day 7 ; suna's thought

SemiSuna au 7 days ;
day 7 part 1


Suna melempar ponselnya sembarang, lalu memejamkan matanya. Hari ini hari terakhirnya bekerja, hari yang Suna tunggu-tunggu sejak lama, hari dimana akhirnya ia memiliki uang yang cukup untuk melaksanakan keinginannya.

Tadinya begitu, sampai Semi Eita datang menghancurkan segalanya. Rencana dan tekad yang sudah Suna siapkan bertahun-tahun kacau karena kedatangan lelaki bersurai abu itu.

Sejak kemarin Suna dihantui perasaan ragu. Apakah ia tetap akan melakukan semuanya sesuai rencana dan tak menghiraukan kehadiran Semi.

Atau ia harus membatalkan rencananya? Menyimpan uangnya untuk kebutuhannya nanti, lalu memulai semuanya dari awal. Mencoba mengizinkan Semi untuk sepenuhnya masuk.

Perasaan Suna berubah tak karuan belakangan ini. Ia tak tahu apa ia menyukai Semi atau sekedar senang dan nyaman berada di dekatnya. Perasaan seperti ini sangat asing dan merepotkan bagi Suna.

Suna memijat pelipisnya, merasa pusing. Ia benar-benar tak tahu harus memilih yang mana. Yang membuatnya ragu untuk terus menjalankan rencananya adalah Semi, dan yang membuatnya ragu akan Semi adalah waktu kedekatan mereka yang masih terlalu singkat.

Tak ada jaminan juga Semi akan terus bersama dengan Suna. Tak ada jaminan juga Semi tak akan menyakiti Suna. Tak ada jaminan juga kehidupan Suna bisa benar-benar berubah.

Tapi jika ia pergi, Semi pasti sedih–katakanlah Suna terlalu percaya diri tapi ia harap begitu. Perasaannya pada Semi masih rancu tapi Suna tak mau membuatnya sedih.

“Gila lo Eita, pengaruh lo kuat banget sampe bikin gue sebegini ragu” gumamnya frustasi.

Semi telah berhasil membuat Suna kembali merasa hidup setelah bertahun-tahun perasaannya mati dan kesepian. Ia merasakan banyak hal ketika bersama lelaki itu, merasa berhasil membuka topeng yang selama ini ia pasang.

Suna tersenyum miris. Kenapa Tuhan baru memberi hal baik seperti ini disaat rencananya sudah hampir 100% siap? Kenapa bukan dari sebelum-sebelumnya supaya ia bisa membatalkan keinginannya dan mencoba memperbaiki?

Kenapa baru sekarang Semi dikirim untuk Suna? Disaat Suna tak bisa lagi mundur meski terus meragu, dan harus meninggalkan Semi dengan segala perasaan rancunya.

Iya, setelah dipikir lagi Semi tak sebegitu kuatnya untuk menjadi alasan Suna mundur. Orang yang datang beberapa hari, rasanya belum pantas mengubah rencana yang sudah bertahun-tahun ingin dilaksanakan.

Di tengah perasaan serta pemikiran yang kacau, Suna sekali lagi mencoba untuk yakin. Tetap fokus pada rencananya tak perlu memikirkan soal ia, Semi dan segala macam perasaan rumitnya.

“STOP LABIL RINTAROU, STOP. FOKUS SAMA APA YANG UDAH LO RENCANAIN DARI KAPAN TAHU”

Suna merasa senang dan sedih disaat yang bersamaan karena Semi tak dapat bertemu dengannya hari ini. Senang karena ia tak perlu melihat lelaki itu dan kembali ragu, ia juga bisa melakukan point no 3 di list dengan leluasa.

Sedih karena dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Suna ingin setidaknya melihat Semi sekali lagi dan menghabiskan waktu bersamanya meski hanya satu atau dua jam.

Dengan segera, Suna bangkit bergegas mandi. Ia rasa ia perlu menyegarkan dirinya agar tak terus-menerus tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia juga harus bersiap kerja dan mengambil uang gajinya.

“Nanti sorean kayaknya Eita telepon. Ga ketemu gapapa gue masih bisa denger suaranya”

“Hari terakhir. Lo harus bahagia buat Bang Ukai sama Eita nanti, ga boleh nyesel ga boleh sedih ga boleh ragu, supaya lancar ngelakuin point no 3 nya”

Di sepanjang kegiatannya, Suna mencoba terus memberi sugesti untuk dirinya agar dapat merasa jauh lebih tenang.