asing


Semi menatap tajam pada dua orang yang tengah berada di salah satu stand makanan. Tadinya ia tak habis pikir bagaimana bisa keduanya berakhir bersama dan nampak sangat menikmati event tapi mengingat interaksinya akhir-akhir ini sebenarnya tak begitu aneh.

Niatnya ingin menyapa, sekalian memastikan alasan kenapa si lelaki bisa bersama CALON pacarnya. Namun Sugawara datang dan menariknya untuk segera bersiap.

“Mereka makin lengket aja akhir-akhir ini, wajar kan gue khawatir?” Tanyanya pada teman satu band-nya.

“Wajar” balas mereka serentak. “Tapi wajar juga mereka jadi lebih deket karena titel mereka sekarang temen jadi kayak lebih bebas dan akhir-akhir ini lo super sibuk” tambah Sugawara.


Sejujurnya, Kuroo tidak terlalu menikmati penampilan band nya Semi alias band sekolahnya sendiri. Bukan karena lagunya tidak enak atau suara Suna dan Semi sebagai vokalis buruk–tidak sama sekali. Suara, lagu dan permainan alat musik mereka sangat bagus dan enak didengar.

Namun Kuroo salah fokus karena sedari anggota band naik ke panggung, Alisa tak ada hentinya memerhatikan Semi dengan kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang indah.

Semi juga, fokusnya tertuju pada Alisa tak lupa senyumnya yang mengundang teriakan dari para gadis yang juga naksir padanya.

Entah mengapa Kuroo merasa panas. Mereka berdua nampak sangat bahagia ketika melihat satu sama lain, ketika mata mereka bersinggungan, ketika senyum mereka tersungging bersamaan. Ia tiba-tiba merasa asing.

Kuroo benci menjadi asing. Ia memang sudah lebih dekat dengan Alisa, bahkan mereka bertukar pesan setiap hari, kadang pergi bersama, istirahat bersama, dan lainnya. Tapi ia sadar bahwa kedekatannya tak sebanding dengan kedekatan Semi Alisa.

Ia belum sedikitpun menggeser keberadaan Semi di hati Alisa. Perasaan keduanya sama-sama besar dan muncullah Kuroo yang tiba-tiba masuk diantara mereka. Pilihannya hanya dua, Kuroo terasingkan atau Semi tergeser.

Untuk saat ini, Kuroo merasa tengah berada di pilihan pertama. Ia tersenyum kecut, ingin menyalahkan perasaannya yang harus jatuh pada Alisa yang perasaannya sudah punya pemilik tapi tak bisa. Tak mengubah apapun.

“Sa, gue ke wc dulu ya? Lo gapapa kan nontonnya sendirian?” bisik Kuroo pada gadis di sebelahnya.

“Oh iya Kur gapapa kok”

Melihat kepergian Kuroo dari sisi Alisa, Semi tersenyum lebar–merasa menang, entah atas apa.


Alisa menghampiri backstage demi mengucapkan selamat pada band sekolahnya yang disambut sorakan bahagia dari Futakuchi dan Suna tidak lupa sedikit gombalan demi membuat Semi naik pitam.

Tadi Semi mengiriminya pesan, menyuruhnya datang ke backstage. Dan tanpa berpikir panjang, Alisa menurutinya bahkan sampai melupakan Kuroo yang entah kemana perginya.

“Nanti aku yang anter pulang. Sekarang mau keliling dulu? Nyari makanan atau barang siapa tau ada yang mau kamu beli” Ujar Semi.

“Iya boleh, tapi gapapa? Kamu ga beres-beres dulu?”

“Elah tenang aja ada Suna ini” katanya sambil melirik Suna.

Suna melotot tak terima namun Semi cepat-cepat memberi kode bahwa semuanya tak gratis alias Semi akan membalas 'kebaikan' nya.

“Yuk keliling sekarang”