Deluna

Character Introduction

—Annastasia Fideluna Diyose, 26.

“Hyaaah akhirnya beres juga!”

Luna berseru lega sambil mengangkat tangannya tinggi ke udara sekalian stretching ringan. Matanya menyapu apartemen barunya dengan puas—perjuangan selama satu minggu dari mulai unpack barang-barang dari apartemen lama, bersih-bersih sekaligus menata segala perabotan akhirnya selesai hari ini.

Dengan senyum lebar tersungging di bibirnya, Luna berjalan mendekati dua sahabatnya yang setia ikut membantu kepindahan Luna ke apartemen ini. Dirangkulnya satu-satu kedua sahabatnya yang lagi asyik nyeruput lemon tea dingin sambil bersandar di konter dapur.

“Makasih yaa, para lelakiku! Nggak tau gimana jadinya hidup gue tanpa lo berdua,” kata Luna senang.

Younghoon mengangguk sambil mengacak pucuk kepala Luna pelan, “You’re welcome. Seneng ya, akhirnya apartemen lo layak huni.”

“Kita juga seneng bisa bantu lo, Na. Udah kewajiban. Hehe,” Juyeon ikut menimpali sambil terkekeh. Dirinya ikut puas melihat hasil kerja mereka bertiga selama seminggu ini. Capek sih pasti, tapi semua terbayar.

“Gue laper, nyemil apa ya?” Luna mengeluarkan ponsel Z-flip rose gold-nya dari saku celana dan membuka aplikasi pesan antar. “Jajan di Gansikjib bosen nggak, guys?”

“Nggak, yuk! I’m always open for tteokbokki!” seru Younghoon semangat, diikuti anggukan setuju dari Juyeon. “Jjajangmyeonnya juga dong, Na. Takut nggak kenyang gue kalau tteokbokki doang.”

“Oke, gue pesenin ya!”

Selesai memesan makanan, Luna menutup ponselnya lagi dan lanjut berbincang dengan Younghoon dan Juyeon.

Annastasia Fideluna Diyose, 27 tahun.

Sudah tinggal di Kota Seoul dari SMA kelas dua. Anak tunggal yang dibesarkan dengan penuh keberkahan dalam hidupnya—sepasang orangtua yang luar biasa hebat, kehidupan mapan, otak pintar dan perawakan fisik yang indah serta attitude yang baik. Terdengar sempurna? Ya, terdengar sempurna.

Tapi sejatinya di dunia ini memang nggak ada hidup yang sempurna, kan? Begitu juga dengan hidup Luna. Satu hal yang sepertinya tidak selalu berpihak padanya—atau setidaknya sampai saat ini, belum—adalah kisah cinta yang kata orang-orang indah. Bagi Luna, perjalanan mencari belahan jiwanya sungguh melelahkan. Luna lelah harus melewati fase yang sama—perkenalan, pendekatan, jatuh cinta, putus—tanpa tahu kapan ia bisa menyandarkan hatinya di tempat yang tepat.

Beruntung, orangtuanya tidak menuntut apa-apa di usia Luna yang bagi kebanyakan perempuan sudah merupakan usia peringatan jika belum mendapatkan pasangan. Luna pun sudah sangat kebal terhadap pertanyaan retoris “Udah umur segini lho, jangan keenakan kerja, kapan punya waktu cari pasangan?” yang dilontarkan keluarga dan kerabat di setiap kesempatan. Yang penting baginya kini, ia menjalani hidupnya sebaik mungkin tanpa merugikan orang lain, dan berbahagia serta mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan di hidupnya.

Salah satunya, berkat pekerjaan ayahnya sebagai salah satu anggota penting di Kedutaan Besar Republik Indonesia, membuat Luna dan keluarganya terbiasa tinggal berpindah-pindah tergantung di negara mana ayahnya ditugaskan. Bagi Luna, hal ini menyenangkan karena ia bisa belajar berbagai kultur dan budaya dari beberapa negara yang pernah ditinggalinya.

Sampai akhirnya ketika ayahnya ditugaskan di kantor KBRI di Korea Selatan, Luna seperti menemukan jati dirinya. Dia suka sekali tinggal di Korea dan akhirnya memutuskan untuk tetap lanjut tinggal di sini meski orangtuanya kini menetap di Singapura, karena tugas ayahnya di Korea Selatan sudah selesai. Ya, di umur 18 tahun ketika Luna siap masuk kuliah, ayahnya dipindahtugaskan lagi ke Singapura dan Luna menolak ikut. Setelah berhasil meyakinkan orangtuanya bahwa Luna bisa menjalani hidup dengan baik walaupun sendirian di usia semuda itu, akhirnya Luna diizinkan untuk tetap tinggal di Seoul. Luna pun menepati janjinya kepada Mama dan Ayah, hingga kini usianya menginjak 27 tahun dia sungguh hidup dengan baik di Seoul.

Pertemuan Luna dengan Younghoon dan Juyeon terjadi ketika ketiganya sebagai mahasiswa baru di Hanyang University jurusan Ekonomi Akuntansi ditempatkan dalam satu kelompok pada masa orientasi, bersamaan dengan dua teman lainnya. Younghoon dan Juyeon sudah berteman sejak SMP dan tempat tinggal keduanya pun berdekatan, yang ternyata juga tidak jauh dari apartemen Luna kala itu. Jadilah, mereka bertiga akhirnya berteman dekat karena hampir setiap hari berangkat kuliah berbarengan kalau kebetulan dapat jadwal yang sama, dan menjalani rutinitas di kampus berbarengan pula.

Seperti mendapat restu dari semesta, persahabatan yang mereka bertiga jaga dengan baik ini berlanjut ketika mereka mencoba melamar ke satu perusahaan yang sama dan ketiganya diterima—walaupun Younghoon dan Juyeon pada akhirnya terpaksa meninggalkan Luna ketika keduanya dipindahkan ke kantor pusat dua tahun lebih dulu daripada Luna. Walau begitu, tetap saja, kali ini akhirnya mereka bertiga bisa kembali bersama setelah Luna akhirnya bergabung di kantor pusat.

Ya, itu alasan Luna meninggalkan apartemen lamanya dan pindah ke apartemen baru ini karena dia baru saja mendapatkan promosi di kantornya dan naik jabatan menjadi asisten managing director, yang artinya Luna pindah dari kantor cabang yang ada di distrik Yangcheon, ke kantor pusat di distrik Gangnam.

Hari Senin besok akan menjadi hari pertamanya masuk kerja di kantor pusat, dan Luna sungguh berharap semoga semuanya berjalan dengan baik!