1.5
“Papa!!”
Mingyu tertawa ketika anak lelaki sulungnya itu langsung meloncat masuk pelukannya. Ia membopongnya, lalu membanjiri wajah anak itu dengan kecupan sayang. Bau khasnya bercampur dengan bau khas Wonwoo di sekujur tubuh anak itu, persis ketika mereka pertama kali membauinya sebagai milik mereka berdua saat Hangyul lahir. Bau yang menetramkan Alpha yang resah dalam tubuh Mingyu sejak Wonwoo ngambeg padanya.
“Kok tumben Papa jemput Gyul?” anak itu terkekeh geli karena ayahnya mendusel hidungnya dengan hidungnya sendiri.
“Iya, Papa mau ngomong dulu sama Gyul di mobil,” ia kemudian menyapa ibu teman Hangyul. “Maaf ya, Gyul selalu ngerepotin.” Senyuman Mingyu lembut, sedikit bersalah.
“Nggak apa-apa kok,” wanita Omega itu tertawa lebar sambil mengelus kepala anak lelakinya sendiri. “Dohyun jadi ada temen main. Makasih ya, Gyul, nanti maen lagi ya.”
Anak yang dipanggil itu pun mengangguk, “Siapp!! Nanti aku main lagi ya, Dohyun!”
“Iya,” temannya juga mengangguk sambil tersenyum manis. Pipi tembamnya tersipu. “Dohyun tunggu ya, Gyul.”
==
“Papa pulang~“
“Gyul pulang~“
Wonwoo pun muncul menyambut mereka di pintu. Otomatis, Hangyul berlari dan memeluk ibunya. Lengan kecilnya melingkari pinggang Wonwoo. Agak kaget, Wonwoo memeluk anak itu balik. Tatapnya pun bertanya-tanya.
“Mama, Gyul minta maaf yah,” anak itu kemudian mendongak, menatap langsung ibunya tepat di mata. “Nanti Gyul ajak Dohyun maen ke rumah aja ya, Mah, biar Mama nggak cemas lagi.”
Wonwoo berkedip. Ia mendongak menatap Mingyu sejenak, menemukan kulum senyuman di wajah Alpha-nya, sebelum kembali menekuni wajah anak lelakinya. Telapaknya yang besar mengelus rambut dan kening anak itu.
“Gyul jangan sering-sering juga ajak Dohyun main ya. Nanti mamanya Dohyun yang cemas,” aku Wonwoo. Tatapan mata sang Omega melembut dalam rasa sayang. “Bukannya Mama ngelarang Gyul main sama Dohyun, tapi Mama cuma nggak mau kamu main ke rumah orang tiap hari. Nggak baik, Sayang...”
“Iya, Ma,” Hangyul mengangguk.
“Yaudah,” senyuman Wonwoo kian melebar. “Sekarang Gyul cuci tangan, cuci kaki, cuci muka terus ganti baju ya. Tadi Om Hani ngirimin makan malem.”
“Asik! Siap, Mah~“
Dengan rusuh, anak itu pun berlari menuju kamar mandi. Wonwoo menghela napas. Gaduhnya anak itu benar-benar mirip ayahnya.
“Bang Han ngirim makanan, Sayang?”
Barulah saat itu Wonwoo sadar kalau mate-nya masih berdiri di sana. Lengan Mingyu melingkar luwes di pinggang Wonwoo, seolah whatsapp pertengkaran mereka tak pernah ada.
“Mm.”
“Mana Minkyu?”
“Di kamar. Saya belum panggil buat makan malem.”
“Mau aku panggilin?”
Wonwoo diam saja. Mingyu hanya tersenyum maklum, mengecup pipi mate-nya yang menggemaskan itu, lalu menuju lantai dua.