sakit


Eita membukakan pintu untuk Osamu, Atsumu, Bokuto, dan Shinsuke dengan wajah cemberut dan jejak-jejak air mata tercetak jelas di kedua pipi bulatnya.

Mereka segera masuk ke kamar Koushi untuk mengecek keadaan lelaki bersurai abu itu supaya bisa cepat mereka tangani.

Shinsuke menggandeng tangan Eita kemudian melemparkan senyum pada bocah itu demi membuatnya tenang. “Eta janggan menanggis lagi, Mas Cumu, Mas Camu denggan Mas Boo akan beri obat ke Mas Kosi supaya Mas Kosi sembuh”

“Koushi ini gue Osamu, lo gimana kerasanya?” Osamu berujar agak pelan namun sukses mengundang pergerakan dari Koushi yang mulai terbangun.

Dengan susah payah, Koushi membuka matanya sedikit kemudian berujar serak. “Pusing Sam, badan gue sakit-sakit terus kerasa panas banget”

Osamu mengangguk. Ia meminta Atsumu untuk mengambil barang-barang yang diperlukan untuk kompres, dan meminta Bokuto membawa wadah untuk bubur yang sudah mereka beli di jalan tadi.

“Kochi denggar Eta? Kochi sakit apha?” Bocah itu berujar dengan suara sedih dan air mata yang kembali membasahi pipinya.

“Cuma demam biasa paling Ta” Osamu mewakilkan.

“Kochi ndak akan tinggal kan Eta kan? Eta sayang Kochi, Kochi ndak boleh lama-lama sakitna”

Mendengar ucapan Eita, Koushi tertawa meski setelahnya ia terbatuk. “Ga akan ninggalin Eita kok, lagian ini paling demam sama flu doang, Koushi bukan sakit yang parah banget”

Eita memperhatikan tiga lelaki yang kini tengah membantu merawat kembarannya yang jatuh sakit, sementara Shinsuke menemaninya sambil sesekali mengajaknya mengobrol supaya Eita bisa lebih tenang.

Beberapa menit berlalu, Koushi telah dikompres, diberi makan dan diberi obat. Kini ia tengah tertidur pulas.

Osamu menghampiri Eita, mengelus puncak kepalanya seraya memberi senyum hangat. “Koushi demam aja kok Ta, besok lusa juga sembuh, udah Camu kasih obat juga. Eita jangan khawatir lagi ya?”

Eita mengangguk. “Eta mau menjaga Kochi” ujarnya kemudian.

Eita berdiri di samping kasur tempat Koushi tertidur, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, hanya tatapannya yang sedih namun penuh rasa sayang disaat yang bersamaan yang tertuju pada sang saudara kembar.

“Eta tunggu di ruang tamu yuk? Mas Kosi biarkan tidur disini” ajak Shinsuke namun mendapat tolakan dari Eita.

“Eta mau disini sajah menjaga Kochi sampai Kochi sembuh. Eta sedih Kochi sakit, Eta inggin melihat Kochi cepat-cepat sembuh”

“Nanti Eita ketularan sakit loh kalo nempel terus sama Koushi” ujar Atsumu.

“Ndak akan, Eta kuat, Eta bisa lawan sakit-sakit untuk menjaga Kochi. Eta ndak akan ikut-ikut Kochi menjadi sakit, nanti ndak ada yang jagakan Kochi” Eita menyunggingkan senyum lebarnya.

Osamu, Atsumu, dan Bokuto saling berpandangan satu sama lain. Memutuskan untuk membiarkan Eita tetap menjaga Koushi karena tahu bocah itu pasti akan bersikeras meski mereka membujuknya.

“Yaudah kalo ada apa-apa panggil kita aja ya, kita di ruang tamu”

Sebelum benar-benar keluar dari kamar milik Koushi, Bokuto terlebih dahulu menaikan Eita ke atas kasur karena tidak mungkin ia membiarkan bocah itu berdiri berjam-jam.

“Jagain Koushi nya baik-baik ya”

“Iyah! Eta akan jaga Kochi berbaik-baik, Eta jangji!”