SHORT AU SPECIAL: “BIRTHDAY PARTY” PART 1


Pernah mengenal seseorang yang selalu berucap pedas? Sampai rasanya semua kalimat yang keluar dari belah bibirnya dapat membakar siapa saja yang mendengar saking pedasnya.

Kamu pernah. Kelas dua sekolah menengah atas. Kamu menjadi anggota dari kepengurusan OSIS dan menjabat sebagai sekretaris.

Entah sial atau beruntung, yang menjabat sebagai ketua OSIS angkatanmu adalah Futakuchi Kenji, orang yang paling dihindari oleh siapapun karena ucapan pedasnya.

Selama bekerja sama dengannya, yang bisa kamu simpulkan adalah: kata-kata yang keluar dari bibirnya tidak jauh dari sindiran, cacian, kritikan, dan kata-kata lainnya yang selalu sukses membuat orang lain merasa dongkol.

“Fut, udah ada gambaran nih konsep buat pensi ntar, sekbid 8 udah diskusi bareng yang lain juga. Coba lo periksa dulu.”

Futakuchi membaca beberapa kertas yang kamu serahkan tadi, membolak-baliknya sebelum memasang ekspresi andalannya: menghakimi.

“Lo ngecek gak sih sebelum ngasihin ke gue? Konsep jelek kayak gini mana pantes direalisasikan.”

“Kan namanya juga gambaran, belum sempurna, emang baru corat-coret doang istilahnya.” bantahmu.

“Iya tau, gue gak goblok. Tapi ini terlalu jelek bahkan cuma buat corat-coret semata. Konsep gak ada yang jelas atau teratur sama sekali, guest star ngasal, durasi gak dikira-kira, stage dan dekor semuanya sampah. Intinya ini sampah, gak bisa dikembangin. Ganti.”

Kamu menghela nafas lelah. Dari semua anggota pengurus OSIS, kamu dan wakil ketua lah yang paling sering berhadapan dengan Futakuchi langsung. Dimarahi dan dihakimi seperti barusan lama kelamaan sudah menjadi makanan sehari-hari buatmu.

“Ngapain masih disini? Hela nafas doang emangnya bisa bikin ini perencanaan berubah bagus? Nggak kan? Sana pergi.”

Kamu menyambar kertas-kertas yang ada diatas meja Futakuchi dengan kesal kemudian berlalu begitu saja. Fyi, Futakuchi berkata seperti barusan di depan teman-teman kelasnya karena kamu menyerahkan gambaran konsep itu saat jam istirahat bukan saat jam kumpul OSIS.

“Ah anjirr tau gini gak gue kasihin sekarang, nanti aja tunggu di ruang osis, kan setidaknya gak gue mulu yang kena semprot.” Keluhmu seraya menenggelamkan wajah di tumpukan tangan diatas meja.

“Mau di ruos, mau di kelas, bahkan di tempat umum juga pasti lo yang kena marah paling banyak kalo nanyain pendapatnya soal program kerja.” Timpal teman sebangkumu sekaligus teman sesama pengurus OSIS–Yachi.

“Gimana ya Chi, dulu gue nantangin banget tau Futa ketosnya tapi tetep ngajuin diri jadi sekretaris.”

Yachi tertawa, “dulu gue mau ngajuin diri aja langsung mundur, emang lain kali kalo mau nekat gak usah kebangetan.”

Kamu berdecih sebal. “Jujur secara kinerja, gak bisa dipungkiri kalo Futa emang sehebat itu. Cuma bahasanya aja yang gak enak didenger sama kepribadiannya agak nyebelin.”

Yachi mengaminkan, ia setuju dengan pernyataanmu mengenai kepribadiannya karena dia–ah tidak, hampir semua orang yang mengenal Futakuchi berpikir demikian.

By the way, kalo gak salah mingdep beliau ultah kan ya?”

Kamu menaikan sebelah alis. “Iya kah?” Kemudian ketika mendapat anggukan dari Yachi, sebuah ide melintasi pikiranmu.

“BIKIN BIRTHDAY PARTY YUK?!” pekikanmu diiringi gebrakan meja dengan semangat sukses membuat Yachi tersentak.

“HAH? BIRTHDAY PARTY BUAT SIAPA?”

“YA FUTAKUCHI KENJI, SIAPA LAGI?”


Semua pengurus OSIS yang kamu kumpulkan menatap penuh tanya, menuntut penjelasanmu yang tiba-tiba mengajak berkumpul diluar jam kumpul resmi dan hanya Futakuchi yang tidak ada.

“Oke sebelumnya thank you kalian udah mau gue ajak kumpul gini, sorry gue nyita waktu kalian sebentar. Jadi minggu depan Futakuchi ulang tahun dan gue rencananya mau ngajak kalian buat bikin birthday party. Gimana?”

Tak ada jawaban, semuanya hanya menganga terkejut setelah mendengar maksudmu mengumpulkan mereka.

“Serius lo mau ngadain birthday party? Kenapa?” Tanya salah satunya.

“Gak ada alesan khusus sih, yaa pengen aja ngerayain ulang tahunnya. Sebagai bentuk pertemanan atau apresiasi?”

“Padahal lo yang paling sering kena semprot dia, gak apa-apa?”

Kamu mengangkat jempolmu ke arah mereka dengan senyuman lebar. “I'm totally okay, gimana pun dia yang kerja paling keras kan sebagai ketua?”

Setelahnya persetujuan dari semua pihak kamu dapatkan. Maka untuk persiapan kejutan ulang tahun Futakuchi, kalian dibagi beberapa grup.

Grup pertama yaitu mengurus dekorasi, kalian akan mengadakannya di rumah wakil ketua OSIS yaitu Ennoshita–rumah yang biasanya dijadikan tempat kumpul selain ruang OSIS. Tentu saja pemiliknya tidak keberatan sama sekali.

Grup kedua yang mengurus kue serta konsumsi lainnya. Kalian sepakat untuk membuat kue daripada membeli. Beruntung, salah satu dari kalian ada yang hobi membuat makanan manis teemasuk kue.

Grup ketiga yang mencari hadiah. Sedikit sulit berdiskusi mengenai hadiah apa yang kiranya akan disukai Futakuchi, atau sedikitnya menggambarkan dia karena setelah dipikir kembali kalian tidak pernah sedekat itu dengannya sampai membicarakan kesukaan.

Grup keempat adalah pencari ide. Ide mengenai teknis dan susunan acara pesta kecil-kecilan ini serta bagaimana caranya membawa Futakuchi kemari tanpa dicurigai olehnya sendiri.

Semua biaya didapatkan dari hasil patungan kalian, jumlahnya sangat cukup untuk membeli segala yang dibutuhkan.

Kamu mendapatkan peran sebagai penanggung jawab yang artinya kamu tidak tergabung di grup manapun melainkan memantau dan membantu semua grup. Bagian yang paling melelahkan.

Hari-hari menuju ulang tahun Futakuchi, kalian disibukan dengan persiapan yang memang sengaja dilakukan menyicil supaya tidak keteteran nantinya. Belum lagi kegiatan sekolah seperti biasa serta kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler.

Minggu ini adalah minggu yang paling melelahkan bagi kalian, tapi tak apa, kalian memang berniat melakukannya dengan maksimal. Kalau melakukannya setengah-setengah kalian yakin Futakuchi akan mengkritik kalian karena tidak puas dengan kejutan pesta ulang tahunnya, dan kalian tak menginginkan itu.

Okay d-day guys. You did very well these days, tepuk tangan dulu dong.” Ujarmu seraya bertepuk tangan diikuti yang lain. “Sekarang tinggal eksekusi, gue juga gak tau kenapa kita kerja sekeras ini cuma demi ngasih ketua kita kejutan, tapi kalau ini berhasil pasti ada kesenangan tersendiri buat kita. Good job for us and good luck!

Setelahnya kalian mulai bersiap karena grup yang mendapat bagian untuk membawa Futakuchi kemari sudah dalam perjalanan.

Sesampainya Futakuchi dengan yang lainnya, mereka langsung duduk di ruang tamu. Sang pemilik rumah memberikan sebuah buku dengan alasan buku itu memuat rencana program kerja mereka ke depannya.

“Padahal lo omongin aja di sekolah nanti Senin, ganggu weekend gue aja.” Komentar Futakuchi ketus.

Ennoshita hanya memberikan cengiran lebar. “Buruan buka, protes mulu.”

Saat buku tersebut dibuka, bukannya rencana program kerja yang didapatkannya melainkan tulisan “SELAMAT HARI MENUA PAK KENJI!” diikuti dengan suara ramai orang-orang yang datang seraya bernyanyi lagu selamat ulang tahun.

Kamu berdiri di paling depan, membawa kue dengan lilin berbentuk angka 71 kebalikan dari 17 atau usia Futakuchi yang sebenarnya. Yang lain berdiri di belakang dengan balon dan confetti–beberapa sudah ditembakkan.

“Ayo tiup lilinnya, jangan lupa make a wish biar bisa makan kue secepetnya.” Ujarmu dengan seulas senyum.

Namun ada yang aneh dari wajah Futakuchi, ia tidak terlihat senang sama sekali, wajahnya super masam, lebih masam dari ketika dia menerima rancangan program kerja yang tidak sesuai harapannya.

Lilinnya tetap dibiarkan menyala, sementara Futakuchi mencolek krim yang ada pada kue kemudian meludahkannya.

“Kuenya gak enak, padahal gue baru cobain krimnya. Surprisenya gak jelas, dekorasinya terlalu seadanya kayak gak niat, akting kalian juga terlalu jelek alias gampang ketebak. This is the worst birthday surprise ever.

Setelah berucap begitu, Futakuchi melangkahkan kakinya menuju keluar rumah. “Kayak anak kecil lo pada pake surprise-surprise segala, mana surprisenya gak bikin terkesan sama sekali.”

Suasana yang tadinya ramai dan penuh dengan atmosfer kebahagiaan kini berubah hening dengan wajah murung mendominasi kami semua.

Birthday party serta surprise yang kita rencanakan sepenuh hati, gagal total karena targetnya sendiri.

“Setidaknya terima kado dari kita.” Kamu berujar keras.

Futakuchi menghentikan langkahnya. “Gak perlu, gue gak perlu pemberian orang lain apalagi kalau barangnya gak jelas.”

Hancurlah suasana hatimu hari itu, begitupun dengan yang lain. Kalian tahu bahwa akan ada sesuatu yang terjadi tidak sesuai harapan mau sebagaimana sempurnanya sebuah rencana, tapi kalian tidak pernah menduga bahwa hal yang tidak sesuai harapan akan sejauh ini.

Bukan tidak sesuai harapan saja, tapi juga menghancurkan harapan.