best song


Malam ini, pukul tujuh dari yang sudah disepakati, seluruh anggota masing-masing band Semi dan Suna akan makan malam bersama dalam rangka merayakan suksesnya projek kolaborasi kedua SemiSuna.

Suna melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 15.30 PM. Sengaja ia datang lebih awal karena ada urusan yang harus ia selesaikan.

“Rin, daritadi? Sorry barusan macet” urusan dengan Semi maksudnya.

Suna menggeleng. Setelah memesan, Semi kembali ke meja yang ditempati Suna. Ia menatap kekasihnya itu dengan penuh kebahagiaan, alasannya tidak lain dan tidak bukan karena projek mereka.

Good job Rin, thank you buat kerja samanya.”

Suna menerima jabatan tangan Semi. “You too kak”

Berbagai topik pembicaraan dibuka oleh Semi, sementara Suna hanya merespon seperlunya tanpa ada niatan membuka topik lain.

Kehabisan bahan obrolan, Semi memilih diam seraya menyeruput kopinya kemudian melempar pandangannya keluar jendela, memandangi langit kota khas sore hari.

“Keiji gak ikut ntar malem?” Tanya Suna tenang. Semi dengan cepat menoleh, ekspresi wajahnya menunjukan bahwa ia tak suka Suna membawa 'Keiji' dalam perbincangan mereka.

“Ngga. Kan acaranya khusus band kita doang.”

Suna mengangguk-angguk. “Padahal ajak aja. Kan dia temen lama lo kak, sayang banget ga diajakin. Gue juga pengen kenalan lebih jauh.”

“Gue gak mau pacar sama temen gue ribut nantinya.”

Lelaki bersurai coklat itu menaikan alisnya. “Gue gak akan ribut sama pacar lo kok, tenang aja.”

“Lo yang pacar gue Rin. Gue gak mau nantinya lo, pacar gue, berantem sama Keiji, temen gue. Ya jaga-jaga aja.”

Suna melemparkan senyum pada lelaki yang sudah menjadi kekasihnya kurang lebih selama dua tahun itu. “Gue bukan pacar lo lagi kak” ujarnya santai.

Semi mengepalkan tangannya. “Gak, lo masih pacar gue. Emangnya kapan kita putus? Gue gak pernah setuju kita putus. So we're still in relationship.

“Sejak sekarang. Gue gak peduli lagi deh kak mau lo setuju atau ngga pokoknya kita putus.”

“Loh gak bisa gitulah. Kalo gini caranya lo mutusin sepihak doang, gak adil buat gue.”

“Lah gue aja selama ini cintanya sepihak doang? Jadi gak apa-apa dong mutusinnya juga sepihak?” Suna tertawa, miris akan perkataannya sendiri. 

Semi bersikeras bahwa ia tak mau putus dari Suna. Ia sayang pada lelaki itu, ia tak mau melepaskannya, ia tak siap kehilangannya. Meski Akaashi–bagian dari masa lalunya telah lama kembali, membuatnya lagi dan lagi jatuh kedalam pesonanya, tetap saja ia tak mau eksistensi Suna menjauh.

Suna itu inspirasi untuknya. Orang dibalik lirik-lirik yang ditulis dengan apik, yang selalu memunculkan warna-warna baru pada tema lagunya, orang itu Suna.

Ia tak bisa membayangkan kehilangan inpirasi terbesarnya, akan jadi seperti apa lagunya nanti? Semi akui bahwa ia memang egois, menginginkan Suna dan Akaashi di satu waktu yang sama. Tapi ia tak punya kuasa untuk itu, hatinya lah yang berkuasa penuh.

“Rin gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, gue gak mau kehilangan lo. Please? Kita omongin baik-baik oke?”

“Ngga kak. In the end, pilihannya cuma dua. Lepasin Keiji atau lepasin gue. Karena gue tau Kek Ei gak akan pernah bisa lepasin Keiji, jadi gue inisiatif buat pergi. I make this easy for two of us

No it's not easy at all. Harus berapa kali lagi gue bilang kalo gue gak bisa kehilangan lo?”

“Kak Ei, lo cuma gak bisa kehilangan gue sebagai inspirasi lo bukan sebagai orang yang lo sayang.”

Ketika Semi terlihat seperti akan menyangkal, Suna tersenyum, menyela terlebih dahulu. “Belakangan ini gue nginget-nginget soal how we started. Then i realized something, Kak Ei sejak awal liat gue cuma sebagai inspirasi, perasaan Kak Ei sebagian besar masih dan akan selalu dibawa sama Keiji.”

Suna ingat, saat itu kelas sebelas ketika ia jatuh cinta pada kakak kelasnya, Semi Eita. Namun ia dikabarkan memiliki kekasih yang seangkatan dengan Suna. Akaashi Keiji, Suna tahu ia tak sebanding dengan lelaki yang nyaris sempurna itu.

Namun tak lama, terdengar kabar bahwa mereka putus. Suna merasa ini kesempatannya, maka ia berusaha mendekati Semi. Suna tak tahu bahwa mendekati seseorang akan sesulit ini.

Singkat cerita, setelah lelah berusaha dan bersabar, ketika Suna menginjak bangku perkuliahan di semester pertama, Semi menerimanya. Senang? Tak usah ditanya, Suna sempat merasa menjadi orang paling bahagia di muka bumi.

Belakangan ini Suna sadar bahwa Semi menerimanya dulu bukan sepenuhnya karena ia sudah memiliki perasaan kepadanya. “Kak Ei nerima aku separuh karena kasian, separuh lagi karena aku bisa dijadiin inspirasi. Am i wrong?

Semi dibungkam total. Tidak, Suna tidak salah. Semua yang dikatakannya benar, perasaannya masih sepenuhnya milik Akaashi dulu. “Tapi sekarang ngga Rin, gue beneran sayang sama lo. Gue beneran punya perasaan buat lo.”

“Cuma sebagian kecil. Gak usah denial kak, sebagian besar perasaan Kak Ei masih milik Keiji. 70:30 kalo menurut feeling gue.”

Melihat Semi kembali terdiam, Suna melanjutkan. “Apalagi yang mesti dipertahanin dari kita kalau jelas-jelas perasaan Kak Ei buat gue makin kesini makin menipis? Kalo cuma soal inspirasi, Keiji juga inspirasi Kak Ei kan? Bukan cuma itu, dia bahkan 'musik' buat Kak Ei, musik yang akan selalu kakak cinta sampai kapanpun.”

“Tetep, you're my biggest inspiration. And you're my music too, Rintarou.”

Tawa kecil Suna mengudara, ia menggelengkan kepalanya. “Nah, there's a difference. Keiji itu inspirasi sekaligus your most favorite, bestest, number one song. Sementara gue cuma inspirasi lo aja.”

“No.. you're also one of my best song Rintarou.”

Yes i am. But Keiji is your BESTEST. I'm just 'one of' meanwhile Keiji is the bestest, your favorite all time. Jelas kan perbedaannya?”

“Am i not your bestest song? Why do you want me to let you go?”

You're my bestest song, my inspiration, my love. Tapi kalo gini terus sama aja gue nyakitin diri sendiri. I know that your feeling isn't mine anymore, i'm just one of your song yang lama kelamaan bakal jadi lagu biasa, jadi buat apa gue bertahan?”

“Buat gue. Lo gak akan jadi lagu biasa, lo akan selalu jadi inspirasi dan lagu terbaik gue, you'll always be.

Suna menyeruput kopinya sebelum kembali berujar. “You love your music more than me, your inspiration. Yaudah kejar dia aja kak, make him happy, i won't bother you anymore. Isn't it good? Sing your music with all your good feelings.

“Gue gak bisa lepasin lo...”

Tangan yang sebenarnya sibuk bertaut gugup, terulur menangkup kedua tangan gelisah yang berada di atas meja. Suna dan tangan dinginnya, menyentuh Semi dan tangan hangatnya.

“Bisa kak. Jangan ngerasa bersalah, Kak Ei harusnya seneng karena bisa kembali fokus sama Keiji tanpa harus mikirin gue. Find your new inspiration, make more good musics, and forget me. Would you?

Semi menggeleng. “No, i wouldn't. I'll leave Keiji for you, okay? Please don't go.”

“Perasaan Kak Ei sebagian besar untuk dia kak, don't hurt yourself. Don't leave your music, you love him.

Suna membereskan barang-barangnya, kemudian memberi pelukan kecil kepada lelaki bersurai blonde ash di hadapannya. “Goodbye kak, i'll look forward to your next music, eventho i'm not your inspiration anymore. Also, jangan lupa jam 7 nanti ada acara makan malem bareng.”

“Rintarou” panggil Semi sekali lagi, ia menggenggam tangan Suna cukup erat.

Suna berusaha melepaskannya, kemudian menyunggingkan senyum. “Pas makan malem nanti jangan jadi canggung ya kak!” Ujarnya seraya berlalu begitu saja dari hadapan sang mantan kekasih.

Dan hubungan dua tahun mereka hanya sampai disini. Dengan Suna yang pelan-pelan berusaha menjadikan lagu terbaiknya hanya sebagai kenangan belaka dan Semi yang masih saja mengelak dari fakta bahwa ia jauh lebih mencintai sang musik daripada sang inspirasi.


FIN.