarkirkan mobilnya dengan sembarang. Secepat mungkin turun dari mobil dan melangkah dengan kaki panjangnya. Ia menaiki tangga utama gedung UKM menuju lantai dua dan berbelok ke kiri. Terus melangkah dengan cepat hingga ia berada di depan pintu bertuliskan ‘Kesekretariatan UKM Mapala RBW'.

Brakkkkk!!!!

“Mana bangsat yang namanya Kim Youngjo?!”

TBC