Sure thing


Ujian masuk universitas yang diikuti Hajime sudah selesai kemarin. Kamu memang tidak secara langsung menyemangatinya karena kalian sudah tidak berbincang sejak Hajime setuju untuk break.

Hajime jarang sekali aktif di sosial media sehingga kamu pun susah mendapat kabar mengenai kesehariannya kecuali dari Tooru yang sesekali akan memberi informasi walaupun tidak terlalu mendetail.

Tapi untuk hari ini, Tooru bahkan tidak membalas pesanmu yang menanyakan sekiranya bagaimana keadaan Hajime setelah menjalani ujian kemarin.

Kamu melempar ponsel hingga mendarat di atas bantal, kemudian berusaha rileks sebab sejak kemarin perasaanmu campur aduk dan ikut merasakan ketegangan ujian padahal kamu saja tidak berkomunikasi dengan Hajime.

Sampai pintu kamarmu diketuk dengan brutal, kamu biarkan karena pikirmu itu adalah abangmu yang sedang jahil. Tapi ketukan itu tidak berhenti, membuatmu terpaksa bangkit dengan perasaan jengah.

“Berisik.” ujarmu seketika pintu terbuka.

Di sana berdiri Tooru dengan senyum bodohnya, bukan abangmu. “Sini ikut.” tanpa menunggu jawabanmu, ia menarik tanganmu untuk mengikutinya ke luar rumah.

Lagi-lagi orang tidak terduga yang berdiri disana. Tooru mendorongmu agar mendekat, “noh tanya aja kabarnya sama orangnya langsung.”


Tempat duduk di depan sebuah minimarket di dekat persimpangan jalan kini terisi oleh dua orang yang tengah larut dalam keheningan.

Salahkan Tooru yang meninggalkan kamu bersama Hajime begitu saja. Lalu ia membawa motor milik Hajime dan mau tak mau lelaki itu nantinya harus pulang bersamamu karena Hajime dan Tooru datang berboncengan menggunakan motor Hajime sementara kamu kesini mengendarai motormu sendiri, tak peduli kalian akan berbaikan ataupun tidak.

“Gimana ujiannya?” kamu memutuskan untuk menurunkan egomu terlebih dahulu.

“Lancar sih. Ada beberapa yang susah tapi mostly bisa kejawab. Kamu- Lo gimana kabarnya?”

Most of the time baik, sisanya biasa aja.”

Lalu hening lagi. Padahal baru beberapa bulan kalian tidak saling bicara, tapi kalian sudah begitu bingung hanya untuk mencari topik perbincangan.

“Gue kangen.” ujar Hajime yang sedikit mengejutkanmu namun kemudian kamu mengangguk dan bergumam, “sama.”

“Anehnya setelah kita break gue malah lebih longgar soal belajar. Mungkin karena gue juga sadar apa yang lo sama temen-temen lain bilang soal pola belajar gue yang toxic itu bener. Gue bingung harus gimana ngadepin kalian karena jujur gue ngerasa bersalah. Kecuali Tooru sih, dia satu-satunya pengganggu yang masih aktif.”

Kamu tertawa mendengar kalimat terakhirnya. “Gak usah ngerasa bersalah Jim, kita cuma ngingetin lo doang, bagus kalo lo sekarang udah ngerti. Lagian ujiannya juga udah lewat, tinggal berdoa aja buat hasil terbaiknya.”

“Terus gimana?” tanyanya kemudian.

“Apanya?”

“Kita. Udah bisa balikan?”

Lagi-lagi kamu dibuat terbahak oleh pertanyaan polos yang dilontarkan Hajime. “Kata siapa bisa?” kamu mencoba menggodanya.

Hajime kemudian mengalihkan pandangannya. “Kalo gak mau, gue tembak lagi dari awal... tapi nanti anniversary nya juga ngulang. Sayang gak sih?”

“Iya, sayang.”

“Apa sayang?”

Ingin rasanya kamu berteriak kepadanya 'BELAJAR DARIMANA LO GOMBALAN DANGDUT BEGITU?!' tapi tersadar siapa lagi kalo bukan Tooru yang paling memenuhi syarat sebagai pelaku.

Hajime kemudian mengeluarkan sekotak kecil susu rasa coklat, menyodorkannya ke hadapanmu. “Ayo balikan...” katanya setengah bergumam.

Kamu gemas sendiri sebab Hajime malu-malu melakukannya. Rasanya rindu sekali berbagi keseharian, berbincang mengenai topik acak, dan melihat berbagai ekspresi yang langka dari lelaki ini.

“Ya udah ayo, asal udah beneran gak capek aja.” sahutmu kemudian.

“Iya makanya ini dikasih susu supaya lebih kuat dan gak gampang capek.”

Kamu terbahak-bahak atas jawabannya. Hajime beranjak dari duduknya diiringi senyuman lebar, ia menghampiri sisi bangkumu untuk mengelus puncak kepalamu, lalu bergerak tidak jelas karena salah tingkah. Benar-benar ketularan anehnya Tooru.

“Inginnya pelukan sih tapi ini tempat umum.”

“Suruh siapa ngajakinnya ke minimarket gini.”

“Tooru. Katanya biar hubungannya sederhana aja tapi selalu ada kalo dibutuhin. Najis dangdut banget.”

Kalau kamu pikir lagi, dulu ketika Hajime memintamu menjadi pacarnya terkesan kocak dan banyak miskom. Sekarang ketika balikan, hanya di depan minimarket ditemani sekotak kecil susu coklat dan konteks perbincangan awalnya pun bukan soal balikan.

Tapi inilah uniknya hubunganmu dengan Hajime. Kalian selalu punya cara sendiri untuk menunjukan rasa sayang dan membuat hubungan kalian menjadi nyaman untuk masing-masing sehingga awet untuk waktu yang lama.

“Pas pengumuman nanti, jangan berubah lagi ya Jim apapun hasilnya?”

Hajime meletakkan telapak tangannya di atas punggung tanganmu yang menganggur di atas meja. “Gak akan. Kalo pun iya, gue paksa jangan. Gue gak mau break lagi, gak seru gak punya support system.”

Kemudian kalian kembali berbincang mengenai banyak hal dengan leluasa lagi seperti semula. Jarak yang tadinya membentang jelas, kini hilang tak berbekas.

Kamu hanya berharap semoga ke depannya kamu dan Hajime masih dapat sehangat sekarang, masih sama soal rasa, masih saling memiliki satu sama lain.

Kamu masih ingin berbagi cerita serta tawa yang sama dengannya. Sampai nanti, untuk waktu yang lama.