narrative writings of thesunmetmoon

4.

#wonshuaonesidedau

“AAAAHH CHEOLLIE, DENGERIN GUE DOONGG~“

Lamunan Wonwoo buyar oleh keluhan Joshua dan suara tawa Seungcheol. Anak itu diam-diam menggelengkan kepala, membuang memori yang tanpa dinyana mengambil alih isi kepalanya.

Kedua orang di atas tempat tidurnya seolah sudah melupakan keberadaan Wonwoo. Abangnya bermain handphone sedangkan Joshua sedang berada di awang-awang. Tiap nama Nari bergulir dari lidahnya, ada nada kekaguman dan, entahlah, sesuatu yang lembut.

Wonwoo tidak paham.

Karena tidak paham, ia memutar kursi untuk meneruskan PR-nya. Joshua masih terus berceloteh riang. Nari memanggang kue untuknya ketika dia pulang dari sekolah. Nari menunduk malu-malu, berharap Joshua menyukai kue buatannya dan bagaimana Joshua mendeskripsikan kue itu begitu lezat, begitu sempurna. Sekali terkena lidah, langsung lumer begitu saja.

Ditemani oleh dehaman sesekali dari Seungcheol, Joshua akhirnya selesai bercerita.

(PR Wonwoo tinggal 1 nomor lagi, sialnya).

“Lo gimana, Cheol?”

“Gimana apanya?”

“Kim Soyoung tingkat 1.”

“Sianjing,” mendadak saja, Seungcheol mengambil bantal dari tindihan kepalanya untuk dia lempar ke Joshua, yang ditangkap dengan mudah. “Denger dari mana lo?”

“Lo nggak tau tah, abangnya kan bacot banget.”

“Hah? Abangnya siapa?”

“Cewek lo, coy. Punya abang kembar.”

Bukan cewek gue,” kembali, Seungcheol merebah. “Belom gue terima.”

“SOMBONG BENER!”

“Diem lu, Bucin.”

“Eh jadi malu, hehe hehe...” 😳

“GUE NGGAK LAGI MUJI LU, ANYING!”

...

...Beneran, Wonwoo tidak paham. Sejak Nari masuk ke dalam hidup Joshua, mereka jadi aneh. Seungcheol yang tadinya obrolannya cuma berkutat soal Winning Eleven, Tekken, sepak bola, tanding basket, berantem, gitar, Yngwie Malmsteen, One Piece, Ling Tosite Sigure, mendadak mengeluarkan satu nama asing hari ini, mengikuti Joshua. Mereka seolah asik dengan dunianya sendiri, berbicara soal cewek dan kehidupan sekolah yang Wonwoo tidak tahu.

Wonwoo tidak paham, karena ia, saat ini, bukan bagian dari dunia Seungcheol dan Joshua.

Seolah ada jurang besar menganga antara anak SMP dengan SMA.

...Apa menariknya sih ngomongin cewek?

Pemikiran itu membuat Wonwoo iseng mengedarkan pandangan, suatu hari, ke ruang kelasnya. Dua orang murid perempuan sedang bercakap-cakap sambil makan bekal mereka. Yang satu memakai make up tipis. Yang satu lagi rambutnya dikepang erat, agak kusut. Murid perempuan di bagian depan kelas menyingsingkan lengan kemeja seragamnya, dengan mudah menggotong boks yang tampak berat. Seorang murid laki-laki bermaksud menolongnya, tapi tawaran itu ditolak. Di belakang, ada murid perempuan yang membaca buku dan minum susu kotak sendirian. Kacamatanya tebal, muncul di antara helai rambut hitamnya yang halus.

....

Sekali lagi, anak itu berpikir,

Apa menariknya sih ngomongin cewek?

Wonwoo tidak berharap dirinya akan paham. Mungkin, mungkin, suatu hari ia akan berada di tempat dimana Joshua dan Seungcheol sekarang berada, tapi ia tidak mau cepat-cepat sampai ke sana. Ia masih memilih main PIU dan latihan tinju. Masih menyukai Naruto dan Persona. Masih merasa Rosaria dan IU 500% lebih keren daripada cewek-cewek yang diobrolkan mereka.

Wonwoo tidak mau menyebrangi jurang itu saat ini, tapi ia juga tidak mau merasa tersisihkan begini.

Apalagi, menurutnya Joshua sangat, sangat sangat sangat, bego, karena—