kurir depan pintu


Shinsuke menekan bel kediaman keluarga Miya sesuai arahan saudara kembarnya. Tak ada yang membuka pada percobaan pertama dan kedua, pada percobaan ketiga barulah pintu terbuka menampilkan figur lelaki tinggi dengan rambut abu sedikit berantakan dan apron yang menggantung di pinggangnya.

“Haloo Mas Camu!” Sapa Shinsuke seraya melambaikan tangannya.

Osamu menyunggingkan senyum, “Halo juga Shin. Ada perlu apa?”

“Gue pengen onigiri dong Sam, ngidam nih” ujar Bokuto.

“Yaudah masuk dulu, gue kebetulan lagi ada pesenan juga, nunggu gapapa?”

Bokuto mengangguk, selagi menunggu, ia akan memperhatian Osamu menyiapkan pesanan yang lain yang menurutnya cukup menyenangkan, makanya ia tak keberatan.

Shinsuke berdiri di kursi counter memperhatikan Osamu yang dengan lihainya membuat berbagai macam onigiri.

Kedua mata bocah itu berbinar. “Mas Camu hebat sekali bisa membuat oningiri seperti ini” ujarnya.

Osamu terkekeh, “makasih. Shin mau bantu?”

Shinsuke memasang ekspresi berpikir, jari telunjuknya ia taruh di pelipis, dengan tangan yang terlipat di depan dada. “Shin takut membuat Mas Camu mengganggu, Shin tidak bisa buat oningiri nanti Shin hanya acak-acak saja bisa”

“Ini ntar lo anter ke cust apa cust nya yang ngambil kesini Sam?”

Cust nya ngambil kesini, gue hari ini ga terima pesanan delivery soalnya motor sama mobil dipake semua, Tsumu juga yang biasanya jadi kurir lagi pergi”

Bokuto mengangguk paham. “Shin nanti bantu Mas Camu kasihin ke pelanggan aja, mau?”

Shinsuke tersenyum lebar, “Shin mau!” ujarnya semangat.

Osamu kembali fokus membuat onigiri pesanan orang-orang, ditemani Bokuto dan Shinsuke yang sesekali mengajaknya mengobrol agar tidak bosan.

“Mas Camu sudah selesai? Buatnya banyak banyak sekali”

“Ini sedikit lagi udah, tinggal punya Shin”

“Oke Mas Camu, Shin menunggu yah”

Shinsuke yang tadinya berdiri di kursi counter, kini terduduk anteng dengan kedua tangan diatas paha dan kaki digoyang-goyang seperti menunggu ibu guru masuk ke ruang kelas di sekolah.

Bokuto yang melihatnya hanya terkekeh, ia kemudian mengajak Shinsuke mengobrol sampai Osamu selesai sepenuhnya.

Tak lama, bel rumah berbunyi. “Sebentar” teriak Osamu seraya mengemas onigirinya.

“Mas Camu” Shinsuke mengulurkan tangannya. “Shin sajah yang antarkan” katanya lalu turun dari kursi dibantu Bokuto.

Osamu memberikan paper bag berisi pesanan orang itu kepada Shinsuke kemudian mereka berjalan berdampingan menuju pintu.

“Mas ini yah onigirinya, terima sih sudah membeli oningiri membuatkan Mas Camu” ujar Shinsuke seraya menyodorkan paper bag pada sang pembeli yang kemudian tersenyum hangat seraya berterima kasih pada bocah itu.

Terus saja begitu sampai beberapa customer selanjutnya, Shinsuke keasikan jadi 'kurir depan pintu' sampai-sampai lupa bahwa tujuannya datang kemari untuk makan onigiri. Bokuto sudah menghabiskan dua, semetara Shinsuke belum makan sama sekali walaupun sudah Osamu suruh untuk beristirahat dan makan dulu tapi bocah itu menolak.

“Terima sih mas baik, nanti membeli lagi oningirinya Mas Camu yah supaya agar Mas Camu senang”

“Iyaa, makasih ya dek”

Tadi itu customer terakhir, akhirnya Osamu dan Shinsuke bisa beristirahat. Mereka berpindah duduk di ruang tamu agar lebih nyaman.

“Shin makan onigirinya, ntar keburu Mas Boo abisin” Bokuto berujar seraya berpura-pura memasukan onigiri kesekian ke mulutnya.

“Jangan habiskan Mas Boo! Shin belum memakan” katanya kemudian mengambil satu onigiri dengan kedua tangan kecilnya, namun bukannya dimasukan ke mulutnya sendiri ia malah berjalan ke arah Osamu, menyodorkan onigiri itu ke si surai abu.

“Mas Camu pasti lelah sudah membuat banyak banyak sekali oningiri, Mas Camu makan ini Shin suapkan”

Osamu tersenyum lebar kemudian membuka mulutnya, membiarkan Shinsuke menyuapi onigiri buatannya sendiri.

“Makasih ya, Shin baik banget”

“Sesama-sama Mas Camu. Oningirinya enak?”

“Kan Mas Camu yang bikin, jadi Mas Camu pasti bilang enak”

Tawa kemudian mengisi ruang tamu setelah ujaran Osamu tadi. Shinsuke menggaruk kepalanya seraya menyengir “iya yah Mas camu yang buat”