both sides


Di rumah Oikawa, mereka sudah merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk menghabiskan malam ini, yaitu dengan maskeran dan bermain ps sampai larut malam.

“Centil banget dah kudu maskeran” ujar Iwaizumi malas.

“Ga centil ih ini tuh menjaga agar kulit tetap sehat” timpal Atsumu seraya mengelus pipinya memperagakan iklan produk kecantikan.

Gelak tawa mengisi ruangan luas itu. Sebelum malam beranjak semakin malam, mereka memakai masker yang sebelumnya sudah dibeli di minimarket, Oikawa yang menentukan merknya karena dia yang lebih tahu dibanding teman-temannya.

Memang dasar mereka tidak suka yang biasa-biasa saja, jadinya mereka saling memakaikan sheet mask ke wajah satu sama lain. Tidak lupa diiringi gelak tawa karena ekspresi aneh yang tersaji di depan mata.

Eita juga turut terlibat dalam keasikan itu. Ia membantu menepuk-nepuk masker pada wajah teman-temannya itu. Sebenarnya ia ingin ikut memakai masker juga tapi tidak diperbolehkan karena masih terlalu kecil.

“Ini boleh ngomong ga sih?” tanya Iwaizumi.

“Boleh anjir ini kan sheet mask bukan masker organik jadi ga akan pecah”

Eita tiba-tiba tertawa memperhatikan wajah mereka yang nampak seperti hantu, tapi tidak menyeramkan sama sekali. “Muka muka nyah lucu sekali” ujarnya sambil terus tertawa geli.

“Ngeledek nih bocah”

“Eh sambil main ps yuk, bosen lah bray kalo cuma maskeran gini doang” ajak Atsumu disetujui oleh yang lain.

“Ps tuh apha?” Tanya Eita sembari memiringkan kepalanya bingung.

Iwaizumi dan Kuroo menunjukan ps yang baru saja selesai disiapkan. “Ini ps, buat main game”

“Gem banyak banyak?”

“Iya banyak banget”

“Eta mau ikut bermain!!” ujarnya seraya berlari mendekat lalu menatap kagum pada konsol game yang akan mereka gunakan.

“Iya bolehh ayo”

Acara menginap malam itu mereka habiskan dengan bermain ps sampai larut malam, ditemani makanan ringan yang isinya sebagian berserakan dimana-mana sampai membuat sang tuan rumah mengomel sebal, dan masker yang lupa mereka lepaskan sampai dua jam kemudian karena keasikan bermain.

Eita anteng diajarkan bermain ps oleh Suna dan Atsumu yang memang paling jago diantara yang lain, bocah itu lumayan cepat mengerti lalu ikut hanyut dalam permainan.

Tawa dan teriakan heboh juga turut meramaikan membuat malam tak lagi sunyi. Sampai akhirnya mereka tak kuasa menahan kantuk dan tertidur begitu saja dengan posisi yang bisa dibilang sangat asal dan berantakan.

Eita tertidur diantara Oikawa dan Suna dengan tangan Oikawa sebagai bantalnya, bocah itu bisa tertidur pulas seperti yang lainnya padahal keadaan ruang tamu sangat berantakan seperti habis berpesta.


Sedikit berbeda dari situasi di rumah Oikawa, di rumah Akaashi mereka memutuskan untuk menghabiskan malam dengan bermain ular tangga serta monopoli.

Semuanya berawal dari Kenma yang mengajak mereka untuk bermain game. Namun Akaashi dan Osamu menolak dengan alasan malas bermain game digital yang biasanya Kenma mainkan dan Shinsuke mungkin akan kesulitan bergabung.

Jadilah mereka bermain dua permainan masa kecil ini, untungnya Shinsuke bisa karena sering memainkannya dengan Bokuto kalau sedang senggang.

Meski hanya memainkan permainan sederhana seperti itu, suasana kamar Akaashi yang mereka tempati kini tidaklah sunyi. Gelak tawa kerap terdengar, juga desahan kecewa ketika mereka harus turun karena berhenti di tempat yang ada ularnya bukan tangga atau ketika mereka harus masuk 'penjara' di permainan monopoli.

Setelah dirasa terlalu lama bermain monopoli dan ular tangga, mereka beralih untuk menonton film.

“Shin mau menonton film seram!” ujar bocah itu penuh kepercayaan diri.

“Emangnya Shin berani?” Tanya Osamu dibalas anggukan dan wajah bangga dari Shinsuke.

“Mau nonton film seram yang gimana?” ujar Akaashi yang sedari tadi sibuk mencari film apa kiranya yang cocok untuk mereka tonton.

“Bagaimana sajah Shin tidak papah! Shin tidak takut, Mas Kaaci, Shin sering suka menonton film seram denggan Mas Boo”

“Buset Bokuto anak kecil dah dicekokin film horror aja” celetuk Kenma disusul gelak tawa dari Osamu dan Akaashi.

“Nonton ini aja ya” ujar Akaashi sembari memencet tombol agar filmnya terputar.

Shinsuke membuktikan omongannya, di beberapa kesempatan, si 'hantu' sudah muncul dan bahkan membuat Osamu berteriak kaget, namun bocah itu masih memasang wajah biasa-biasa saja tidak takut sama sekali.

“Hahaha Osamu kalah sama Shin” ujar Akaashi.

“Muka aja lempeng, aslinya mah lembek kek kerupuk seblak” hujat Kenma.

Shinsuke yang sebenarnya tidak begitu paham apa yang mereka bicarakan hanya ikut menertawakan Osamu.

“Stop menekan gue, gue beneran takut”

Kekenyangan karena menghabiskan tiga kotak pizza serta beberapa makanan ringan, tanpa sadar keempatnya terlelap dengan TV yang masih menayangkan film yang baru berjalan setengahnya. Mungkin karena efek kelelahan juga setelah berjalan-jalan seharian ini.

Shinsuke tertidur di atas sofa, untungnya Akaashi sempat membawa selimut sebelum mereka benar-benar terlelap tadi. Osamu, Kenma dan Akaashi tidur dilantai beralaskan karpet seperti ikan asin yang dijemur. Kasur besar di kamar itu seketika menjadi tidak berguna.

Niatnya menonton film malah film yang menonton mereka sampai pagi.