a day with the miyans


“ETAA!!” Teriak Shinsuke dari dalam mobil dengan Atsumu yang berada di kursi kemudi. Osamu turun, berbasa-basi sedikit dengan Koushi sebelum mengajak Eita masuk ke mobil supaya cepat berangkat.

“Dadah Kochi Eta pegi dulu yaa” Eita melambaikan tangannya ceria yang dibalas serupa oleh sang kakak.

Melajulah mobil Atsumu meninggalkan pekarangan rumah menuju sebuah mall di pusat kota. The Miyans sudah menyusun rencana bermain mereka berempat hari ini.

Atsumu di kursi kemudi, sementara Osamu, Eita dan Shinsuke di kursi belakang. Eita dan Shinsuke membicarakan banyak hal, yang bisa Osamu tangkap sih kebanyakan mereka membahas betapa antusiasnya mereka untuk jalan-jalan kali ini.

“Salah satu temenin gue dong di depan, lo aja Sam sini gue kesepian”

“Kalo gue ke depan ini dua bocil kagak ada yang jagain, ntar kalo ketiduran terus ngusruk ke depan gimana?”

“Bener juga..” gumam Atsumu.

“Mas Cumu biar Shin saja yang berpindah ke depan supaya agar bisa mengobrol dengan Mas Cumu jadi Mas Cumu tidak kesepian sendirian”

“Boleh sini Shin dengan senang hati” Atsumu kemudian menepi sejenak  supaya Shinsuke bisa pindah ke depan.

“Eta, Shin di depan yah? Eta di belakang mengobrol dengan Mas Camu, Shin di depan mengobrol dengan Mas Cumu” kata Shinsuke sebelum pindah.

Eita mengangkat jempolnya. “Oke! Eta bakal mengobrol dengan Camu”

Perjalanan dilanjutkan, jarak dari rumah Koushi ke mall nya memang bisa dibilang cukup jauh. Untungnya dua anak kecil ini terlihat senang-senang saja dan tidak rewel.

“Dah sampee” ujar Atsumu seraya melepas seatbeltnya.

Eita dan Shinsuke bersorak senang. Mereka keluar dari mobil lalu Shinsuke berjalan digandeng Atsumu sementara di belakang mereka Eita digandeng Osamu.

“Mau makan apa keliling dulu?” Tanya Osamu.

“MAKAN!”

“JALAN-JALAN!”

Osamu menghela nafasnya, Shin menjawab jalan-jalan sementara Atsumu dan Eita menjawab makan. Osamu rasa, hari ini ia menjaga 3 bocah.

“Sam sam liat yang itu bakal gemes ga sih kalo dipake Shin?” Tunjuk Atsumu pada outfit anak yang terpajang di sebuah toko pakaian.

“Tsum, lo udah ngomongin hal yang sama empat kali, literally tiap liat toko baju bocil lo bakal bilang ada baju yang cocok sama Eita atau Shin”

Atsumu melengkungkan bibirnya kebawah membuat Shinsuke tergerak untuk bertanya. “Mas Cumu kenapah mengsedih seperti itu begitu? Mas Cumu mau beli es krim?”

“Mas Cumu dimarahin Mas Camu”

Shinsuke mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengelus tangan Atsumu dengan tangan kecilnya. “Mas Cumu sudah janggan mengsedih. Kata Mas Boo orang memarah memarah karena sayang! Mas Cumu tidak boleh nakal kepada Mas Camu supaya tidak dimarah memarah kan”

“Bocil aja paham” sindir Osamu mendapat tatapan tajam dari Atsumu, namun kemudian Atsumu memeluk dan menggesekkan pipinya dengan pipi Shinsuke dengan gemas. “Iya Shinn iyaaaa” membuat Shinsuke tertawa geli.

Sementara Eita sedari tadi memperhatikan kedalam timezone yang ramai dan menarik perhatiannya. Ia kemudian menarik-narik ujung baju Osamu, memanggilnya.

“Camu Eta mau masuk kesana kedalam boleh? Ramai Eta mau lihat” katanya seraya menunjuk-nunjuk timezone.

Osamu tersenyum. “Boleh. Eita mau main disana?” Eita mengangguk semangat. Akhirnya mereka sepakat untuk menyudahi berkeliling dan bermain di timezone.

“Udah nih mau main apaan?” Tanya Osamu yang baru selesai mengisi saldo.

“Mau itu!!” Tunjuk Eita pada mesin capit es krim.

Shinsuke mengangguk setuju, mereka kemudian berlari ke arah mesinnya dengan antusias.

“Mau Eita yang main?”

Eita mengangguk, kemudian Atsumu mengajarkan bagaimana cara memainkannya.

“Eta sudah paham”

Tangan kecil Eita mulai bergerak dituas yang menggerakan capitan didalam, mengarahkannya dengan sedikit sulit karena tingginya hanya sebatas tuas itu sendiri, lebih pendek bahkan.

“Ugh susah”

“Ayo pijit itu nya Eita, pijit!!” Shinsuke menyoraki.

Eita memencet tombol yang membuat capitannya turun, mencapit sebuah es krim namun belum sempat terangkat tinggi-tinggi, es krimnya sudah jatuh kembali mengundang desahan kecewa dari ketiganya–kecuali Osamu.

“Eta ayo coba yang itu juga, boneka!” tunjuk Shinsuke pada mesin di sebelahnya.

Setelahnya mereka jadi keasikan mencoba semua mesin capit yang ada disana, entah yang berisi es krim, boneka, atau mainan lainnya bahkan sampai saldo di kartunya habis, benar-benar habis dan mereka hanya mendapatkan satu buah gantungan boneka kecil.

“Ratusan rebu habis ditipu di mesin capit” gumam Osamu meratapi.

“Hadah sini kartunya biar gue yang isiin lagi, belum sempet main yang lain”

“Mas Camu pergi kemana Mas Cumu?”

“Ngisi saldo biar bisa main lagi yang lain. Kalian mau main apa?”

Eita dan Shinsuke sibuk mengedarkan pandangan, mencari kiranya apa yang ingin mereka mainkan. Kemudian Shinsuke menunjuk permainan motor-motoran karena baginya keren saja jika bisa menaiki motor itu layaknya orang dewasa.

Sementara Eita menunjuk ke permainan tembak-tembakan zombie karena ia mendengar suara ramai-ramai dari sana, ia jadi penasaran.

“Udah nih, yuk mau main apa lagi?”

Karena Shinsuke dan Eita menunjuk ke arah berbeda, mereka memutuskan untuk berpisah. Osamu sebenarnya punya kartu timezone juga tapi ia membiarkan kartu Atsumu dulu yang dipakai, padahal kartunya justru memiliki saldo cukup banyak.

Baru lima menit setelah permainan dimulai, Eita sudah menangis kencang. Ia takut melihat zombie yang bermunculan di layar besar di depannya, ia memeluk tangan Osamu seraya merengek ingin keluar, menarik-narik lengan bajunya kemudian menggesek-gesek mukanya agar Osamu mau mendengarnya.

Osamu gemas melihatnya, sebenarnya bukan ia tak mau membawa Eita keluar, hanya saja permainannya tak bisa dibatalkan.

Jadilah Osamu sengaja kalah agar permainan cepat selesai dan Eita bisa berhenti menangis.

“Udah ta, udahan kan mainnya. Padahal tadi Eita loh yang mau main kesana”

“Ndak mau lagi huhu Eta takut ada hantu grua grua mau makan Eta huhu” Fyi, Eita masih memeluk pinggang Osamu dan bergelayutan disana.

“Lah kok lo udah lagi? Padahal baru mau gue ganggu” ujar Atsumu dengan Shinsuke di gendongan. “Ngapa tuh si Eita? Kok nangis?”

“Takut zombie. Lo sendiri? Kenapa Shin digendong?”

“HAHAHA LAGIAN NGAPAIN SOK SOKAN MAU MAIN ZOMBIE”

“Diam Cumu berisikk!!”

“Ini tadi dia main balapan yang motor itukan, taunya baru maju dah mati mulu, mana kayaknya ngegerakinnya agak susah, jadi ngambek gamau main lagi”

“Yaudahlah emang main kudu yang sesuai umur”

Atsumu dan Osamu akhirnya membawa Shinsuke serta Eita ke beberapa permainan yang memang diperuntukan bagi anak kecil. Sementasa kedua bocah itu bermain, Osamu dan Atsumu nampak seperti ayah muda yang mendampingi anak-anaknya, menunggu sampai mereka selesai bermain dengan sabar.

Bahkan sudah ada beberapa orang yang mendatangi mereka, menanyakan hal yang sama. “Istrinya kemana mas?” Yang dibalas senyum saja oleh Osamu, dan “Ada di rumah, saya suruh istirahat” dari Atsumu yang mengundang decak kagum dari si penanya.

Sampai waktu menunjukan pukul setengah tiga, mereka memutuskan untuk menyudahi acara main di timezone lalu mencari makan (yang tadi sempat terlupakan karena keasikan main) dan lanjut ke agenda selanjutnya.