masalah yang sama
Semenjak kejadian bertengkar kecil dan maaf maafan di chat malam itu, Semi dan Alisa kembali ke rutinitas masing-masing–maksudnya kembali ke kebiasaan mereka berdua. Seperti makan siang bersama, pergi dan pulang bersama, jalan-jalan, bercanda-canda dan lainnya.
Semi juga sudah tak terlalu disibukan oleh kegiatan band karena event yang akan datang masih terbilang cukup lama.
Janji mereka untuk membicarakan lebih lanjut perihal malam itu belum terlaksana. Sebab satu sama lain masih merasa canggung jika mengangkat topik tersebut.
Sekarang sudah 2 minggu, dan hubungan mereka baik-baik saja berjalan seperti biasa–begitupun Kuroo yang masih menjaga pertemanan baiknya dengan Alisa.
Di penghujung minggu–sehari sebelum ujian tengah semester dilaksanakan, Semi dan Alisa berencana untuk ke perpustakaan, belajar bersama.
Namun rencana studydate yang terbayang akan menyenangkan, tak berjalan sesuai rencana. Sebab perbincangan mereka yang tadinya membahas bagaimana kiranya ujian tengah semester akan berjalan tiba-tiba menjurus ke masalah di telepon malam itu.
“Kamu cerita ke Kuroo soal masalah itu?”
“Iya sebelum aku minta maaf ke kamu aku tuh overthinking kayak aku childish ga sih? Terus bingung aja harus ngapain, dan ternyata Kuroo masih online jadi aku cerita ke dia” jelas Alisa lalu menyuap makanannya.
Mereka tengah berada di sebuah tempat makan untuk makan siang, sebelum pergi ke perpustakaan.
Raut wajah Semi berubah kesal, membuat Alisa mengeryit bingung. “Kenapa?” Tanyanya.
“Kamu kenapa ga cerita ke Kiyoko, Kita atau Yachi atau siapa lah temen-temen kamu itu. Ngapain malah ke Kuroo?”
“Emang kenapa? Kan dia temen aku juga”
Semi menyimpan sendoknya, lalu menatap Alisa dengan kekesalannya yang belum juga luntur. “Sa, kita berantem waktu itu karena bahas Kuroo loh awalnya. Terus kamu malah cerita ke sumber masalahnya? Ngaco”
“Lah yang awalnya mempermasalahkan Kuroo kan kamu, lagian masalah utamanya gara-gara kamu yang bilang ini itu ngeraguin aku kan? Ga masalah dong berarti” Alisa menghela nafasnya sejenak
“Lagian Kuroo juga ga ngomong aneh-aneh, dia ngasih saran dan dia juga yang bilang ke aku supaya ga lari dan baikan sama kamu. Harusnya kamu makasih loh Sem ke dia” lanjutnya.
“Ya tapi tetep aja Sa, aku ga suka. Mau dia ngasih saran atau gimanapun, dia tetep saingan aku, dia suka sama kamu. Harusnya kamu cerita sama yang lain aja”
“Selama dia ga macem-macem harusnya ga masalah dong? Kamu gimana sih orang Kuroo baik kok malah marah-marah?”
“Cuma ga habis pikir aja sama kamu. Udah jelas dia suka sama kamu, kamu malah ceritain masalah kita, itu tuh bisa dijadiin kesempatan buat dia nikung. Paham ga sih?” Terdapat nada ketus dalam ucapan Semi.
“Buktinya sampe sekarang dia ga nikung kan? Maksudnya dia gerak bukan memanfaatkan masalah kita waktu itu. Kamu tuh ngeributin apa sebenernya?”
“Aku ga suka kamu cerita ke dia. Aku ga suka kamu terlalu deket sama dia. Aku takut Sa, takut kalo dari masalah-masalah kecil kita bisa dijadiin kesempatan sama Kuroo buat ambil kamu dari aku”
Kini Alisa yang terlihat kesal. “C'mon Sem, masalahnya aja udah selesai. Kuroo is my friend, Kuroo is a good listener, apa yang salah dari aku cerita ke dia tentang masalah aku? Oke kalau kamu emang takut dia ambil celah. Tapi aku bisa jaga perasaan, udah berapa kali aku bilang?”
“Aku cuma takut, Alisa. Takut, paham ga?”
Alisa mengatur nafasnya, berusaha untuk tidak terbawa emosi lagi. Ini masalah sepele yang tak perlu dibesar-besarkan, pikirnya. Ia juga harus ingat bahwa ia harus menjaga hubungannya dengan Semi agar di masa depan nanti Alisa tak menyesal.
“Oke paham. Aku ga akan bilang apa-apa lagi karena takutnya kita terus debat sampe masalahnya membesar. Aku gamau terus-menerus berantem sama kamu gara-gara hal yang sama”
Alisa kemudian mengambil tasnya. “Studydate nya tunda dulu ya? Atmosfernya ga enak banget, nanti bukannya belajar malah overthinking” ia pun beranjak pergi duluan.
Meninggalkan Semi yang merasa kesal, karena ia merasa ucapannya benar namun Alisa terus saja mengelak dan tak mau menyalahkan Kuroo. Padahal waktu itu Alisa yang ingin menghindari Kuroo, tapi sekarang malah ia yang membela lelaki itu.
Apa salahnya kan Semi khawatir? Apa salahnya juga Semi cemburu? Bagaimanapun Kuroo itu saingannya.