A nest of my self-indulgent writings.

The Dried Flowers

i. Pink Daisy

Subin cuma punya bekal bunga segar di tangan dan cinta yang ia pikir sangat besar saat menyatakan perasaannya untuk pertama kali ke perempuan yang disukainya.

Dia belajar itu dari pacar-pacar kakak perempuannya yang suka memberi bunga di hari spesial, juga dari senior-seniornya di klub sepak bola yang gemar mencari toko bunga murah lewat tagar di instagram. Maklum, mereka masih pelajar dan belum punya penghasilan yang besar. Tapi dari sana ia jadi belajar banyak. Subin jadi tahu makna-makna bunga beserta warnanya.

Observasi yang ia lakukan secara tidak sengaja selama beratahun-tahun itu pun membuahkan hasil. Sebuket bunga daisy berwarna merah muda ia serahkan kepada si perempuan yang sudah ia sukai sejak lama.

“Kenapa pink daisies?

Innocent love, I guess?” Subin mendadak gelagapan saat ditanya pujaan hati. Rona merah muda perlahan mulai mewarnai pipinya pertanda ia sedang malu.

“Oh...”

“Eh, tapi, kalau lo nggak mau terima juga nggak apa-apa.” Pink daisies, a symbol of a very shy feeling, the sender might be afraid of rejection.

“Emangnya gue ada bilang sesuatu selain tanya artinya bunga ini apa?”

Subin diterima, akhirnya dia pacaran untuk yang pertama kalinya.

ii. Yellow Lily

Subin tahu dirinya nggak pandai untuk mengekspresikan perasaan lewat kata-kata manis.

Dia bukan pujangga dengan sejuta kata tersimpan di kepala yang siap dituangkan ke atas kertas kapan saja. Subin hanyalah remaja lelaki biasa. Ia masih suka ketiduran dengan mulut menganga kalau sedang terlentang. Dirinya juga lebih suka main bola dibanding nonton drama romansa korea yang kata pacarnya romantis banget.

Subin bukan Park Bogum yang ganteng selangit dan bisa manis-manis tiap hari ke pacarnya seperti di drama. Tapi dia selalu berusaha supaya rasa cinta yang ia miliki sampai pada perempuannya. Setidaknya, dengan caranya sendiri.

“Ini apa, Subin?”

Yellow lilies?

Perempuannya tertawa lebar dengan lesung pipi bertengger manis di sisi kiri pipi. “Iya, aku tau. Tapi artinya apa?”

Subin ingin bilang kalau di dalam perutnya serasa ada yang menggelitik setiap kali gadis itu tersenyum dan tertawa, rasa geli yang nyaman dan menyenangkan—seperti sayap kupu-kupu yang mengepak-ngepak ketika terbang.

“Aku... seneng.”

“Seneng karena?”

“Dibolehin sayang sama kamu.”

Sebuah ciuman mendarat di pipi Subin, membuat dirinya ingin terbang ke awang-awang saking bahagianya. Seandainya ia adalah seorang karakter di dalam komik, mungkin sekarang tubuhnya bisa bertransformasi jadi jutaan kupu-kupu yang terbang ke sana kemari.

iiI. Pink Aster

Pink aster, the flower that attracted butterflies, is usually represents sensitivity and love.

“Kayaknya emang udah susah diperbaiki nggak, sih?”

Subin diam seribu bahasa, rahangnya mengeras ingin menjawab bahwa hubungan mereka masih bisa dipertahankan. Sayangnya, air mata yang keluar dari sudut indera milik si perempuan membuat lidahnya kelu.

“Dulu, rasanya banyak kupu-kupu yang bikin senang di sini.” Buru-buru perempuan itu menyeka tangisannya dengan tangan, kemudian ia menunjuk dada bagian kiri tepat di mana jantungnya berada. “Sekarang malah bikin sesak yang nggak enak. Rasanya kayak terlalu banyak kupu-kupu dan badan aku mau meledak.”

“Maaf...”

“Maafin aku juga, Subin.”

Sebuket bunga aster merah muda yang dibawa Subin sebagai permintaan maafnya malam itu tergeletak begitu saja di pojok kamar indekos si perempuan, bahkan sampai berbulan-bulan setelahnya hingga berubah warna dan mengering.