how it started
Sabtu sore, ketika cuaca sedang hangat-hangatnya, kamu duduk di salah satu bangku di cafe yang tidak begitu jauh dari rumah.
Kamu mengaduk minumanmu sedikit tak minat, lalu beberapa kali mengecek ponsel–siapa tau ada balasan dari Iwaizumi yang sudah lewat dari dua jam sejak chat terakhirnya yang mengatakan akan bersiap-siap.
Kemarin Iwaizumi secara mendadak memintamu untuk datang ke cafe ini dengan alasan ingin membicarakan sesuatu, namun kini justru lelaki itu yang terlambat datang, membuat kesal saja.
Pintu terbuka membunyikan lonceng kecil diatasnya menarik perhatian sebagian pengunjung namun tidak denganmu–tidak sampai suara petikan gitar diiringi suara lembut seseorang menyanyikan lagu Jadikan aku pacarmu milik Sheila on 7 terdengar memenuhi setiap penjuru cafe.
Kamu akhirnya mengalihkan pandang, menangkap kehadiran insan yang begitu familiar, berjalan semakin dekat sampai akhirnya sampai di sisi meja yang kamu tempati.
Masih bernyanyi, dengan senyum terpatri, diiringi beberapa lelaki yang sesekali turut menyenandungkan lirik. Membuatmu membeku tak tahu harus memberi reaksi seperti apa.
Lirik demi lirik, nada demi nada, sampai tangannya berhenti memetik senar gitar dan bibirnya turut berhenti bernyanyi, barulah kamu bisa memberi respon atas apa yang terjadi beberapa menit yang berlalu cepat.
“Ta.. lo suka sama gue?” Tanyamu menatap lelaki bersurai ash blonde yang baru saja menyanyi itu dengan terkejut.
“Hah kok Eita? Hajime anjrit” timpal salah satu yang berambut kuning.
“Eh Hajime tolol lo ngapain di belakang sini goblok harusnya di depan sana tadi sebelahan sama Eita” Kuroo mendorong tubuh sang pemeran utama yang sebenarnya.
“Si anjing pantesan disangka Eita yang nembak, yang punya acaranya malah ngikut di belakang kayak mau seserahan”
Di detik berikutnya, tawa mereka berdelapan pecah. Sekali lagi menjadi pusat perhatian pengunjung yang lain.
Sebenarnya rencana yang mereka bicarakan kemarin itu seperti ini: Iwaizumi mengajakmu bertemu di cafe. Lalu mereka akan datang dengan Eita yang bernyanyi sambil bermain gitar bersama Iwaizumi disampingnya yang akan langsung menyatakan perasaannya padamu saat lagu telah selesai.
Sementara yang lain mendampingi di belakang, hitung-hitung meramaikan suasana. Namun karena gugup, dan tak ada satupun dari mereka yang sadar, kesalahan terjadi, Iwaizumi malah berdiri di belakang bersama yang lain jadi terlihat seperti Eita yang akan menyatakan perasaannya.
“Udahlah tolol gagal, tembak biasa aja”
Belum reda tawamu, Iwaizumi tiba-tiba saja mengambil kedua tanganmu untuk digenggamnya hangat, sedikit dielus lembut punggung tanganmu, menyalurkan rasa sayangnya.
“Gue minta maaf jadinya gagal romantis karena ketololan gue sendiri... Jujur gue nervous, gue juga ga bisa nyanyi makanya dibantu Eita, eh malah jadi gini” ujarnya kemudian menaikan pandangan, memberimu tatapan penuh kelembutan dan kasih sayang.
“So i'll be honest. Gue sayang sama lo, gue suka sama lo, gue nyaman sama lo, gue mau bareng-bareng sama lo untuk waktu yang lama. I'm not good at this tapi lo mau ga jadi pacar gue? Gue gabisa janji apa-apa but i swear to myself that i will try to make you happy with me“
Yang kamu tahu, beberapa bulan belakangan hatimu sering dihinggapi rasa nyaman ketika sudah menyangkut Iwaizumi Hajime. Yang kamu tahu, kamu lebih banyak tertawa dan merona saat bersamanya. Yang kamu tahu, kamu juga menyukainya dan tidak memiliki alasan untuk menolak.
“Iya.. gue mau” dengan begitu, Iwaizumi bergerak, merengkuhmu hangat seraya memberimu kecupan sayang di puncak kepala dan berbisik terima kasih beberapa kali atas gambaran rasa bahagianya yang membuncah karena akhirnya kamu menjadi miliknya.
Tak lupa sorak sorai dari enam lelaki di belakang kalian, yang turut menyaksikan bagaimana akhirnya kalian saling mengakui perasaan masing-masing dan memutuskan untuk berada di status yang sama.
“Traktir langsung!! Mas, mau liat menunya dong!” Panggil Suna ke pelayan cafe.
“Yeuh anjing jadiannya baru beberapa menit lalu dah malak aja” protes Iwaizumi.
Pura-pura tak mendengar, mereka segera mencari tempat duduk lalu memilih apa saja yang ingin mereka pesan. Sedikit tak tahu diri memesan ini dan itu dengan dalih “gapapa kali namanya peje mah jarang-jarang, kecuali lu sering gonta-ganti pacar”
Dan semenjak hari itulah kisah kalian berdua–tidak benar-benar berdua juga sih karena enam lelaki yang sedang sibuk tertawa dan membicarakan banyak hal itu juga turut terlibat–dimulai.