do you remember?
“Mau cari makan dulu atau masih mau nonton?” Tanya Atsumu tepat setelah band temannya Osamu yang juga ditunggu oleh Atsumu selesai tampil.
“Gue ke wc dulu deh Tsum, bentar ya” kemudian Suna berlalu.
Bukan mau ke kamar mandi sebenarnya, ia mau ke area backstage. Ada sesuatu yang harus Suna pastikan karena ia merasa tidak mungkin kedua matanya salah melihat seseorang.
Tapi penjagaan di backstage tentu sangat ketat, akan sulit melewatinya. Suna memutar otaknya, ia masih berdiri lumayan jauh, jaga jarak aman.
“Terobos aja apa ya?” Gumamnya karena pikirannya sudah buyar sejak pertama kali matanya menatap pemuda bersurai ash blonde di panggung tadi.
Maka berbekal tekad yang super sedikit dan tak berdasar, Suna berjalan mendekat backstage. Awalnya bertanya baik-baik apakah ia dapat menemui salah satu pengisi acara hari ini namun tentu ditolak mentah-mentah.
Semakin kemari, semakin ribut karena Suna tak hentinya memaksa ingin masuk dan menemui seseorang. Suna dan si penjaga sama-sama keras kepala. Tubuh tingginya bahkan ditarik-tarik oleh penjaga yang ingin membawa Suna pergi jauh dari area backstage.
“Eh ada apa ini pak? Kasian itu kok ditarik-tarik” untungnya, ada salah seorang member band temannya Osamu yang keluar backstage dan melihat kericuhan yang Suna buat.
“Maaf mas ini masnya maksa banget pengen ke backstage. Alibinya sih ketemu seseorang, sudah saya larang tapi tetep maksa-maksa, keras kepala banget!”
Lelaki itu memperhatikan Suna sejenak sebelum tertawa. “Cari siapa emangnya?” Tanyanya kemudian.
“Cari emm bisa langsung ditunjukin aja ga orangnya? Takut salah sebut nama”
“Lah gatau namanya? Yaudah ayo gue tunjukin. Pak, dia jadi tanggung jawab saya aja pokoknya aman deh” ujarnya pada si penjaga.
Suna kemudian dilepaskan, ia mengikuti lelaki itu memasuki backstage. Sebenarnya Suna penasaran sih kenapa dia mau membantunya tapi hal itu dirasanya tak begitu penting untuk sekarang.
Karena yang paling penting apa benar lelaki ash blonde itu adalah orang yang selama ini dicarinya.
“Which one?”
Suna mengedarkan pandangan, ada banyak orang disini, matanya dengan teliti mencari siapa yang dimaksud sampai Suna menangkap eksistensi lelaki itu lantas menunjuknya. “Yang itu”
“Oalah si Eita. Ta sini!” Lelaki jangkung bersurai legam yang menolongnya tadi melambaikan tangan, memanggil Eita.
“Oit ngapa Tet?” Tanyanya ia melirik Suna sedikit dengan tatapan bingung. “Dia siapa? Pacar baru lo?”
“Bukan, ini dia nyariin lo tadi sampe ribut sama penjaga. Udah ya gue tinggal dulu, ngobrol dah lu berdua” lelaki itu melambaikan tangannya seraya berjalan menjauh.
Semi menatap Suna penuh tanya. “Ada urusan apa?”
“Lo apa kabar Ta? Gue nyariin lo selama ini, mau nagih janji” ujar Suna seraya tersenyum tipis. Kalau boleh jujur, jantungnya berdebar tak karuan saat ini. Merasa senang juga gugup disaat yang bersamaan.
Semi mengernyitkan dahinya bingung, “gimana?”
“Bentar, kalo dipikir lagi kok lo ga ada sama sekali excited sih ketemu gue lagi? Taa ini gue Rintarou”
“Tapi... gue baru ketemu lo kali ini?”
Kini Suna yang mengernyitkan dahinya. “Ngomong apa sih? We're lover di kehidupan sebelumnya, in the fairy land“
“Sorry tapi gue ga ngerti?”
Suna tahu ada yang tidak beres disini. Ia berdiri menghadap Semi, menatap matanya yang memberi sorot kebingungan dengan sorot sedihnya.
“Lo ga inget gue Ta? Gue Rintarou, di kehidupan sebelumnya kita saling suka, tapi kisah cinta kita ga berakhir baik. Then we made promises to meet again in another universe and fall in love again as human. Do you remember?“
Semi menggeleng. “I've never made any promises with anyone“
Suna merasa seperti hatinya hancur berkeping-keping, Semi tidak mengingat janji yang mereka buat di saat-saat terakhir Suna saat masih menjadi peri.
“Ta... I was die because of you, my wings were broken. And you promise you'll meet me as human and we'll fall in love again. How can you forget it?” Ujarnya parau.
“Sorry tapi gue rasa ini ga makes sense sama sekali. Gue saranin lo kalo mabok jangan dateng ke acara kayak gini, apalagi sendirian. Take care of yourself, gue pergi dulu”
Semi hampir berlalu pergi ketika Suna menahan tangannya. “Ta lo ga inget sama sekali sama gue? Sama sekali? Tentang kehidupan lo sebelumnya, tentang peri, tentang kita...”
Semi menghempaskan tangan Suna, ia merasa ucapan Suna semakin tak masuk akal. Apanya yang peri, siapa yang berjanji, mereka bertemu saja baru hari ini dan jelas-jelas Semi adalah manusia sejak lahir.
“Gue gangerti lo ngomong apa. Kalo mau ngarang cerita ke taman kanak-kanak aja jangan ke gue” ujarnya sinis sebelum berlalu begitu saja.
Meninggalkan Suna yang merasa sakit yang luar biasa di dalam hatinya. Mengapa, takdir tak pernah berbaik hati pada Suna bahkan di kehidupannya yang baru sebagai manusia.