117.
Soto yang dia minta enak banget. Makan soto memang seharusnya pakai kondimen yang disesuaikan selera. Minghao bersyukur ada beberapa potong jeruk nipis, cabai, sedikit kecap, sedikit garam, irisan daun bawang dan bawang goreng disediakan.
Kali ini, sotonya berisi daging sapi dipotong kotak, tanpa jeroan, juga potongan kentang. Kuahnya bersantan, bercampur kaldu daging, kental dan enak. Pada dasarnya, Minghao tidak makan makanan yang sangat berlemak, tetapi sotonya bisa dibilang cukup ringan. Yang membuatnya terkagum-kagum adalah bagaimana pelaku menyiapkan juga sekotak nasi putih hangat dan emping.
Sumpah, sudah seperti makan di restoran. Harusnya Minghao membayar ini semua.
Post-it hari ini berbunyi:
Siang, Hao. Saya coba buatkan soto daging karena terakhir saya berikan sup itu ayam ya? Coba ganti lauk hehe. Sebenarnya saya kurang pede dengan masakan hari ini, please do tell me kalo nggak sesuai selera Hao > <
Jujur, saya agak kaget kemarin. Nggak nyangka Hao sesuka itu sama masakan saya. Pun saya nggak nyangka dikasih hadiah. Terima kasih banyak ^^ Saya sehat kok. Hao juga sehat-sehat ya? Mulai Senin saya buatin makanan yang bagus buat cegah sakit di musim hujan gini deh.
And about that 'eating with me' thing, saya juga berharap begitu. Mungkin suatu hari ya. For now, begini saja cukup.
Kalimat terakhir memancing kerutan kentara di alisnya. Menyingkirkan sisa bungkusan, Minghao buru-buru mengambil pulpen dan membalas:
Sotonya enak. Saya suka banget. Padahal saya biasanya makan soto kuah bening. Tapi serius, ini enak banget. Lengkap banget. Saya sebenernya ingin minta tagihan, soalnya saya merasa saya harus bayar semua ini. Udah restaurant worthy banget. Mungkin nggak ada ya makanan yang kamu buat kerasa nggak enak di lidah saya. Thank you, as always.
Can you also do me a favor?
I want to know your name.
Minghao mendengus. Mungkin sudah saatnya ia mengenal lebih jauh secret admirer-nya itu.