Chapter 9

Cowok berambut hitam kecoklatan itu mengeluarkan asap putih dari mulut dan hidungnya ke udara. Mata kosongnya menatap papan panjat Mapala RBW yang berdiri kokoh di depan gedung UKM Kampus RBW. Ia kembali mendekatkan rokoknya yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya ke bibir. Menghisap asap dari filter sebatang rokok Marlboro merah yang tersisa separuh. Terlihat sangat tenang dari luar namun tak karuan di dalamnya.

“Jo, giliran lo!”

Terdengar suara berat yang terkesan malas dari Ktua Umum UKM Mapala memanggil namanya. Youngjo mengangkat tangannya yang terselip batang rokok ke udara dan balas berteriak, “Tanggung, Bang! Keonhee aja gantiin gue!”

Cowok berkulit putih pucat itu terlihat tidak suka. Ia menggeleng keras dan berkata, “Lo dari tadi mojok di situ bilangnya nyebat. Itu udah berapa batang?! Udah sana giliran lo!”

Youngjo berdecak dan terpaksa bangun dari tempat duduknya. Rokok yang tersisa separuh itu ia lempar asal ke tanah dan ia injak. Youngjo berjalan menghampiri temannya, Hwanwoong, untuk memasang harnest alat pengikat tubuh yang melingkar di pinggang dan paha climber.

“Mana calk bag-nya?” tanya Youngjo separuh hati.

Hwanwoong menyerahkan sebuah kantong berisikan kapur yang berfungsi agar tangannya tidak licin karena berkeringat ketika berpegangan pada batu nantinya. Youngjo melemaskan pergelangan kakinya dan merenggangkan otot tangannya sebelum mulai memanjat. Ia mencoba memfokuskan dirinya. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan kembali.

Ayolah, Kim Youngjo! Lupakan Lee Seoho sejenak dan fokuskan dirimu untuk latihan.

Setelah merasa mantap, ia menoleh pada Giwook yang sudah ready untuk bertugas sebagai belayer.

Ready, Jo!” serunya.

Youngjo mulai memanjat papan yang berdiri tinggi dan kokoh itu. Pada awalnya, Youngjo dapat meraih tiap batu-batu yang terpasang kuat dengan mudah. Namun pada level-level selanjutnya, semakin tinggi Youngjo memanjat, entah mengapa hand grip-nya semakin melemah. Padahal ia yakin bahwa fisiknya selalu prima untuk latihan seperti ini.

“Astaga, jo! Fokus!! Left, Kim Youngjo! Sebelah kiri!!” teriak Yonghoon dari bawah. Cowok berkulit putih pucat itu terlihat sangat jengkel hingga tangannya yang sedari tadi bersedekap kali ini terbuka lebar.

Jin Yonghoon berdecak kecewa ketika Kim Youngjo melepaskan cengkramannya dan membuat Giwook terkejut karena grigri yang terhubung tali kernmantel dengan descender pada harnest Youngjo tiba-tiba turun begitu saja. Giwook sampai tertarik maju beberapa langkah karena turunnya Youngjo secara tiba-tiba.

Sayang sekali, Youngjo sudah menyerah untuk memanjat. Padahal sisa satu per empat dari boulder lagi maka ia akan tiba di puncak. Harus diakui, Youngjo tak dapat memfokuskan diri setelah mendapat balasan singkat dari Seoho beberapa hari yang lalu.

Setelah ia mendapat balasan pesan itu, Youngjo sangat kaget dan syok bukan kepalang. Ia tak bisa diam saja. Kim Youngjo terus menerus mencoba menghubungi Lee seoho. Ia perlu sebuah penjelasan. Apapun itu.

Ia berusaha untuk menemui Lee Seoho. Namun hasilnya nihil. Youngjo sangat yakin, Seoho pasti mencoba menghindarinya. Entah kesalahan apa yang ia perbuat kali ini. Youngjo pun tak mengerti. Tetapi Youngjo yakin, sembilan puluh sembilan koma sembilan persen bahwa ia tak melakukan kesalahan. Karena cowok paling tenar di Kampus RBW itu mengantar Seoho pulang, dia terlihat ceria. Sebuah senyum selalu melengkung di bibir tipisnya.

Jika Kim Youngjo disebut sebagai cowok yang pesimis dan gampang menyerah, hal itu merupakan salah besar. Karena Kim Youngjo telah berusaha keras untuk bertemu dengan Lee Seoho dimana pun Seoho berada. Youngjo juga terus mencoba menghubungi Seoho, namun sepertinya nomornya sudah diblokir. Lee Seoho benar-benar mencoba memutuskan segala koneksinya dengan Kim Youngjo.

“Harusnya lo ambil kiri, Jo! Jo! Kim Youngjo!!”

Putra tunggal keluarga Kim itu tersadar dari lamunannya saat mendengar suara khas Jin Yonghoon yang menyerukan namanya. Di hadapannya berdiri senior sekaligus Ketua UKM Mapala RBW dengan wajah yang tak bisa diartikan.

Yonghoon menghisap rokok yang terselip di jarinya sebelum menghujani Youngjo dengan pertanyaan. “Lo kenapa sih, Nyet? Dua kali latihan, dua kali juga lo nggak fokus gini! Lo niat ikut lomba nggak sih?!”

Terbiasa melihat wajah Yonghoon yang selalu datar itu, Youngjo mengerti. Seniornya itu sedang marah. Dan Youngjo bosan mendengar omelan dari cowok berkulit seperti Toshio itu.

“Gue lupa harus ngerjain tugas, Bang. Sketsa gue belum rampung dan besok harus dikumpul,” dusta Youngjo sambil melepas harnest dari pinggul dan pahanya. “Gue balik duluan ya, Bang, Guys!”

Youngjo mengambil ransel dan tabung gambar berisi sketsanya yang tergeletak di tanah dan melambaikan tangannya. Berlari kecil parkiran gedung UKM dan menaiki mobil jeep nya. Meninggalkan teman-teman sesama pecinta alam itu yang kebingungan.