baikan
Oikawa datang bersama Iwaizumi, Atsumu bersama Suna, dan terakhir Kuroo bersama Bokuto dan Shinsuke.
“Masuk sini guys” sambut Sugawara ketika membuka pintu.
Eita tengah duduk di sofa ruang tamu sambil meminum susu kotak coklat. Semuanya langsung heboh menyapa bocah itu.
“Bisik kalian semuanyah! Eta lagi minum cucu!” Galak bocah itu.
“Dedek Shin main ya sama Eita” kata Bokuto seraya mendudukan Shinsuke di sebelah Eita.
Shinsuke memperhatikan Eita dalam diam, sementara Eita nampak tak acuh. Sampai susunya habis, baru ia mengalihkan perhatian pada bocah di sebelahnya.
“Kamu Cincuke yah?” Tanyanya lalu mengulurkan tangan. “Waktu dulu kemarin belum bekenalan, aku Eta!”
Shinsuke ragu-ragu memegang tangan Eita yang terulur dengan kedua tangannya. “Aku Shin, janggan panggil Cincuke seperti Mas Boo, Shin tidak suka” cicitnya.
“Oke Cin!”
“Shin, Eta. Nama aku Shin, bukan Cin”
Eita nampak kesulitan mengucapkan nama Shin, hingga membuat sang kakak tertawa. “Shin gapapa ya Eita panggil Cincuke? Eita susah bilang Shin soalnya” kata Sugawara.
Shinsuke nampak berpikir kemudian mengangguk. “Yasudah tidak papa Eta panggil Cincuke sajah hihi”
Mereka berdua dengan cepat larut dalam obrolan yang tidak jelas apa maksudnya, biasalah obrolan khas anak kecil.
“By the way nih kita cuma bawain donat, gapapa kan? Tadi gue tanya Eita di chat malah di gas anjir” Suna menyodorkan dua kotak donat di dalam satu kresek pada si pemilik rumah.
Sugawara menerimanya dengan senang hati. “Gapapa kok, Eita emang begitu kadang kalo ditanya suka ngegas duluan, ga beda jauh lah sama aslinya dulu”
Mereka tertawa. Sementara Eita yang mendengar namanya disebut berucap ketus. “Appha bicara Eta?!! Eta dengar tau”
“Cuna bicara Eta ya?!! Hmpphh ndak mau bicara Cuna lagih, ndak beteman!” Eita menyilangkan tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut lucu setelah marah-marah pada Suna yang duduk tak jauh darinya.
“Rin mulu yang salah, muka lo terbukti penuh dosa” celetukan Atsumu dibalas death glare oleh Suna.
“Ta lo kok judes ama gue doang sih? Dendam ye lu gegara duit gorengan waktu itu belum gue ganti?”
“Mengomong apasih Cuna, ndak jelas!”
“Katanya gamau bicara sama Suna lagi, kok masih dibales?” Kuroo memanas-manasi.
Eita mendelik ke arah lelaki itu. “Suka Eta saja lah, kok kamu atur!!”
“HAHAHAHA CAPEK ANJIRRR GALAK BANGET TA”
Shinsuke yang sejak tadi memperhatikan merapatkan dirinya pada Eita, menoel-noel lengan bocah itu sampai Eita mau menoleh.
“Eta kenapah memarah marah pada mas mas teman Mas Boo? Eta tidak boleh memarah pada orang besar”
“Hmmpphh Cuna menyebebalkan tau Cincuke, jadi aku kesal memarah pada Cuna!”
Mendengar hal itu, Shinsuke beralih pada Suna yang hanya terhalang Bokuto diantara mereka. Shinsuke berusaha meraih lelaki itu, setelah berhasil, ia menarik jari telunjuknya menuntunnya pada Eita.
“Mas Cuna, ayo meminta maaf berbaikan dengan Eta. Jangan membebalkan”
“Menyebalkan Shin” koreksi Iwaizumi.
“Oh iyaa, ulanggi yah. Mas Cuna ayo berbaikan meminta maaf pada Eta” tangan kirinya meraih tangan Eita. “Eta juga ayo meminta maaf pada Mas Cuna. Jangan bertantem nanti tidak bisa main bersama”
“Aihhh soleh sejak dini”
“Eitaa, Suna minta maaf ya? Ga nyebelin lagi deh janji walaupun gue gatau nyebelinnya gue di sebelah mana. Dimaafin ga?” Suna berjongkok di depan bocah itu.
Eita menoleh, ia mengangguk. “Eta juga meminta memaaf ya Cuna sudha memarah marah selalu pada Cuna. Eta janji mau ajak main Cuna” bocah itu menyodorkan jari kelingkingnya.
Suna menautkan kelingking mereka “Oke janji yaa” yang menuai teriakan teriakan heboh bercampur gemas karena interaksi mereka bertiga.
“Hihi akhirnya sudah berbaikan” Shinsuke tertawa lebar.
“Aduh mak gemes banget pen gue uyel kepalanya atu atu”
“Kepala si Rin juga?”
“Ye kagak, kepala si Rin mah pengennya gue tendang”
“Asu”