the truth
Kuroo menghampirimu dengan senyum lebarnya kemudian mengulurkan tangan. “Gue Kuroo, gue gak tau sih penting apa ngga kenalan resmi begini, tapi gue pengen aja.
Aneh, adalah satu kata yang dapat menggambarkan first impression mu pada lelaki jangkung itu. Namun meski begitu, kamu tetap membalas uluran tangannya dan turut memperkenalkan dirimu.
Setelahnya, waktu berlalu begitu saja, begitupun pembicaraan kalian berdua. Kamu menemukan sesuatu yang menarik dari orang ini, caranya berbicara dan berpendapat, caranya mengemukakan pikirannya. Dia orang yang mengagumkan, pikirmu. Hal itulah yang menjadi alasan untuk kamu mau menerimanya menjadi temanmu.
“Tempo hari, gue cek akun twitter lo. Tadinya mau gue follow terus ngajak kenalan lah gitu sebelum acara hangout biar gak canggung. Then, i found something. Lo kenal Konoha Akinori?”.
“Konoha Akinori?” Ulangmu, Kuroo mengangguk lalu menunjukan akun Twitter milik orang yang disebutkannya barusan. “Oh dia, iya kenal. Kenapa?”.
Lalu tanpa diminta, Kuroo menceritakan masa SMP nya yang juga ada Suna didalamnya, juga beberapa nama yang cukup familiar dari lingkaran pertemanannya.
Setelah ceritanya selesai, Kuroo kembali bertanya. “Gue inget lo ngga suka sama anak geng. Tapi kok lo bisa beberapa kali jalan bahkan chattingan sama Konoha?”
“Gue gak tau dia anak geng, bahkan bagian dari geng lo. Dari awal dia bertingkah kayak anak biasa aja, bahkan pura-pura gak kenal Suna. Lo inget waktu Suna bonyok beberapa minggu lalu? Gue gak tau dia cerita sama kalian apa ngga kalo Konoha yang anter dia, tapi Konoha nanya ke gue rumahnya Suna.”
Kuroo nampak terkejut akan ucapanmu. Ia kemudian mengajakmu sedikit menjauh dari yang lain supaya percakapan kalian tak didengar siapapun.
“Pantes waktu itu Konoha sampe bikin akun Twitter baru khusus temen-temennya alias anak geng gue terus kita di bub dari akun pertamanya. Dia tau lo gak suka anak geng, dan dia gak mau rencananya gagal cuma karena lo tau dia bagian dari geng juga.”
“Hah? Rencana apa?”
“Gue masih belum tau, tapi gue yakin dia punya rencana. Dari dulu dia orangnya licik, dia temen kecilnya Suna juga, dan dia orang yang harus banget kalian hindarin.”
Melihatmu yang kebingungan, Kuroo tersenyum simpul. “Kalo lo mau bantu, gue punya rencana.”
Suna menatap kedua orang yang baru saja datang dengan sinis. Ia mendesis malas ketika keduanya menyapa dengan riang seakan tidak sedang terjadi apapun diantara ketiganya.
“Gue gak bilang lo boleh bawa orang ketiga di pembicaraan kita hari ini.”
“Gue gak ada niat nurutin lo juga sih, cause she is important kalo lo mau sebuah penjelasan.” Ujar Kuroo tenang.
Suna menaikan alisnya, “gimme the explanation then, i don't want to waste my time.“
“Sebelumnya gue sama Kuroo minta maaf. Awalnya kita berdua cuma mau jailin lo dengan pura-pura deket dan liat reaksi lo yang pastinya bakal lucu banget.” Kamu menjelaskan terlebih dahulu kemudian disambung oleh Kuroo.
“Terus kita bahas Konoha waktu itu, kita nemuin beberapa hal menarik. Salah satunya adalah dia bohong ke doi lo kalo dia gak kenal sama lo.”
Mendengar ucapan Kuroo, Suna membulatkan matanya terkejut. “Lanjut.”
“Dari situ kita bikin rencana selain buat jailin lo, yaitu buat tau atau sedikitnya ada gambaran apa tujuan Konoha. Rencananya, gue sama doi lo bakal pura-pura deket tapi cuma di depan Konoha. Kita temenan lama ya, gue tau dimana aja Konoha sering ada terutama kalo bolos.”
Kuroo menyesap minumannya yang baru sampai sebelum melanjutkan. “Kalo lo marah sama kita berdua, tandanya lo tau dari Konoha karena kita tau dia beberapa kali fotoin kita berdua. Konoha tipe orang yang negur orang langsung kalo dia tau ada sesuatu yang salah. Tapi, dia gak negur kita sama sekali melainkan ngadu ke lo.”
“Terus? Kalian nemu apa tujuannya?”
“Selangkah lagi, lemme see your chatroom with him.“
Pada awalnya Suna ragu, namun setelah Kuroo dan kamu berusaha meyakinkannya, ia memberikan ponselnya pada kalian.
Beruntung, chat dari Konoha belum dihapus sama sekali oleh Suna. Dan benar dugaan kalian–terutama Kuroo.
“Konoha fotoin kita, beberapa kali memperingati lo seakan gue berkhianat sama lo supaya lo jauh sama gue terus kita kepecah. Beberapa chat juga bilang supaya lo jauhin doi lo karena dia gak baik buat lo, udah selingkuh sama gue.”
“Kata-katanya meyakinkan banget buset.” Komentarmu setelah membaca isi chatnya.
“Jujur, apa yang Konoha lakuin mungkin normal aja karena dia temen lo, dia gak mau lo sakit hati. Tapi balik lagi, dia bukan tipe orang yang kayak gitu kalo gak punya rencana lain.”
Suna nampak semakin penasaran. “Jadi apa rencananya?”
“He wants to steal her from you. Gue yakin 89%. Dia bilang supaya lo jauhin doi, ya supaya dia bisa makin gencar deketin doi.”
Kamu menatap Kuroo heran. “Kok gak 100%? Gak meyakinkan dong?”
“Yang bikin 100% nya ada disini.” Kuroo mengeluarkan ponselnya, menunjukan roomchatnya bersama salah satu orang yang paling dekat dengan Konoha.
Atsumu: Yes, he has a plan and the target is Suna. Better be careful, tell Suna that i'm warning him.
“Dari sini lo bisa nilai sendiri kan?”
Kamu yang merasa puas akan rencana Kuroo bersorak kecil seraya melakukan high five dengannya. “Thank you ya! Sukses besar nih.”
“Yoi. Gimana Rin? Masih marah sama kita?”
“Gue masih bingung, tujuan lo apa ngelakuin ini semua?”
Kuroo mengedikkan bahunya. “Simple, gue mau yang terbaik buat sahabat gue. We knew that Konoha has stolen many things from you. Dan gue gak mau dia ngambil sesuatu yang udah lo perjuangin, lagi.”
Kedua mata Suna tiba-tiba berkaca-kaca. Ia berdiri kemudian mencoba memeluk Kuroo sebelum ditepis oleh lelaki bersuarai legam itu. “Geli anjrit jangan pelak-peluk.”
Kamu tertawa melihat interaksi keduanya, apalagi reaksi lucu Suna yang sudah kamu dan Kuroo duga sejak awal.
“Lo juga.” Suna menunjukmu, membuatmu memiringkan kepala bingung. “Jahat banget bikin gue ngira lo ngga jadi jatuh cinta sama gue tapi sama Kuroo.”
“Hahahah maaf maaf, abisnya ngakak aja gitu jailin lo. Tapi dengan ini kita jadi tau kan ada satu ranjau yang bakal ngehalangin cerita kita ke depannya nanti? It is a good thing, we can anticipate it from the very first, dan bikin dia gagal.” Kamu menyunggingkan senyum.
Suna balas tersenyum manis, senyum yang beberapa hari kemarin tak dapat kamu lihat sebab sikapnya yang berubah tak acuh.
“Peluk dong.” Ujarnya seraya merentangkan tangan lebar-lebar.
Sebenarnya, Suna tak mengharapkan balasan, ia hanya setengah bercanda saat memintanya. Namun tak ia sangka bahwa kamu akan berdiri kemudian meringsek masuk kedalam pelukan hangatnya.
“Yang ini free sebagai tebusan karena gue udah jailin lo.”
“EKHEM kalo kalian lupa, KALO NIH YA kalian lupa, GUE masih disini.”
“Diem lo gak usah ganggu.”
“Brengsek.”