17 Agustus ala mereka
Pagi-pagi sekali, semuanya sudah berkumpul di rumah Bokuto. Shinsuke yang melihat ramai orang datang ke rumahnya tersenyum lebar dan menyambut dengan gembira.
“Ayo masuk semua mas mas!” katanya seraya membukakan pintu lebih besar. “Eta ayo masuk!!”
Di halaman rumah Bokuto kini sudah terpasang tali untuk lomba makan kerupuk sebagai lomba pertama yang akan mereka laksanakan setelah sarapan dan berbincang sedikit.
“Jadi yang ikut lomba kerupuk siapa aja?” Tanya Akaashi siap mencatat.
“Bokuto, Osamu, Atsumu, Oikawa, Shin sama Eita” ujar Kuroo seraya memperhatikan wajah teman-temannya satu persatu.
“CINCUKE KITA MENGIKUT LOMBA MEMAKAN KERPUK” pekik Eita girang. Ia dan Shinsuke sampai lompat-lompat malah saking senangnya.
Berbeda dengan dua anak kecil itu, Oikawa justru membulatkan matanya tidak terima. “GAMAU GUE. Iwa aja” tunjuknya.
“Ga ada penolakan ya, jadi fix nya Bokuto, Atsumu, Osamu, Oikawa, Shin sama Eita. Ga akan tambah lagi?” Tanya Akaashi.
“Tambah si Kuroo aja” usul Iwaizumi, tanpa menunggu persetujuan dari yang bersangkutan, Akaashi menuliskannya. Untungnya Kuroo tidak protes.
“Yaudah yuk mulai”
Mulai dari memasangkan tali yang sudah diikatkan pada kerupuk di tali yang sudah dipasang dari kiri ke kanan yang sejak kemarin sudah dipasang sesuai dengan tinggi masing-masing peserta.
Tali untuk Eita dan Shinsuke adalah yang terpanjang. Bokuto dan Kuroo sampai tertawa terbahak-bahak melihatnya, tapi Eita dan Shinsuke hanya menatap polos dan kembali fokus pada kerupuk di hadapannya.
“Kenapha kerpuk diikat? Tangan Eta juga di belakang sini, ndak boleh di depan?”
“Kan mau lomba, jadi supaya menantang”
“Menenangtangkan apah?” Tanya Shinsuke.
“Itulah pokoknya. Inget ya, kerupuknya ngga boleh dipegang pake tangan, pokoknya abisin aja pake mulut” ujar Koushi mengarahkan, dibalas anggukan dari kedua bocah itu.
“Oke mulai ya. Tiga... dua... satu!”
Sejauh ini yang paling cepat adalah Bokuto dan Osamu, kedua orang itu melahap kerupuk dengan rakus. Eita dan Shinsuke yang tak terbiasa memang sedikit kesulitan.
“Kerpukuk nya tidak mau masuk mulut Shin, sudah Shin tangkap hap tetap sajah pergi lagi” ujar bocah itu.
“Shin fokus dulu abisin kerupuknya jangan ngomong dulu” ujar Kenma seraya tertawa.
“YES GUE MENANG!!” teriak Osamu.
Disusul teriakan Bokuto. “ANJINGG BEDA DIKIT DOANG FAK”
“Juara 1 nya Osamu ya karena kita ga ngadain juara dua”
“Eta ndak juara?” Tanya Eita. “Tapi Eta sudah memakannya kerpuk segini, tetap ndak juara?”
“Kalau Eta juara, Shin juga mau juara!”
Akaashi tersenyum mendengar kedua bocah itu. “Ngga ya, kan Osamu yang ngabisin pertama jadi Osamu yang menang”
Shinsuke dan Eita membulatkan mulutnya, kemudian menatap Osamu serempak. “Mas Camu selamat yah” “Camu hebat sudah menang!”
“Makasihh”
Lomba kedua adalah balap karung menggunakan helm. Yang berpartisipasi kali ini Eita, Shinsuke, Atsumu, Iwaizumi, dan Suna.
“Anying Atsumu berpartisipasi di setiap calomb”
“Calomb naon?”
“Cabang lomba”
Mereka menggelengkan kepala karena celetukan asal Bokuto.
“Kalo kata gue ya, tim mager suruh ikutan aja balap karung supaya banyak gerak”
Kenma dan Osamu yang merasakan hawa-hawa tak enak langsung kabur memasuki rumah dengan perlahan, mengundang gelak tawa dari mereka yang sebenarnya hanya memancing.
“Kok Shin tidak bisa terlihat” ujar Shinsuke. Ternyata helm yang digunakannya lumayan kebesaran, jadinya menutupi mata.
Dibantu oleh Eita untuk memundurkan posisi helm di kepala Shinsuke, akhirnya bocah itu bisa melihat dengan leluasa lagi seperti semula.
“Oke lintasannya ga terlalu panjang tapi dua kali balikan ya. Eita sama Shin udah ngerti kan?”
Dua bocah itu mengangguk. “Mulai ya. Tiga.. dua.. satu!”
Baru satu gerakan, Eita dan Shinsuke sudah jatuh karena karung yang mereka pakai emang kebesaran.
“Karung besar sekali Shin terjatuh”
“Eta juga terjatuh, yasudha Cumu atau Bang Aji atau Cuna sajah yang berlomba”
Pasrah.
Berakhir dengan hanya ketiga lelaki itu yang bertanding, Eita dan Shinsuke duduk menonton bersama yang lain.
“Karena Shin sama Eita ga ikutan, ditambah ya jadi 4 balikan” teriak Akaashi mendapat erangan tak setuju dari Atsumu, Suna, dan Iwaizumi. “No protes. Ulang ya, mulainya dari sana aja. Tiga.. dua.. satu!”
Eita, Shinsuke, Bokuto dan Kuroo tertawa terbahak-bahak melihat Iwaizumi yang kesulitan dengan helm full face nya, Suna yang struggle dengan kaca helm bogonya, dan Atsumu yang paling cepat dengan helm h*nda tanpa kaca.
“Pemenangnya adalah Atsumu!!” Teriak Bokuto dramatis.
Suna dan Iwaizumi langsung merebahkan diri di lantai setelah sampai garis finish. “Anjrit capek” keluh Suna.
“Helm gue berat banget sialan berasa bawa batu di kepala” keluh Iwaizumi.
Atsumu dengan wajah sombongnya dan helm ditenteng di tangan kanannya menghampiri. “Makanya pake helm h*nda aja, mahal nih beli helm gratis motor” ujarnya mengundang gelak tawa yang lain dan decihan kesal dari Suna serta Iwaizumi.
“Mas Cumu selamat yahh!”
“Cumu selamat! Cumu harus mesti terkaktir Eta!”
Atsumu tertawa kemudian mengajak kedua anak itu untuk tos. “Nanti Cumu traktir kalian berdua”
Lomba ketiga, berpasang-pasangan. Suna dengan Kenma, Kuroo dengan Oikawa, Osamu dengan Atsumu, Koushi dengan Eita, dan Bokuto dengan Shinsuke. Sementara Iwaizumi sebagai wasit dan Akaashi yang mencatat tidak ikut dalam lomba.
“Lomba sekarang joget balon. Kalian pasti dah tau lomba ini kan? Tapi disini kita ubah dikit aturannya karena ada Shin sama Eita yang badannya jauh lebih pendek dari kalian, takutnya jadi ga fair ke Koushi sama Bokuto.
Kayak joget balon pada umumnya tapi posisinya kalian mesti sejajarin sama Eita dan Shin, terserah mau jongkok atau gimana yang penting posisi badannya direndahin. Ngerti kan?”
Mereka mengangguk paham. Kemudian mulai bersiap-siap mencari posisi yang kiranya bisa mereka gunakan.
“Gue mulai ya. Tiga... dua... satu!”
Musik dimainkan, mereka mulai berjoget dengan balon yang menempel diantara yang satu dengan pasangannya.
Berbagai posisi absurd terlihat, membuat Iwaizumi dan Akaashi tertawa terbahak-bahak. Seperti posisi Miya twins dada dengan dada pada balon sementara posisi keduanya sedikit menungging demi menyamakan tinggi dengan Eita dan Shinsuke.
Eita dengan Koushi, Shinsuke dengan Bokuto tidak terlalu kesulitan, Paling Koushi dan Bokuto saja yang harus sedikit menahan pegal.
Kuroo dan Oikawa menyerah duluan, mereka tidak kuat menahan posisi apalagi menahan tawa. Disusul Kenma dan Suna yang mengaku pegal. Tersisa tiga pasang anak kembar.
“Anjir gakuat Tsum demi pantat gue keram” keluh Osamu.
“Dada gue terlalu membusung anjir ga sanggup”
Dan ketika lagu hampir selesai, Miya twins akhirnya menyerah. Mereka yang menonton bersorak sorai mendukung Eita-Koushi atau Shin-Bokuto.
Eita dan Shin bergerak dengan lincah, nampak tak mau kalah satu sama lain. Namun sial, ketika sedang asik berjoget, Bokuto malah tersandung celananya sendiri yang melorot sehingga membuatnya jatuh tersungkur.
“Mas Boo!” pekik Shinsuke menghampiri kembarannya. “Mas Boo tidak papah?” dibalas gelengan oleh Bokuto.
“YES EITA KITA MENANG!” pekik Koushi lalu memeluk Eita erat.
“Yey Eta Kochi menang!!” pekik bocah itu senang.
Shinsuke menghampiri Eita, menyodorkan tangannya. “Eta menang, Eta selamat!! Mas koci juga, selamat dua dua!” ujarnya.
“Terima kasih Cincuke! Nanti Eta terkaktir Cincuke banyak banyak!” Ucapan Eita membuat Shinsuke yang awalnya sedikit murung karena kalah menjadi kembali ceria.
“Shin mau!! Terima sih Eta!”
Lomba terakhir sekaligus lomba yang paling ditunggu-tunggu yaitu tarik tambang. Peserta dibagi dua grup: grup 1 ada Kuroo, Kenma, Osamu, Iwaizumi, Koushi. Grup 2 ada Bokuto, Suna, Atsumu, Akaashi, Oikawa. Shinsuke dan Eita sebagai supporter karena tidak memungkinkan ikut main.
“IWA LO HARUS LIAT GUE MENANG!” teriak Oikawa mengundang decakan dari yang namanya disebut.
“Oikawa mah ketarik dikit juga pasti jatuh” ujar Kuroo mendapat pelototan tajam dari si lelaki bersurai coklat.
“Shin semangatin Mas Boo dong”
“Mas Boo, Mas Cuna, Mas Cumu, Mas Kaaci, dan Mas Toru semoga menang yahh! Shin doakan dari sini saja, Shin semangatkan!” Shinsuke sampai mengepalkan kedua tangannya sebagai gestur memberi semangat.
“AW SEMANGAT NIH GUE FULL ENERGY” teriak Atsumu.
“Eta juga Eta mau mensemangatkan Kochi! Ada Kochi, ada Camu, ada Tetcu, ada Bang Aji, ada Kenma. Eta menenonton dari sini, Kochi dengan semua semua harus menang yah!”
“Ya ampun gemesnya, pasti mau minta bagian kalo kita menang”
“Mereka mah emang pure ngucapin, kalo lu yang ngucapin, baru mencurigakan” Iwaizumi menimpali ucapan Kuroo.
Merasa terlalu banyak intermezzo, mereka kemudian bersiap di posisi masing-masing, karena tidak ada yang menjadi wasit jadi mereka melakukan aba-aba sendiri.
“TIGAA... DUAA.. SATUU!”
Tali mulai ditarik ke dua sisi, dua grup sama-sama kuat sehingga tali tak begitu banyak tertarik ke kanan maupun ke kiri untuk waktu yang cukup lama.
“TOORU ANJING JANGAN LETOY”
“SUNA ANJIR BUKAN GUE”
“KUROO AWAS LO KALO BELAKANGNYA DILEPAS”
“NGGA LAH GOBLOK, JANGAN NGEREMEHIN GUE”
Shinsuke dan Eita saling berteriak memberi semangat, diiringi tawa ketika yang sedang berlomba sempat-sempatnya adu mulut soal hal-hal yang entah apa, kedua bocah itu tidak mengerti.
“TSUMU ANJING KAKI GUE”
“Tangan gue panas”
“KENMA JANGAN DILEPAS WOY!!”
Setelah pertandingan yang cukup sengit, akhirnya tali tertarik lebih banyak ke sisi grup satu. Grup satu langsung bersorak gembira, sementara grup dua terkapar tak berdaya karena lelah.
“Gakuat capek anjir” keluh Suna diangguki anggota grupnya yang lain.
Tak lama kemudian, grup satu turut bergabung untuk terkapar di halaman luas rumah Bokuto, dibawah teriknya matahari, tak peduli akan baju mereka yang sudah dipastikan menjadi kotor.
Shinsuke dan Eita ikut menyusul, mereka berbaring dengan dada kembarannya masing-masing sebagai alas kepala.
Obrolan demi obrolan mengisi, diwarnai ribut-ribut yang memang tidak bisa lepas dari mereka. Perayaan peringatan kemerdekaan kali ini terasa sangat menyenangkan padahal mereka hanya mengadakan seadanya dan semampunya, bukan lomba yang begitu banyak ataupun besar, tapi cukup untuk membuat mereka merasakan euforia peringatan kemerdekaan bersama-sama.
“Yang ga dapet voucher ga boleh ikut makan”
“MANA BOLEH GITU ANJIR”
“HAHAHAHAH MAMPUS”