eksistensi Suna


Setelah kegiatan piketnya selesai, Suna berjalan dengan girang menuju parkiran dimana kamu menunggunya. Suna merasa akhirnya ia memiliki kesempatan untuk pergi bersamamu karena selama ini kamu masih menolak untuk diantar, dijemput, apalagi diajak main.

Namun senyumnya luntur seiring dengan langkahnya yang melambat ketika melihat kamu dan Kunimi tengah berbincang dengan tangan Kunimi yang merangkulmu dan kamu yang menyuapkan makanan ke lelaki di sebelahmu.

“Eh Suna” panggilmu yang sadar akan kehadirannya. Suna kembali menyunggingkan senyumnya tipis seraya mempercepat langkah.

“Mau sekarang?” Tanya Suna yang diangguki oleh kamu dan Kunimi. “Lo mau sama gue?” tawarnya kemudian.

Kamu tersenyum canggung seraya menggeleng. “Gue pengen sama Kunimi aja, gapapa?” dibalas anggukan kecil dari Suna yang memaklumi.

Suna mengambil motornya di parkiran motor yang tidak jauh dari parkiran mobil dimana mobil Kunimi terparkir.

Di pikirannya sekarang masih terputar jelas bagaimana dekatnya kamu dan Kunimi tadi saat Suna melangkahkan kakinya di parkiran. 'gue ga expect mereka sedeket itu?'


Suna tarik kata-katanya kembali, ia tidak memiliki kesempatan, tidak untuk saat ini.

Sedari tadi mereka berkeliling mall, keluar masuk berbagai toko, memilih banyak barang, dan Suna sama sekali tidak terlibat didalamnya. Lebih tepatnya tidak dilibatkan.

Suna merasa ia lebih terlihat seperti bodyguard yang tengah menjaga dua majikannya berbelanja karena mereka berdua berjalan seperti sepasang kekasih di depan sana sementara Suna mengikuti dari belakang.

Suna curiga bahwa eksistensinya sudah dilupakan oleh mereka sejak memasuki mall tadi.

Di toko kesekian, Suna tidak ikut masuk, ia menunggu di luar toko seraya memainkan ponselnya demi melampiaskan rasa kesal yang perlahan-lahan memenuhi dirinya.

Waktu sudah berlalu cukup lama namun tak ada tanda-tanda dari kamu dan Kunimi keluar dari toko, membuat Suna memutuskan untuk mengecek kedalam toko, sekalian memastikan kecurigaannya benar atau tidak.

Toko yang kini dimasuki Suna tak begitu ramai, maka mudah saja baginya mengetahui bahwa sia-sia ia menunggu lama karena keduanya sudah pergi meninggalkan Suna sendiri entah sejak kapan.

Ternyata benar, eksistensi Suna sudah dilupakan.