12.
”...” 🤨
”...” \😬/
”...Apa nih?” 🤨
Wonwoo menunjuk ke kedua lengan Joshua yang membuka lebar. Persis ketika ia menapak naik ke lantai dua, dimana kamarnya dan kamar Seungcheol berada, Joshua sudah berdiri di ujung tangga, memblokir jalan Wonwoo.
“Pelok.” \😬/
“Buat...?”
“Perpisahan laaah,” Joshua masih nyengir. “Ini terakhir kali kita ketemu for a veeeerrrrryyyy long time lho, nggak tau kapan bakal ketemu lagi.”
Wonwoo mendengus, “Sori, nggak tertarik.”
”???” shocking 😦 “LO NGGAK MAU PELOK GUE???”
“No thanks.” 😐
“KOK GITU???” tambah shocking 😦
Wonwoo no comment 😐
“Yah...oke...kalo gitu,” mendadak, Joshua menomprok tubuh Wonwoo. Anak usia 14 itu sedikit lebih pendek darinya. Kepalanya sedahi Joshua. Ia melingkarkan lengan seputar belakang kepala Wonwoo, menariknya ke dalam pelukan.
Pelukan yang erat.
”...! OI-!”
“HEHEHEHEHEHE~ KENA~” 😋
“LEPASIN AH, PANAS NIH!”
“Ga mau~“
Percuma berontak. Biarpun ia nampak lembut saat tersenyum, Joshua itu jauh, jauh lebih kuat dari siapapun yang Wonwoo kenal, bahkan dari Seungcheol. Anak itu tahu kapan harus menyerah ketika kemungkinan untuk terlepas nyaris tidak ada. Wonwoo kemudian menghela napas, menaikkan bingkai kacamatanya di hidung dan membiarkan Joshua memeluknya.
”...” 😑
”...” ☺️🎵
5 menit.
”...” 🤨
”...” ☺️🎵
10 menit
”...................” 😑💢
”...” ☺️🎵
“MAU BERAPA LAMA SIH LU MELUK GUE??” 💢
“Eeeeeehh~? Kan asupan dari kita ketemu sampe sekarang~” 😗
“ASUPANNYA BUAT BESOK-BESOK AJA!” 💢
“Besok-besok mah mungkin nggak bisa lagi~” 😗
Kemudian, mereka terdiam. Wonwoo menghela napas berat, pasrah di dalam lengan-lengan Joshua. Familier. Sesuatu yang terpateri di salah satu sudut otaknya. Bagai memeluk keluarga yang sudah lama tidak berjumpa. Wonwoo yakin tubuhnya dan hatinya akan selalu, selalu, mengingat sosok bernama Hong Jisoo itu dengan tawanya yang ceria dan kekuatan tonjokannya yang hebat.
“Lo...”
“Hmm?”
”...baek-baek di sana.”
”...Mm.”
“Kalo balik, kasitau gue.”
“Mm. Kalo lo dapet cewek, kasitau gue.”
“Ogah. Ntar diceng-cengin lo.”
Joshua tertawa. Wonwoo, mau tak mau, jadi tersenyum dibuatnya. Oh, ia yakin akan mengingat ini semua, suatu waktu di suatu masa, jauh di depan sana.
“Joshua.”
“Hmm?”
“Lupain Nari.”
”...”
“Lo cari cewek yang bener di Amrik sana. Yang sayang sama lo, bukan sama bapak lo.”
“Anjing.”
“Lagian lo tolol banget,” Wonwoo terkekeh. “Ngapain suka sama ibu tiri lo sendiri? Tolol.”
Alih-alih marah, Joshua cuma mendecak sebelum ia tertawa lagi.
“Iya ya, tolol banget gue...,” helaan napas. “Pantes lo katain.”
“Yah, biarin tolol, gue juga tau lo orang baik,” Wonwoo melepas sedikit pelukan mereka. Ia tersenyum melihat tatap kebingungan Joshua. “Lo ganteng. Lo keren. Lo kuat. Lo bisa berantem dan mau ngajarin gue. Lo pinter, bakal jauh lebih sukses daripada gue atau Bang Cheol. Dan lo tulus sama orang.”
Wonwoo menangkup pipi Joshua yang terpana mendengarnya.
“Lo cuma manusia biasa. Lo nggak sempurna,” ringisannya terkembang. Kacamata terangkat sedikit oleh pergerakan. “Tapi lo selalu berusaha yang terbaik. Dan itu cukup.”
”...” 😦
”...” 😏
”.......” 😢
“L-LHO KOK LO NANGIS??” 😨
“UEEEEEEE~ WONU KOK JADI LUCU LAGI SIH?? PADAHAL INI HARI TERAKHIR GUE KE SINI~ KENAPA BARU SEKARANG LO JADI LUCU LAGI~” 😭😭
“MAKSUD LO APA SIH??!” 💢