SHORT AU SPECIAL: “BIRTHDAY PARTY” PART 2 (END).


Kalau ada momen yang akan Futakuchi ingat sampai besar nanti, itu pasti momen dimana ia mengatakan sesuatu yang keterlaluan pada teman-temannya yang berniat baik. Juga momen ketika ia ditampar sekeras-kerasnya mengenai sifat buruknya.

Sekarang Futakuchi sudah menginjak kelas dua belas, jabatan ketua OSIS yang satu tahun tersemat padanya pun telah diserahkan pada adik tingkatnya.

Selepas kejadian tak mengenakan di hari ulang tahun Futakuchi tahun lalu, hubungannya dengan para pengurus OSIS menjadi aneh dan canggung.

Futakuchi telah merenung, ia ingin berubah, maka dari itu ia mencoba bersikap lebih baik pada rekan-rekannya. Tapi nyatanya, semua itu tidak cukup untuk mengembalikan hubungan mereka semua seperti dulu lagi.

Dan kini, ketika masa jabatannya beserta rekan-rekannya telah berakhir, pertemanan mereka juga seperti berakhir. Grup chat seakan mati, ketika berpapasan jarang bertegur sapa atau malah menghindar, mengobrol apalagi.

Futakuchi merasa sedih tentu saja, hatinya berdenyut nyeri kala melihat rekan satu organisasinya dulu begitu membencinya, tapi ia sadar diri bahwa semua ini karena perilakunya sendiri.

Apa yang kau tanam, itu pula yang kau tuai. Futakuchi amat mengerti peribahasa itu, makanya ia berusaha tetap berubah menjadi lebih baik dan terus memperbaiki hubungan mereka walau rasanya nyaris mustahil.

Hari ini tepat satu tahun setelah hari itu yang artinya hari ini adalah hari ulang tahun Futakuchi. Ia mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan yang dihadiri oleh rekan-rekan osisnya saja.

Inginnya sih begitu, sayangnya tak satupun dari mereka yang datang. Padahal Futakuchi sudah memberikan undangan secara langsung pada mereka satu persatu seminggu sebelum acara, ia juga menyiapkan dekorasi, makanan, susunan acara, sampai door prize demi memeriahkannya.

Semuanya Futakuchi lakukan sendiri karena ia memang tinggal sendirian. Ia berharap teman-temannya akan datang, hanya satu atau dua orang juga tidak masalah, setidaknya usahanya sedikit terbayar.

Namun jam telah menunjukan pukul setengah sembilan, sedangkan ia menuliskan jam lima sore di undangannya. Meski begitu, Futakuchi masih menunggu, ia masih mau menunggu barangkali ada satu orang yang berkenan datang.

Mungkin Ennoshita, misalnya ia pulang dari rumah saudaranya demi menghadiri pesta ulang tahunnya. Ia harap begitu, Futakuchi harap ada satu saja yang berbaik hati untuk datang sekedar menyapa dari depan pintu atau mengucapkannya “selamat ulang tahun”.

Hatinya lagi-lagi berdenyut nyeri, Futakuchi kira ia sudah terbiasa dengan ini tapi nyatanya tidak sama sekali. Dan lagi, di hari ulang tahunnya mengapa denyutannya sepuluh kali lipat lebih nyeri dari biasanya.

Futakuchi akhirnya memilih untuk menyalakan lilin diatas kuenya, tak apa kan kalau hanya sekedar tiup lilin? Ia ingin membuat permohonan agar ada yang datang ikut dalam pesta ulang tahun yang diadakannya.

Lelaki itu memejamkan matanya, siap memanjatkan permohonan, saat hendak meniup lilinnya, sebuah benda asing melayang menghantam kepalanya.

Tangannya meraih sesuatu yang barusan dilemparkan, “Hah? Keripik kentang?” gumamnya.

“Jangan ditiup dulu lilinnya, tamunya kan baru sampe.”

Suara familiar seseorang membuat Futakuchi menoleh. Ia mendapati seorang gadis dengan paperbag di tangan kanannya dan wajahnya menyunggingkan senyum kemenangan. Entah kemenangan atas apa.

“Ini keripiknya buat apa?” Tanya lelaki itu polos.

Kamu tertawa karenanya, “itu hadiah ulang tahun, mau lo makan atau lo pake tidur juga terserah.”

Kamu menyerahkan paper bag yang sengaja kamu bawa dari rumah. “Selamat ulang tahun. Jangan dibuka dulu kadonya sebelum tiup lilin.” Ujarmu menunjuk lilin yang sudah meleleh hampir mengenai kuenya.

Karena takut keburu mengenai kuenya, Futakuchi segera memanjatkan doa dan meniupnya diikuti tepuk tanganmu.

“Nah sekarang lo buka hadiahnya.”

Bukannya menuruti ucapanmu, Futakuchi malah menatapmu dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa lo dateng? Padahal yang lain aja ogah dateng sampe sekarang, padahal dulu lo yang paling sakit hati sama gue, padahal dulu lo yang gue hancurin hasil usahanya. Kenapa..?”

Mendengar ucapan Futakuchi, kamu merasa seperti ia bukanlah dirinya melainkan orang lain, dalam hal positif tentunya. Apakah semua usahanya untuk berubah selama ini berhasil?

“Nanti kalo gak ada yang dateng sama sekali, lo nangis. Lagian udah cukup waktu satu tahun buat gue nerima semuanya, rasa kecewa dan sakit hati karena usaha gue yang gak lo hargain tahun lalu. Gue gak mau jadi orang yang sama kayak lo satu tahun yang lalu, and here i am.

“Eh lo ngapain nangis?” Tanyamu terkejut kala melihat air mata mengalir dari kedua mata lelaki itu.

“Kok gue nangis?” Tanyanya balik. Tawamu mengudara, sisi Futakuchi yang seperti ini belum pernah kamu lihat sebelumnya.

“Udah udah, sekarang buka kadonya.” Kamu menunjuk paper bag di pangkuan Futakuchi dengan dagu.

Kali ini ia menurutimu, setelah membersihkan sisa air matanya, ia membuka hadiah yang kamu bawa untuknya. Berbagai macam snack, minyak angin, obat pusing dan masuk angin, serta lilin aromaterapi.

“Snack buat lo ngemil sambil nugas, minyak angin buat pinggang lo kalo encok pas belajar, obat pusing sama masuk angin kalo lo sakit gegara bergadang, sama lilin aromaterapi buat lo biar lebih rileks. Kelas 12 pasti hectic banget, jadi gue beliin ini semua.” Jelasmu karena Futakuchi nampak kebingungan.

“Sumpah lo kok kepikiran banget sampe sana?” Tanyanya heran.

“Gue gitu loh. Fyi, ini kadonya sama kayak kado yang tahun lalu, minus minyak angin sama obat.”

“Sorry-

“Eits no no gue cuma ngasih info bukan mengungkit. Sekarang gak boleh ngungkit kejadian itu lagi, fokus aja sama hari ini, hari ulang tahun lo yang tinggal sisa 3 jam. Let's have some fun.”

Melihat wajahmu yang nampak antusias, Futakuchi menyunggingkan senyum lebarnya, ia
tak menyangka doanya akan dikabulkan secepat itu. Dan lagi, Tuhan mendatangkanmu yang sejujurnya ada di daftar “paling tidak mungkin datang” menurut perkiraan Futakuchi.

Maka di sisa hari ulang tahunnya, Futakuchi habiskan dengan mengobrol, bermain game, makan, pokoknya bersenang-senang denganmu sebagai satu-satunya tamu yang datang. Ennoshita juga bergabung pada jam sebelas malam melalui sambungan video call.

Ulang tahun yang ke 17 dan 18 merupakan ulang tahun yang paling berkesan buat Futakuchi karena banyak sekali pelajaran berharga yang ia dapatkan sehingga membuat dirinya berubah menjadi jauh lebih baik.