LATIBULE : BAGIAN 8.1

Ternyata memang ada yang tidak beres dan Nata tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tadinya Nata hanya membuat asumsi dan mencoba menepisnya, tetapi keheningan yang tercipta di dalam mobil papi membuat Nata semakin yakin jika ada sesuatu yang salah.

Sepuluh menit yang lalu, ketika Nata masuk ke dalam mobil, Ia telah mengoceh panjang lebar dan anehnya, papi hanya tertawa sesaat kemudian kembali fokus berkendara.

Mungkin, papi lelah. Namun, papi tidak pernah diam seribu bahasa seperti ini sebelumnya. Nata jadi sungkan untuk terus bercerita apalagi bertanya pada papi. Bahkan, ketika mereka berhenti di lampu merah pun, papi lebih memilih untuk melamun daripada berbicara dengan anak sulungnya sampai mobil di belakang mereka membunyikan klakson karena papi hanyut dalam pikirannya sendiri.

“Papi udah makan?”

Akhirnya, Nata memberanikan diri untuk membuka suara setelah hampir lima belas menit mereka dinaungi oleh keheningan. Helaan nafas lega terdengar dengan sangat jelas dari Nata ketika papi sedikit menoleh ke arahnya seraya tersenyum.

Setidaknya, Nata bukan alasan papi marah atau apapun itu.

“Belum, sayang.” Sahut papi seraya mengangkat tangan kirinya untuk mengelus pucuk kepala Nata sebelum kembali meletakkannya di atas kemudi. “Nata mau makan apa? Kita masak bareng, yuk!”

Sepasang mata Nata berbinar, Ia segera menegakkan posisi duduknya dan mengangguk dengan antusias. “Mau! Kita masak ayam kecap yuk, papi?”

Papi menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Nata. Hal sederhana ini sukses membuat Nata bahagia, rasanya seperti Ia dapat meloncat keluar angkasa karena setidaknya, sekarang Ia dan papi mulai bersahut-sahutan membicarakan banyak hal setelah mereka terjebak di dalam keheningan.

Semoga papi akan selalu tersenyum seperti ini.