LATIBULE : BAGIAN 4

Agenda hari ini adalah berbelanja dan makan malam di luar bersama papi. Nata telah memonopoli kursi penumpang bagian depan di sebelah papi sementara Nara, tanpa banyak suara, duduk di belakang.

“Papi, nanti kita makan apa?” Tanya Nata seraya menoleh ke arah lelaki yang tengah menyetir.

Papinya itu tertawa pelan, membuat kontak mata dengan anaknya untuk sesaat sebelum Ia kembali fokus ke arah jalan. “Apa, ya? Kakak sama adek mau apa? Mau coba all you can eat yang baru itu, nggak? Katanya di sana ada sushi juga.”

Nata mengangguk dengan semangat seraya tersenyum lebar, menyetujui tawaran papi. Sebenarnya, mau dimanapun mereka makan, Nata akan tetap senang karena Ia akan makan bersama papi kesayangannya.

“Pi, ini kita mau belanja bulanan?” Tanya Nara tiba-tiba seraya mencondongkan tubuhnya ke arah depan melalui sela-sela kursi pengendara dan penumpang depan.

“Nggak, adek.” Sahut papinya sebelum menginjak rem, berhenti di lampu merah. “Beli camilan aja kalau kalian mau. Papi cuma mau nyari yoghurt.”

Nara bergumam pelan, tanda mengerti dengan jawaban papi sebelum sepasang matanya memindai kursi penumpang yang diduduki kakaknya. Dahinya mengernyit ketika Ia menyadari sesuatu.

“Nat, lo pakai baju gue, ya?”

Nata yang tadinya sibuk memandangi jalan setelah lampu hijau menyala langsung menoleh ke arah samping, kemudian menatap ke arah kemeja yang dikenakannya.

“Kirain ini baju papi, pantes besar banget.” Ucapnya sebelum menyilangkan sepasang tangan di depan dada. “Lo tuh emang kenapa, sih. Gue cuman pinjam masa nggak boleh?!”

“Emangnya ada gue bilang nggak boleh? Gue kan cuman tanya. Sensi banget.” Cibir Nara seraya memundurkan tubuhnya dan duduk dengan rapi di tempatnya, sementara Nata menjulurkan lidahnya untuk mengejek sang adik.

Papi yang masih sibuk menyetir hanya tersenyum diam-diam melihat kedua anaknya yang tidak pernah tidak bertengkar walau seharipun, tetapi Ia tahu jika keduanya saling menyayangi satu sama lain sebagaimana dirinya sendiri menyayangi kedua anaknya.