Gadis asing


Kalau boleh jujur, baik kamu maupun Suna sama-sama berdebar menunggu jam pulang sekolah. Pesan yang kamu kirim kemarin sukses membuat Suna berpikiran jauh, menerka-nerka kiranya apa yang akan kamu sampaikan.

Juga, pesan yang kamu kirim kemarin merupakan bentuk keyakinan dari perasaanmu setelah berbulan-bulan pendekatan dengan proses yang cukup panjang.

Kalian berdua berusaha bersikap biasa saja, tetap duduk bersama-sama seakan tak ada apapun yang mengganggu pikiran kalian sekarang meskipun detak jantung tak dapat berdusta.

“Eh Sun hari ini kan gue piket, ntar lo baliknya tunggu parkiran aja,” tuturmu yang diangguki cepat olehnya. Baguslah, kalau keluarnya bersamaan bisa-bisa Suna langsung bertanya apa yang ingin kamu sampaikan bahkan sebelum sampai parkiran.

Kemudian waktu berjalan lambat untuk kalian berdua, detik demi detik yang berlalu rasanya sengaja memperlambat diri demi terus meningkatkan rasa penasaran juga gugup yang kalian rasa.

Sampai akhirnya sebuah salam penutup diucapkan sang pengajar bersamaan dengan bel yang berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah.

“Jangan lama-lama ya,” pesan Suna sebelum berlalu keluar kelas.

Kamu segera menyelesaikan tugas piket bagianmu, untungnya minggu ini kamu hanya kedapatan tugas menyapu sebagian kelas, jadinya cepat selesai. Setelahnya, kamu bergegas pergi menuju parkiran.

Rencananya kamu akan mengajak Suna ke sebuah amusement park yang kebetulan sudah beberapa kali kalian kunjungi. Kamu ingin setidaknya pengakuan perasaanmu dilakukan di tempat yang sama-sama kalian sukai.

Saat sampai di parkiran yang mulai lengang, matamu menangkap sosok tinggi Suna, namun bersama dengan seorang gadis, dan lagi mereka berdua nampak sangat akrab.

Baru saja kamu akan menghampiri Suna, tanganmu ditahan oleh seseorang. “Jangan kesana,” ujarnya serius.

Kamu yang pada dasarnya kurang menyukai orang ini tak menghiraukan ucapannya, melepaskan pegangan tangannya kemudian pergi menuju tempat Suna.

“Suna,” tegurmu diiringi lambaian.

“Halo, lo temennya Suna?” Bukan Suna yang menjawab, malah gadis yang bersamanya. Mau tak mau kamu mengangguk seraya menyunggingkan senyum.

“Salam kenal ya,” kamu berusaha bersikap ramah. “Sun ayo-

Tanganmu menggantung di udara kala mencoba meraih pergelangan lelaki itu karena didahului oleh si gadis yang entah siapa namanya.

Sorry hari ini Suna nya boleh gue pinjem dulu gak? Kita udah beberapa tahun gak ketemu, jadi kangen.”

Jujur, sedari tadi kamu memiliki perasaan tak enak pada gadis ini dan sepertinya perasaanmu itu terbukti melihat bagaimana senyum serta gerakannya yang posesif pada Suna.

Kamu menatap Suna, menyerahkan keputusan padanya. Sedikit banyak kamu berharap Suna memilih janjinya untuk pergi denganmu, namun sepertinya harapanmu harus pupus kali ini.

“Perginya diundur aja gimana? Atau nanti malem gue telepon, lo ngomongnya di telepon aja,” jawabannya membuatmu mencelos. Padahal ini waktu yang cukup penting bagimu, tapi Suna membatalkannya begitu saja.

Untuk kali ini, kamu berusaha berpikir positif. Mungkin gadis tadi adalah kerabatnya yang memang sudah lama tak saling bertemu. Wajar saja Suna memprioritaskannya kali ini, toh selama ini kalau bisa pun ia selalu memprioritaskanmu.

Maka kamu melempar senyum tipis pertanda bahwa kamu baik-baik saja. “Yaudah lain kali aja.”

“Yuk Suna,” tanpa mengucapkan apapun lagi, mereka berdua berlalu menaiki motor milik Suna, meninggalkanmu yang baru sadar tak punya tumpangan untuk pulang.

Saat kamu mengeluarkan ponsel berniat memesan ojek online saja, suara familiar seseorang terdengar. “Yuk balik bareng gue aja.”

Kuroo. Beruntung sekali, kamu kira akan dihampiri lagi oleh Konoha seperti sebelum pergi ke parkiran tadi.

“Gak ngerepotin?” Tanyamu memastikan.

Kuroo membalas dengan tawa, “nggak lah, kalau ngerepotin juga tinggal ditagih ongkosnya.”

“Sialan lo.”

Pulanglah kamu bersama Kuroo hari itu dengan pikiran yang sibuk menerka-nerka siapakah gadis yang begitu akrab dengan Suna itu? Bagian dari masa lalunya? Atau memang sekedar kerabat?

Anehnya lagi, Kuroo yang biasanya bawel mendadak sangat diam bahkan ketika sampai ke kediamanmu, ia tak mengatakan sepatah kata pun. Seperti bukan Kuroo, seperti ada yang disembunyikannya.