narrative writings of thesunmetmoon

123.

#minwonabo

“Jun?”

“Maaf ya aku ganggu.”

“Ini jam berapa...?”

“Maaf...”

“Kenapa, Jun?”

“Nggak. Aku cuma...”

Minghao diam, hanya mendengarkan suara Jun. Suara Alpha-nya. Menenangkan. Jantungnya. Sendinya. Aliran darah dalam nadinya. Seluruh bagian tubuhnya seolah tahu Alpha-nya ada di sini. Jun ada di sini. Bersamanya.

”...aku cuma ngerasa kalo kamu lagi nangis, Xiao Hao..”

...

...Ya Tuhan...

Isakan, terlepas.

”...Sayang. Jangan nangis,” bunyi kecupan. “Can I come?”

“Come...,” serak. Sesak. Isak tangis dan susutan ingus. Minghao mencengkeram handphonenya seolah itulah satu-satunya benda yang bisa menyelamatkannya. “Come, please come...I need you, Jun...”

“Wait for me, Hao.”

And he will.

For an hour.
For a day.
For a year.
For eternity.

He will.

Selama lengan-lengan Jun yang besar dan hangat memeluknya, melindunginya sepanjang malam, dia akan menunggu.