chance
Phuwin masuk ke dalam rumah membawa beberapa kantong plastik di kedua tangannya. Ia terkejut melihat Pond dan Gemini sedang asik mengobrol di ruang tengah.
“Kok Gemil gak di kamar? Gak pusing?” tanya Phuwin kemudian.
Gemini menggeleng. “Gemil bosen di kamar, abang. Jadinya tadi Gemil sama abang Nara diajak ngobrol di sini sambil nungguin abang Uwin pulang.”
Phuwin tersenyum, mengusak rambut adiknya penuh sayang sebelum beralih pada lelaki yang sedari tadi memperhatikannya.
“Kak Nara makasih banyak ya udah mau gue repotin. Maaf jadi nyita waktunya.”
“Santai aja. Gue juga lagi kosong kok. Gimana tadi quisnya Phu? Lancar?” dibalas anggukan oleh Phuwin lalu acungan jempol dari Pond. “You did well.”
“Makan dulu yuk, ini belum jam makan malem sih tapi udah mepet, jadi kita makan sekarang aja.” Phuwin dibantu Pond membawa semua makanan ke dapur untuk dipindahkan ke piring sekalian menyiapkan keperluan makan lainnya.
Mereka makan di ruang tamu dengan Gemini duduk di sofa sambil disuapi oleh Phuwin dan Pond duduk di karpet sebab merasa lebih nyaman demikian.
Phuwin menanyakan apa saja yang Gemini dan Pond bahas selama ia ke kampus, bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin tahu saja apa yang dapat membuat kedua orang itu tiba-tiba akur.
“Banyak banget abang, Gemil nggak inget.” Gemini menolak menjelaskan.
“Oh iya abang, kan Gemil udah mulai sembuh, boleh main hp ya?”
“Buat apa?”
“Buat ngechat Fourth.” Pond menyela.
“Kok abang Nara cepu?!” protes Gemini.
“Emangnya Gemil mau bilang apa ke Fourth? Aku sampein aja lewat kak Archen.”
Gemini diam beberapa saat, melirik ke Pond lalu Phuwin lalu Pond lagi, begitu terus hingga senyum canggungnya terlihat. “Rahasia,” katanya dengan suara sekecil mungkin meski masih bisa Phuwin dengar.
“Besok ya sayang? Kalo misalnya besok kamu udah sembuh, baru aku kasih hp.” Ujar Phuwin dengan lembut yang tidak dapat disanggah oleh Gemini.
Pond menatap keduanya sambil tersenyum. Mereka sangat menggemaska dengan wajah yang begitu mirip meski terpaut usia cukup jauh. Phuwin yang begitu lembut pada adiknya dan Gemini yang begitu bawel dan manja pada kakaknya merupakan perpaduan yang sempurna.
“Minum obat dulu yukkk supaya cepet sehat.” Phuwin berucap dengan nada membujuk anak kecil. Kedua tangannya terbuka lebar, menawarkan Gemini untuk masuk ke dalam pelukannya untuk ia gendong menuju kamarnya.
Bocah itu tertawa lepas sepanjang jalan menuju kamarnya sebab Phuwin menggendongnya sambil sesekali menjahilinya. Kadang ia bawa berputar-putar, kadang kakinya ia biarkan menggantung sesekali menyentuh lantai, kadang Gemini berjalan dengan Phuwin memegang pundaknya di belakang dan berjalan persis seperti penguin.
Gemini terbangun dari tidur singkatnya setelah minum obat, tenggorokannya kering sementara air minum di kamarnya habis. Mau tidak mau Gemini harus bangkit dari kasurnya untuk mengambil minum ke bawah.
Untung saja kepalanya sudah tidak terlalu sakit.
Lampu di ruang tengah masih menyala, biasanya jika Phuwin mau tidur, lampu ruang tengah selalu dimatikan. Mungkin Phuwin masih bangun, pikir Gemini. Namun ketika ia melewati ruangan tengah, pemandangan yang ditangkap kedua matanya membuat kesadarannya seketika penuh.
Di atas karpet ada Phuwin dan Pond yang duduk bersebelahan dengan kondisi tertidur sambil bersandar ke sofa. Kepala Phuwin bersandar di pundak Pond sementara tangan Pond melingkari pundak Phuwin, kepalanya sedikit bersandar pada kepala Phuwin.
Meski belum sepenuhnya terlepas dari keterkejutan, Gemini bergegas pergi sehening mungkin sebab keduanya terlihat begitu kelelahan hingga beberapa kali terdengar dengkuran halus.
Gemini tahu Phuwin pasti sangat kelelahan karena merawatnya yang sakit beberapa hari ini. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang harus dikerjakannya di sela-sela menjaga Gemini. Ditambah pekerjaan rumah yang pastinya tidak dapat dibiarkan begitu saja. Gemini memang sudah berjanji pada dirinya sendiri akan gantian merawat Phuwin ketika ia sudah sembuh.
Namun kini sepertinya Gemini harus berterima kasih juga pada Pond yang telah menjaganya tadi selama Phuwin ke kampus. Jujur saja meski sering sebal dengan lelaki yang satu itu, tapi Pond memperlakukannya dengan baik. Ia terus mengajak Gemini berbincang dan memastikan Gemini selalu dalam posisi yang nyaman. Pond bahkan tidak memainkan ponselnya sama sekali karena ia mau benar-benar menemani Gemini.
Gemini akhirnya percaya bahwa Pond bersungguh-sungguh dengan Phuwin. Terbukti dari bagaimana ia memperlakukan Gemini, bagaimana ia memperlakukan Phuwin, bahkan Phuwin saja bisa tertidur dengan pulas bersamanya, yang artinya Phuwin merasa nyaman dan aman bersama lelaki yang lebih tua darinya itu.
Hati Gemini melunak. Ia berpikir apakah ini saatnya untuk memberi Pond ruang untuk bergerak lebih bebas mendekati kakaknya. Ada rasa tidak rela menjalari hati Gemini, namun di sisi lain ia merasa bersalah karena membatasi kebahagiaan kakaknya.
Meski belum tentu juga Pond adalah kebahagiaan kakaknya, namun siapa yang tahu jika belum dicoba? Lagipula Gemini tidak tahu keseluruhan cerita mengenai Pond dan Phuwin.
Pikiran-pikiran itu akhirnya membuat Gemini terjaga. Ia benar-benar ingin Phuwin bahagia dan tidak mau membiarkan sembarangan orang masuk ke kehidupan kakaknya. Ia berharap semoga saja Pond benar-benar bisa membuat Phuwin bahagia dan tidak mengecewakannya.