Chapter 5

“Ada yang minat nemenin gue manjat minggu ini nggak?” tanya Yonghoon pada teman-temannya tanpa mengalihkan dari ponselnya.

Seluruh mata tertuju pada cowok yang mengenakan beanie coklat sebagai penutup sebagian rambut hitamnya. Jin Yonghoon, Ketua Umum UKM Mapala RBW itu menurunkan ponselnya dan menatap para anggotanya satu persatu karena tak ada satu pun yang menyahut.

“Ada yang minat nggak?” tanyanya lagi.

Teman-temannya kembali meneruskan kegiatan mereka. Ada yang mengerjakan tugas dengan gerakan copy-paste secepat kilat, ada yang bermain domino dengan penjepit jemuran menghiasi telinga dan dagu, ada pula yang rajin menggulung tali kernmantle karena sudah menjadi jatah piket.

“Manjat dimana, Bang?” tanya Keonhee sambil mengembuskan asap rokok menthol-nya ke udara kemudian meletakkan kembali gulungan tembakau itu ke asbak.

“Dobongsan, Bukhasan. Gue sekalian mau ngambil sampel,” sahut Yonghoon. Ia berharap ada yang berminat untuk menemaninya ke sana.

“Nggak dulu deh. Lagi kere gue.” kata Hwanwoong sambil menghempas kartu domino ke lantai.

“Gue sibuk, ada nikahan sepupu gue.” sahut Keonhee.

Jin Yonghoon berdecak. Sepertinya gagal sudah usahanya untuk mengajak teman-teman sesama pecinta alam ini untuk melakukan tracking dan climbing minggu ini. Pasalnya tujuan Jin Yonghoon bukan murni untuk menikmati alam, akan tetapi ia juga harus mengambil beberapa sampel batuan untuk penelitian sekaligus project-nya. Menjadi mahasiswa tingkat akhir Fakultas Teknik Sipil tersebut belakangan ini benar-benar mencekik dan memberatkan pundaknya.

“Beneran nggak ada yang ready nih?”

Mendengar pertanyaan itu, para anggota organisasi pecinta alam itu hanya diam. Tanggapan diam itu sudah menjadi jawaban yang sangat jelas bagi Yonghoon. Ia mengangkat kedua bahunya. Dan pada akhirnya ia harus membatalkan keinginannya. Lagi.

“Mana Youngjo sama Giwook?” tanya Yonghoon, mengalihkan pembicaraan.

Keonhee yang baru saja selesai menggulung dan merapikan tali kermantle menyahut, “Youngjo hari ini nggak ke sekret. Giwook lagi latihan di boulder dep—”

Brakk!!

“Mana bangsat yang namanya Kim Youngjo?!”

Semua orang yang berada di dalam ruang kesekretariatan sontak menoleh ke pintu yang baru saja dibuka dengan keras dan paksa oleh seorang cowok bertubuh tinggi dengan wajah penuh emosi membara. Seolah-olah gunung krakatau akan meletus dan menyemburkan magma dari puncak kepalanya.

Jin Yonghoon yang menjabat sebagai orang nomor satu di organisasi itu jelas tak tinggal diam. Tak dapat dipungkiri, emosinya pun ikut tersulut saat cowok yang dengan lancang menggebrak istana Mapala yang dipimpinnya tersebut bukanlah orang asing.

Dia adalah Ju Harin, Ketua Umum UKM Seni yang notabenenya adalah musuh bebuyutannya. Jangan lupakan kalimat yang ia dengar dengan kedua telinganya sendiri bahwa cowok bermata sipit itu mencari Kim Youngjo. Untuk apa Ju Harin mencari Kim Youngjo sahabatnya itu?

Jin Yonghoon bangkit dari tempatnya bersantai dan selonjoran. Ia meletakkan Iphone 8 nya ke meja yang tak jauh dari tempatnya.

“Ngapain lo?! Datang ke sini marah-marah nggak jelas?!” Yonghoon berjalan ke arah pintu seraya menggulung kedua lengan kemeja flannel yang tak terkancing dengan benar.

Jin Yonghoon sedang marah. Jelas saja, terlihat dari raut wajah khasnya yang berubah menjadi lebih sangar dari biasanya. Dengan rahang terkatup rapat dan tatapan mata tajam, ia mendekati Harin.

Cowok tinggi bermata sipit itu tak menggubris pertanyaan Jin Yonghoon. Ia justru masuk ke dalam kesekretariatan mapala tanpa melepas sepatunya. Lantai menjadi agak kotor karena pasir yang dihasilkan oleh sepatu converse hitam Ju Harin. Dengan cepat Jin Yonghoon menghalang tubuh cowok itu agar tidak masuk lebih jauh dan justru mendorongnya dengan kasar hingga ia kembali ke tempat awal berdiri.

“Gue nggak ada urusan sama lo! mana Kim Youngjo bangsat itu?! Keluar lo Anjing!” maki Harin dengan api membara di matanya.

Ju Harin benar-benar cari mati. Ia baru saja mengganggu kedamaian yang dinikmati oleh seekor singa beserta anteknya.

Sudah menjadi rahasia umum jika UKM Seni dan UKM Mapala adalah musuh bebuyutan di Universitas RBW. Apalagi semenjak Ju Harin menjadi Ketum Seni dan Jin Yonghoon menjadi Ketum Mapala. Habislah sudah! Dua mantan sahabat yang kini saling menodongkan bazooka satu sama lain itu tak akan mungkin bisa berdamai.

“Lo datang ke sini, bikin ribut. Itu artinya lo harus berurusan sama gue. Apa maksud lo ngomong kotor gitu ke temen gue?!”

Yonghoon tak dapat berdiam diri saja. Ia melangkah maju dan mendorong satu bahu cowok bernama Ju Harin itu.

Harin terkekeh. “Teman bangsat lo itu libidonya harus dikasih pelajaran! Anjing itu udah grepe-grepe dan hampir memperkosa teman gue! Gue nggak ada waktu buat ngeladenin lo. Mendingan sekarang lo keluarin dia, Jin Yonghoon!!”

Harin maju selangkah, membuat wajahnya lebih dekat dengan Yonghoon. Ia menatap tajam cowok berkulit putih pucat itu. Seakan-akan tatapan itu mampu melubangi batok kepala cowok di hadapannya.

“Lo nggak usah bawa-bawa nama organisasi! Ini bukan masalah UKM! Ini masalah pribadi! Gue nggak terima anak buah lo itu nyentuh dan ngelecehin teman gue! Dan gue yakin lo juga nggak bakal sudi punya anggota bajingan kaya Kim Youngjo! Sekarang, keluarin dia!”

Jin Yonghoon tidak dapat menahan kesabarannya lagi. Ia segera mencengkeram bomber jacket yang Harin kenakan dan berkata, “Oy… Ju Harin, sebelum gue kasih tau dimana Kim Youngjo, lo harus kasih tau gue dari anjing mana lo dapet berita sampah ini?!”

Mendengar kalimat kotor yang Jin Yonghoon ucapkan, Harin mengepalkan tangan kanannya dan bersiap menghadiahi cowok berkulit seperti drakula itu satu bogeman mentah. Namun gerakannya segera terhenti ketika mendengar suara seseorang dari belakang punggungnya.

“Dari gue!”

Kang Hyungu. Sumber berita yang menjadi penyulut api di antara dua Ketua UKM tersebut berdiri dengan napas memburu. Ia baru saja berlari cepat yang membuat keringatnya mengalir di pelipisnya.

Mata Yonghoon membulat. Terbelalak. Kepalan tangannya juga perlahan menurun. Cengkraman pada jaket Ju Harin melonggar.

“Sayang?” gumamnya.

Mendengar satu kata itu, semua manusia yang berada di ruang kesekretariatan menjadi lebih syok. Apalagi Ju Harin yang merupakan sahabat karib Kang Hyungu sekaligus musuh bebuyutan Jin Yonghoon. Sepertinya telinganya sudah rusak sehingga ia salah mendengar kata yang digumamkan oleh Jin Yonghoon. Pasti ia salah dengar.

“Sayang, aku nggak salah dengar, kan? Mana mungkin—”

Kanghyun melangkah maju, masuk ke ruang UKM Mapala tanpa melepas alas kakinya. Dengan kesal, ia menghampiri Yonghoon dan meraup rambut Yonghoon dan mengomel, “Lo bilang apa barusan?! Anjing mana?! Anjing mana yang ngasih berita sampah?!”

“Aaaaa!! Aaaaa!! Ampun sayang!! Aaaa!! Aku nggak tauuu!!”

-ccCCcc-

Dengan amarah yang masih menggebu dalam dirinya, tak mengurungkan niat Lee Seoho untuk segera pergi dari lingkungan kampus. Setelah ia menceritakan semuanya pada Kang Hyungu-sahabatnya itu- Seoho segera melangkahkan kakinya menuju gerbang Fakultas Ekonomi.

Peristiwa yang terjadi usai mata kuliah Ekonomi Mikro tadi pagi, Seoho semakin trauma. Terlebih saat Kim Youngjo tiba-tiba memeluknya di depan puluhan mata penghuni kampus. Mungkin bagi mereka apa yang mereka saksikan itu adalah adegan paling romantis, namun bagi Lee Seoho hal itu terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum.

Seoho menggeleng kepalanya cepat, menanggalkan bayangan cowok kurang ajar itu beserta tindak tanduknya. Ia kembali berjalan lurus dan cepat. saat ia hendak mencegat sebuah taksi, gerakannya terurung ketika sebuah suara memanggilnya. Suara yang tak asing bagi dirinya.

“Seoho!”

Si pemilik nama sontak menoleh. Seoho mendapati Geonhak yang berlari kecil ke arahnya. Senyum cerah itu, seolah membuat Seoho lupa diri. Ia terlalu menikmati dan mengaguminya. Benar, Seoho memang menaruh rasa pada senior UKM nya tersebut.

“Bang Geonhak, ngapain di sini?” tanya Seoho setelah Geonhak berada di depannya dengan napas terhengal.

Geonhak menetralkan napasnya sejenak sebelum menjawab, “Nyamperin kamu.” Ia menatap Seoho dengan mata menyelidik, “Mukamu kenapa? Ada masalah?”

Seoho gelagapan, ia meraba kedua matanya secara bergantian. “Eh, nggak apa-apa kok,”

Geonhak menganggukan kepalanya mengerti dan tersenyum maklum. “Mau balik?”

Seoho mengangguk.

“Sama aku aja, sekalian aku juga balik,” ajak Geonhak.

Tak ada kata penolakan basa-basi seperti yang biasa dilontarkan oleh Seoho. Sesampainya di parkiran, Geonhak segera membukakan pintu depan untuk Seoho. Pipi selembut bakpao hongkong itu merona ketika Geonhak tersenyum dan memberikan perlakuan manis padanya.

Setelah Seoho duduk di kursi penumpang, Geonhak memutari SUV putihnya. Ia membuka pintu mobil dan duduk di belakang kemudi. Kemudian mobil melesat jauh meninggalkan parkiran kampus.

Dari kejauhan, tanpa disangka seorang laki-laki dengan menggunakan Viktor & Roulf black shades yang melindungi matanya mengamati dari kejauhan. Cowok yang bersandar pada mobil SUV Adventure Rubicon yang sangar itu mengepalkan kedua tangannya. Laki-laki itu adalah Kim Youngjo. ia dengan jelas melihat sosok itu pergi dengan cowok lain. Ia ingat cowok yang pergi bersama Seoho itu adalah orang yang sama dengan orang yang menghampirinya tadi malam.

Kim Youngjo masih terpaku hingga mobil SUV putih itu pergi meninggalkan parkiran. Ia mendesah kecil sembari mengacak-acak rambutnya frustasi. Bodoh. Youngjo masih setia merutuki dirinya dan segala ketololannya. Ia tidak menyangka bahwa sosok manis yang membuatnya lepas kendali itu semakin membencinya.

TBC