memories
“Ih anjing si abu dimana-mana dah”
“Lo pikir gue mau gitu ketemu lo terus?”
“Rin goblok gue duluan yang duduk disini”
“Apa sih Eitot orang gue duluan”
“WUIDIH BROOO”
“GIMANA BROOO”
Chaos. Shinsuke menghela nafasnya, salah satu alasan kenapa kedua grup ini tidak terlalu sering kumpul atau main bersama, karena kalau keseringan disatukan, hanya kekacauan lah yang dihasilkan.
“Jelasin sekarang please?” ucapan Shinsuke membuat keributan seketika berhenti.
Semuanya memandang Bokuto dan Koushi yang kebetulan duduk bersebelahan, meminta mereka untuk menjelaskan kebingungan Shinsuke dan Eita.
“Ekhem jadi gini, gue dulu suka berdoa semoga Shin- maksudnya Mas Shin jadi bocil... biar gemes aja gitu ga galak-galak lagi. Terus gak tau kenapa waktu itu tiba-tiba lo beneran berubah jadi bocil mas, sumpah gue gak tau bukan gue yang rencanain” jelas Bokuto.
“Gue juga sama hehe. Dulu gue suka iseng aja misuh-misuh Eita nyebelin mending jadi bocil pasti lucu gak akan ngerepotin sama bikin emosi kayak sekarang. Gitu deh lo juga tiba-tiba berubah beneran jadi bocil” timpal Koushi.
Shinsuke dan Eita kehabisan kata-kata, lebih tepatnya bingung sih harus menimpali seperti apa.
“Sorry banget nih tapi gue rasa ini terlalu aneh gak sih? Kayak... gak mungkin aja gitu” ujaran Eita diangguki oleh Shinsuke.
Koushi mengedikan bahunya. “Lo udah liat sendiri di hp lo dan mereka semua ini saksinya”
“Gue juga punya bukti, foto-foto waktu main sama Eita sama Shin waktu itu” Atsumu mengeluarkan ponselnya, segera saja mereka mengerubungi lelaki bersurai pirang itu.
Atsumu membuka sebuah folder bernamakan “we need memories” di ponselnya, isinya adalah foto-foto ia, Osamu, Shinsuke, dan Eita ketika jalan-jalan waktu itu.
Sambil menunjukan fotonya, Atsumu tak hentinya menceritakan apa saja yang mereka lakukan waktu itu. Semua yang ia ingat, ia ceritakan.
“Pokoknya seru banget jir. Liat nih ada Osamu senyum-senyum sendiri kayak orgil” Atsumu mendapat satu pukulan dari Osamu yang menatapnya dengan sebal namun pipinya bersemu merah.
Eita dan Shinsuke bertukar pandang, sebenarnya foto-foto yang Atsumu tunjukan sudah cukup kuat sih untuk membuktikan kalau mereka memang 'pernah' kembali menjadi anak kecil.
“Kalo masih kurang gue juga punya”
Kali ini mereka mengerubungi Kenma yang menunjukan foto momen ketika dirinya, Akaashi, Osamu, dan Shinsuke ketika main ke aquarium dan hunting street food beberapa waktu lalu.
Setelah Kenma, Oikawa juga menunjukan foto-foto ketika mereka latihan band bersama Eita kecil kemudian melakukan banyak hal pada malam harinya saat menginap.
Sebenarnya hampir di setiap ponsel mereka menyimpan kenangan bersama Eita dan Shinsuke kecil, dan tanpa mereka sadari, sedari tadi mereka jadi sibuk melakukan kilas balik ke momen-momen yang mereka abadikan.
Padahal waktu belum berlalu terlalu lama, namun rasanya hanya dalam satu malam, segala hal berubah dan waktu yang bergulir menjadi sangat cepat.
Mereka tahu, mereka tak akan bisa mengulang momen itu kembali. Tidak dengan Eita dan Shinsuke kecil, tapi mungkin dengan mereka yang 'sebenarnya', dengan mereka yang sekarang.
Sejujurnya Eita dan Shinsuke merasa begitu malu karena mereka pernah kembali menjadi bocah polos yang bersikap seadanya, dan semua itu sama sekali tidak sesuai dengan bagaimana mereka yang 'sekarang' atau yang 'sebenarnya'.
Namun sedikitnya mereka paham, Eita dan Shinsuke kecil telah menorehkan banyak sekali kenangan, menyumbang kebahagiaan, bahkan membuat mereka tanpa sadar jadi lebih jujur dengan perasaan mereka sendiri.
Hal itulah yang membuat hati Eita maupun Shinsuke seketika menghangat, fakta akan rasa malu yang mereka rasakan sedikit tertutupi dengan kehangatan itu membuat mereka merasa lega.
Mereka suka teman-teman mereka yang seperti ini, apalagi semuanya disebabkan oleh mereka berdua yang walaupun mereka sendiri tidak ingat apa-apa saja yang telah mereka lalui selama berubah menjadi anak kecil.
Senyum perlahan terangkat dari bibir keduanya, tak apalah menanggung sedikit rasa malu, yang penting mereka pernah memberikan teman-teman yang sangat berharga bagi mereka kenangan yang tak terlupakan.
Apalagi pada Bokuto dan Koushi, baik Eita maupun Shinsuke paling paham akan keduanya. Merekalah yang merawat, yang menghabiskan waktu lebih banyak, yang merasakan paling banyak momennya. Keduanya berharap Bokuto dan Koushi senang, lebih senang dari siapapun ketika mengingat memori tentang 'perubahan' itu.
“Jelek muka lo gak usah senyam-senyum gitu” celetuk Suna yang menangkap basah Eita tengah tersenyum hangat ke arah teman-temannya yang masih saja sibuk melihat foto-foto dan melakukan kilas balik.
“Lo cari gara-gara mulu sama gue jing, kenapa sih?”
“Halah si Rin emang tsundere gitu, padahal waktu lo jadi bocil dulu dia paling sering ngomongin lo sama ngajakin main ke rumah lo Ta” ujar Iwaizumi.
Suna memelototi lelaki bersurai coklat itu. “Fitnah anjing kagak”
“Nih gue liatin nih buktinya”
Eita merangkul Suna, menampakan ekspresi menyebalkannya demi menggoda sang teman. “Cie lo ternyata yang paling sayang ya sama gue”
“NAJIS EITA GOBLOK JAUH-JAUH LO SANA”
Suara tawa seketika mengisi rumah si kembar Bokuto-Shinsuke, menimbulkan kehangatan yang perlahan menjalar ke hati masing-masing dari mereka.
“Tadi Shin juga senyum tau, padahal lo abadikan Bok. Ntar kalo lo sepet liat muka juteknya, lo liat aja fotonya” bisik Kenma pada Bokuto.
“Gue bisa denger btw” Bokuto tersentak mendengar Shinsuke menimpali, ia memang agak takut pada kakak kembarnya.
“Santai aja kali, gue gak akan banyak marahin lo lagi”
Semuanya melongo untuk beberapa saat namun setelahnya langsung terdengar sorakan heboh.
“ALHAMDULILAH BOK MAS SHIN GAK AKAN JUTEK LAGI, BURU TUMPENGAN”
“Alay banget ya allah”
“Ternyata Eita sama Shin kecil membawa banyak hidayah ya, alhamdulilah”
“Esia kali ah hidayah”
Main di hari Minggu terakhir sebelum mereka harus kembali masuk sekolah, disibukan dengan berbagai kegiatan kelas dua belas, diisi dengan canda dan tawa yang disebabkan oleh perubahan tak masuk akal dari dua diantara mereka.
Perubahan yang membawa banyak kenangan dan perubahan lain yang lebih baik.
–Fin–