narrative writings of thesunmetmoon

11.

#minwontk

Jam empat pagi dan ia sudah turun dari tempat tidur. Meski terlelap hanya empat jam, ia mengacuhkan fakta itu untuk membuatkan bekal bagi anak perempuannya. Dengan mata belekan dan rambut kusut masai, Kim Mingyu menghidupkan lampu dapur. Langit di luar jendela masih gelap. Udara pun masih dingin.

Ia terpekur sejenak di depan pintu kulkas yang terbuka, mempertimbangkan akan membuat apa. Wortel, sudah pasti. Ada sedikit sisa daging ayam mentah bagian paha bawah tanpa tulang. Juga sekotak kecil tomat ceri. Sosis...sosis boleh. Ia masih mempertimbangkan apakah akan menambahkan sepotong telur gulung ketika ia mengeluarkan semua bahan tersebut berikut daun selada sebagai alasnya.

Selain sebagai alas, daun selada akan mengisi relung-relung yang timbul akibat peletakan masing-masing makanan, karena sejatinya, bento itu harus rapat tanpa jeda agar makanan tidak bergeser dan merusak komposisi. Selain itu, warna hijau akan melengkapi keseimbangan warna, menonjolkan warna yang lebih mengundang perhatian seperti merahnya tomat ceri, dan memberi kesan sejuk bagi yang memandangnya.

Setelah menghidupkan magic jar (masih ada sisa nasi yang ia masak kemarin), Mingyu pun mulai mempersiapkan bahan-bahannya. Tomat ceri ia cabut bagian atasnya. Wortel dipotong sedikit lalu ia kupas kulit luarnya. Untuk selada, ia tidak menggunakan pisau, melainkan dirobeknya dengan tangan menjadi serpihan yang lebih cocok ditata di kotak bekal, karena terkadang ada rasa logam tertinggal bila memotong sayuran bentuk daun yang dimakan langsung tanpa diolah lagi. Kesemua sayuran itu ia cuci dengan air matang sampai bersih.

Kemudian, di atas talenan, ia menggurat empat sisi-sisi wortel. Dibentuknya semacam 'selokan' kecil dengan cara memotong guratan tersebut, menciptakan bentuk 'kembang'. Kemudian, ia memotongnya seperti biasa. Tiap potongan otomatis membentuk 'kembang' mungil.

(Ingatkan dia untuk browsing peralatan membuat bento di internet kantor hari ini karena, seingatnya, ada cetakan untuk membuat bunga yang lucu.)

Ia kemudian menjerang air dalam panci kecil di atas kompor. Setelah air mendidih, dimasukkannya potongan wortel untuk direbusnya sampai lunak bagi gigi balita.

Sembari menunggu wortel matang, Kim Mingyu membalik talenan. Kini, ia memotong sosis menjadi bentuk gurita lagi, sesuai ajaran Joshua kemarin hari. Kemudian, daging ayam, dibersihkannya dari lemak-lemak mengganggu, lalu dibumbuinya dengan garam. Kim Mingyu mengambil tepung beras, karena tepung kentang yang biasa dipakai di resep-resep agak susah didapatkan di mini market terdekat. Ia menaburnya di atas daging ayam dan diaduknya hingga rata.

Di wajan kecil di samping panci berisikan rebusan wortel, ia menggoreng sosis hingga kaki-kakinya merekah. Setelah itu, ia angkat dan ditaruhnya di piring. Ia menyadari bahwa wortelnya sudah cukup lunak, sudah bisa ditusuk dengan tusuk gigi. Diangkatnya dari kompor, kemudian ia meniriskan airnya. Cantik. Warna wortelnya pun bagus.

Menggunakan panci kecil yang berbeda (kali ini khusus untuk menggoreng), Mingyu memanaskan banyak minyak. Tidak terlalu banyak, sebenarnya, tetapi cukup untuk menenggelamkan daging ayamnya. Untuk mengukur panas, ia melempar setetes adonan tepung beras. Dirasa cukup, dicemplungkannya potongan ayam itu. Api dikecilkan agar ayam matang merata tanpa membuat gosong kulit luarnya.

Minyak bening mendesis dan membentuk buih di sekeliling si ayam. Mingyu mengambil kotak bekal kecil milik anaknya. Ia mulai menata daun selada sebagai alas makanan lainnya. Sebutir daging ayam tanpa tulang tidak membutuhkan waktu lama untuk matang. Maka, ia meninggalkan sejenak kegiatannya untuk mengecek kondisi si ayam goreng tepung. Sudah matang. Mingyu mematikan kompor dan mengangkat ayam itu ke piring yang sama dengan sosis.

Semua bahan sudah siap. Sekarang waktunya mendekorasi.

Yosh.

Kim Mingyu mengambil senjata baru. Sebuah alat untuk membuat nasi kepal bentuk panda. Itu adalah cetakan bentuk kepala panda. Dengan cepat, ia mengisi cetakan itu dengan nasi (ada bagusnya juga ia sudah mengganti beras hariannya ke beras japonica, jadi ia tak perlu memasak nasi lagi), lalu ditekannya kuat, memastikan nasinya tercetak padat. Lalu, ia menaruh nasi bentuk kepala panda itu ke piring lain yang lebih ceper. Ia membuat dua kepala panda.

Rumput laut kering datang kemudian. Menggunakan stamp khusus, dicetaknya lembaran rumput laut itu membentuk sepasang telinga, mata dan hidung serta mulut. Mingyu sempat terkagum-kagum akan hasilnya. Rasanya hebat sekali. Sekarang, membuat sesuatu yang lucu bisa dilakukan dengan begitu mudahnya. Kemudian, ia tinggal menghias nasi bentuk kepala panda itu dengan rumput lautnya.

Selesai.

Mingyu pertama memasukkan dua nasi kepal tersebut, barulah makanan lainnya. Tomat ceri di sebelah kiri belakang, lalu ayam goreng tepung. Sebelah kanannya lagi adalah sosis. Terakhir, taman bunga wortel. Agar makin menarik, Mingyu menambahkan wijen hitam sebagai mata si sosis gurita.

(Ingatkan dia juga untuk mencari cara membuat mata selain pakai wijen hitam)

Beres.

Ia menghela napas. Cukup puas dengan bekal yang ia buat hari ini. Jelas lebih lucu dari yang pertama, karena ada nasi kepal bentuk panda. Sambil berdoa kalau anaknya akan memakan bekal itu dengan senyuman, Kim Mingyu menoleh. Jam di dinding bilang sudah pukul lima lebih tiga puluh. Ia harus membangunkan Ri setengah jam lagi, lalu bersiap mandi untuk mengantarnya dan berangkat kerja.

Kim Mingyu menguap lebar.