130.
“Bego banget sih pacar gue...”
Joshua berbisik ke bibir Wonwoo.
”...untung gue sayang.”
Mendadak, Wonwoo memajukan kepala. Keningnya menyentuh kening Joshua. Napas mereka membaur saking dekatnya jarak di antara mereka. Kaget karena mendadak wajah Wonwoo begitu dekat, Joshua refleks memejamkan mata. Ia menggertakkan gigi, pun agak mendongakkan kepala, menyerahkan bibirnya.
Menunggu.
Menunggu...
...Hmm?
Dibukanya satu mata. Wonwoo masih ada di situ. Napasnya hangat kala ia balas berbisik ke bibir Joshua.
”...Boleh gue cium?” tanyanya.
Joshua gagal paham, nggak tau harus kesal dan jitak Wonwoo karena ndableknya ampun-ampunan (Joshua udah mejamin mata itu, heh!) atau harus ketawa keras-keras karena gemesin banget sih?? Heran??
Kan Joshua jadi kepingin gangguin.
“Nggak boleh,” ia mendengus geli.
Wonwoo mengernyitkan alis mendengar jawaban itu. “Beneran nggak boleh nih?” tanyanya sekali lagi.
Yakali. Jarak bibir mereka aja cuma satu helaan napas. Kalau Wonwoo mau mah, dia tinggal maju sedikit lagi aja juga udah kena, nggak perlu ngulur waktu kayak begini. Tapi, ah, namanya juga si Wonu. Isengnya kebangetan.
“Mm-hmm,” Joshua mengangguk pelan.
“Yakin? Yakin banget, banget?”
Ada senyuman jahil merekah di wajah Joshua sambil ia kalungkan lengan di sekeliling leher Wonwoo, sementara lengan Wonwoo masih melingkari pinggul Joshua, nyaman berada di sana.
“Beneran nggak boleh banget nih? Gue udah nunggu dari kita kuliah tahun terakhir lho ini??”
“Ha!” ada nada pongah dalam selaan Joshua. “Gue udah nunggu ini dari SMP tau!”
Wonwoo pun terdiam. Rasa gelinya hilang.
”...Selama itu?”
“Yep, kelas 2 apa 3 gitu, gue lupa, pokoknya selama it—mmph.”
Sekilas. Bibir Wonwoo pada bibirnya. Benar-benar sekilas.
“Won—”
Lagi. Selaksana kecupan ringan, nggak lebih lama dari 2 detik. Joshua bahkan nggak bisa mematerikan rasa bibir Wonwoo di bibirnya selain lembut dan hangat. Tapi, mau protes pun dia nggak bisa, karena Wonwoo menciumnya lagi, kali ini kecupan di bibir bagian atasnya saja. Kemudian, di bibir bagian bawah.
Sentuhan bibirnya halus sekali. Lembut sekali. Seolah ia takut kalau menekan terlalu keras, ia akan kehilangan Joshua lagi.
Wonwoo menarik kepalanya menjauh, berniat menyudahi ciuman pertama mereka sampai di situ saja, namun bibir Joshua mengejarnya. Bibir itu mengecup balik bibir Wonwoo. Gemetar. Bibir bawah Joshua bergetar. Terenyuh, Wonwoo pun menangkup wajah lelaki itu, menyatukan lagi bibir mereka, lebih lekat, lebih berani.
Dan Joshua luluh. Secara harfiah ia meleleh dalam pelukan Wonwoo. Tak ada lagi jeda yang dingin di antara mereka, baik raga maupun hati. Ciuman yang mereka bagi bersama menghancurkan segala keraguan, segala ketidak percayaan dan keengganan atas dasar persahabatan. Di suatu momen, Wonwoo bahkan menarik-narik bibir bawah Joshua, menggitinya perlahan, hingga Joshua mengerang.
“S-stop!” dibekapnya mulut Wonwoo dengan telapak tangan, berusaha mencari celah untuk mengambil napas dan mempersiapkan hati, tapi malah telapak tangannya diciumi lelaki itu. Napasnya tersentak. “Won, gue bilang stop!”
Wonwoo pura-pura nggak dengar, lalu menggamit pergelangan tangannya dan menjilat jari tengah Joshua dari pangkal hingga ujung.
Fuck.
“Buka mulut lo,” itu adalah perintah, if Joshua heard one. Dia agak merinding melihat tatapan Wonwoo, namun, deep inside, dia juga excited. Ibu jari Wonwoo mengusap bibir bawah Joshua lambat-lambat sebelum ibu jari itu masuk sedikit ke belahan bibirnya yang memerah. Refleks, Joshua membuka bibir lebih lebar. Lidah tanpa sadar menjilat permukaan ibu jari Wonwoo. Mukanya merona. Napasnya mulai berat.
Merasa mendapat angin, Wonwoo menciumnya kembali, tetapi kali ini nggak ada lagi kelembutan seperti sebelumnya. Yang ada hanyalah campuran dari segala emosi yang telah terpendam lama dan mendadak saja dikeluarkan bagai air dari bendungan yang dibuka. Campuran ketergesaan, kerinduan mendalam, pemuasan dahaga, dan cinta.
Begitu banyak cinta. Tak berdasar. Tak ada habisnya.
Bibir Joshua mungkin lecet setelah Wonwoo menciuminya seperti ini. Ia pun menghela napas saat lidah Wonwoo menyusup masuk.
Dia menggantungkan hatinya, tubuhnya, cintanya pada lelaki itu. Pada Wonwoo yang, akhirnya, bisa dia raih setelah penantian 13 tahun yang panjang.