day 6 ; pulang
SemiSuna au 7 days ;
day 6 part 4
Agenda terakhir dari acara hari ini adalah berkeliling tanpa tujuan atau night ride.
Semi melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Angin malam berhembus kencang membuatnya bergidik kedinginan.
Suna yang menyadari hal itu menggosokan kedua tangannya demi menciptakan sedikit panas lalu menempelkannya pada kedua sisi lengan Semi. Ia melakukannya berulang kali.
Semi melirik lewat spion. “Lucu banget sih lo” katanya sambil tertawa.
“Dangdut” Suna mendelik.
“Rin, ngangetin badan dulu ya?” Tanya Semi setengah berteriak.
“Terserah”
Motor Semi berhenti di dekat gerobak penjual susu jahe merah di pinggir jalan. Mereka berdua duduk merapat dengan segelas susu jahe di tangan masing-masing yang asapnya masih terlihat mengepul.
“Jadi Bokuto, Oikawa, Ushijima tuh temen tongkrongan doang yang temen band cuma Iwa, Kuroo, sama Atsumu” Semi bercerita.
“Oh Atsumu tuh kembarannya Osamu kan? Yang anak kelas gue?”
“Iya! Gue kaget loh lo inget sama temen sekelas lo”
“Gue ga se cuek itu kali. Temen kelas doang mah hafal” Suna memprotes.
“Lain kali gue ajak lo nongkrong bareng mereka, asik banget serius”
“Emangnya temen lo mau hangout sama gue?” Tanyanya ragu. “Maksudnya lo tau kan kalo gue problematik? Mungkin iya lo mau nerima gue, lah mereka kan lain cerita”
Semi merespon dengan tawa, “Rin, di dunia ini banyak orang baik. Yang mau bergaul sama lo, ga peduli se problematik apapun, pasti ada. Orang baik ga cuma gue doang”
“Pede banget lo menganggap diri lo orang baik”
“Hahaha udah pokoknya ntar lo harus hangout bareng temen-temen gue juga”
Obrolan mereka berlanjut, kembali membahas hal-hal random. Semi tak pernah kehabisan topik pembicaraan.
Mereka melanjutkan perjalanan sampai lewat tengah malam ketika Semi menghentikan motornya di depan rumah Suna.
“Bersih-bersih terus langsung istirahat Rin”
“Eita” panggilan Suna membuat Semi mematikan kembali mesin motornya. “Makasih. Makasih lo udah kasih respon yang diluar ekspetasi gue mengenai cerita gue di cafe tadi. Makasih juga udah ngajak gue jalan-jalan, ngobrol, dan jadi temen gue”
“No problem. Makasih udah mau gue ajak jalan dan mau membuka diri lo ke gue. Makasih udah percayain gue untuk ikut serta nyimpen rahasia lo. I'll keep your secret, don't worry“
Sejujurnya Suna sempat ragu sebelum menceritakan semuanya pada Semi. Kalau dipikir lagi Semi itu orang baru di hidup Suna, kedekatan keduanya bahkan belum genap seminggu.
Namun ia berpikir masa bodoh jika Semi akan menghakiminya bagaimanapun atau mau membocorkan ceritanya itu pada siapapun, toh nanti Suna sudah tak ada disini lagi. Tak ada yang akan menghakiminya langsung. Makanya ia memutuskan untuk bercerita.
Ternyata respon Semi jauh diluar ekspetasi. Ia tak sama sekali memberikan tatapan menghakimi ataupun tatapan iba seperti yang Suna bayangkan.
Semi justru tersenyum dan berterimakasih karena Suna mau terbuka padanya. Lalu berkata “kalau gitu mulai sekarang gue bisa jadi salah satu alasan lo bahagia dong? Dari kecil kan lo udah dikasih takdir yang sebegitu buruk, berarti mulai sekarang takdir-takdir baik yang bakal dateng ke lo”
Ternyata keputusan Suna untuk membiarkan Semi melihat lebih jauh kedalam dirinya tidak salah. Juga, keputusannya untuk membuka hati untuk pemuda itu. Setidaknya untuk saat ini.
“Gue balik dulu ya. Langsung istirahat, sleep tight”
“Mmm you too. Hati-hati”
Semi melambaikan tangannya lalu melajukan motornya pergi dari rumah Suna.